Visi Misi Yayasan Bag.11

Pasal Ketiga :
THARIQAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA`AH
TERHADAP HAK PARA SAHABAT , AHLI BAIT DAN KHILAFAH

طريقة أهل السنة والجماعة في حقّ الصحابة رضي الله عنهم

Yang dimaksud dengan shahabat adalah setiap orang melihat Nabi Saw  dan beriman kepada-nya serta wafat dalam keadaan beriman; sekalipun pertemuannya itu hanya setahun, sebulan, sehari atau hanya sesaat. (Abdullah bin Abdul Hamid al Atsari, dalam Kitabnya al Wajiz fi `aqidatis salaf, Dar ar Rayah, 1418 H,  hal. 162. Juga oleh Dr. Shalih Fauzan bin Abdullah al Fauzan, Ar Tauhid fish shaffi ats tsalits al `aali).
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (at Taubah: 100).
Dalam QS Al Fath: 29 Allah berfirman:
“ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[*]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang menge luarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam -penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar”.
QS Al Fath: 29.
[*] Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka.
Itu semua adalah keutamaan para shahabat Ra secara umum.
Ada juga keutamaan-keutamaan lain dari mereka secara khusus, yang masing-masing dari mereka memiliki keunggulan-keunggulan khas masing-masing.

Prinsip Aqidah Salafush Shalih, Ahlus Sunnah wal Jama`ah
Dalam mensikapi Para Sahabat Ridlwanullah Ajma`in:
1
Mencintai para Sahabat Nabi Saw  , menjaga kesucian hati dan lisannya terhadap mereka. Sebab mereka itu adalah manusia yang paling sempurna keimanan dan kebaikannya serta paling besar ketaatan dan jihadnya. Allah telah memilih mereka untuk menjadi sahabat Nabi Saw  . Nabi Saw  bersabda:
{الله الله في ـصحابي للا تتخذوهم غرضا بعدي ، فمن أحبهم فبحبي أحَبهم ، ومن أبغضهم فببغضي أبغَضَهم ، ومن آذاهم فقد آذاني ، ومن آذاني فقد آذي الله ، ومن آذي الله يوشك أن يأخذه  } صحيح سنن الترمذي  للألباني.
2
Para sahabat itu smeuanya `uduul (jujur dan adil) berdasarkan kesaksian Allah dan rasul-Nya. Mereka adalah para wali Allah dan orang pilihan-Nya serta orang yang paling baik diantara para makhluk-Nya. Mereka juga sebagai umat yang paling baik setelah Nabi-Nya. Sebagaimana pernyataan Allah dalam QS 9 : 100 di atas.
3
Kesaksian Allah dan rasul-Nya bagi mereka (para sahabat) atas keimanan dan keutamaan merupakan prinsip yang pastim yang tentu saja diketahui dalam agama Islam. Mencintai mereka merupakan bagian darti agama dan iman; sedang membenci nya merupakan kekufuran dan kemunafikan. Karena Rasulullah Saw mencintai mereka dan berwasiat agae ummat nya mencintai mereka, maka sudah seharusnya Ahlus sunnah wal jama`ah tidak menyebut mereka kecuali dengan kebaikan
4
Tidak akan masuk Neraka seorang pun dari para sahabat yang berbai`at (sumpah setia kepada rasulullah) di bawah pohon (Bai`atur Ridlwan), bahkan Allah telah ridla kepada mereka dan mereka telah ridla kepada-Nya
5
Ahlus sunnah wal Jama`ah senantiasa menahan diri dari perselisihan yang terjadi diantara mereka dan menyerahkan urusan mereka kepada Allah. Baranmgsiapa yang benar dari mereka maka baginya dua pahala. Dan barangsiapa yang salah dari mereka maka pahalanya satu. Sedangkan keasalahannya akan diampuni oleh Allah Ta`ala. (Catatan: mayoritas Sahabat tidka terlibat fitnah. Tatkala fitnah itu berkobar para Sahabat Ra berjumlah puluhan ribu orang, sementara yang menghadirinya tidak sampai 100 orang, bahkan tidak mencapai 30 orang. (HR Ahmad di dalam Kitabnya Al Musnad dengan sanad yang shahih dari Ibnu Sirin, juga Ibnu Katsir dalam al Bidayah wan Nihayahnya)
6
Ahlus sunnah wal Jama`ah tidak mencaci salah seorang pun dari mereka (para Sahabat), bahkan menyebutnya dengan ungkapan yang layak bagi mereka berupa pujian yang bagus.
لا تسبوا أصحابي ، لا تسبوا أصحابي ، فو الّذي نفسي بيده لو أن أحدكم  أنفق مثلَ أُحدٍ ذهبا ، ما أدرك مدّ أحدهم ، ولا تصيفه
7
Ahlus sunnah wal Jama`ah berpandangan bahwa para Sahabat Ra adalah ma`shum (terjaga dari kesalahan) secara kolektif (artinya Ijma` Sahabat itu ma`sum), adapaun secara individual tidak ma`shum.
{إن الله لا يجمع أمتي على ضلالة ويد الله على الجماعة } صحيح الترمذي للألباني.
8
Ahlus sunnah wal Jama`ah berpandangan bahwa empat Sahabat : Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali Radliayyallahu `anhum adalah ummat yang paling baik setelah Nabinya Saw. Merekalah yang disebut “Khulafa`ur Rasyidin” secara berurutan yang telah mendapat hidayah. Mereka termasuk juga sebagai “Mubasysyirin bil Jannah (yang mendapat kaba gembira bakal masuk Surga). Khilafah Nubuwwah pada masa mereka itu berlangsung selama 30 tahun termasuk khilafah al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib Ra, berdasarkan sabda Nabi Saw:
{الخلافة في أمتي ثلاثون سنة ، ثـم ملكٌ بعد ذلك } رواه البخاري ومسلم.
9
Ahlus sunnah wal Jama`ah memuliakan enam orang lainnya dari sejumlah orang yang telah mendapatkan kabar gembira Surga itu, yaitu: Thalhah bin Ubaidillah, Az Zubair bin Awwam, Saad bin Abi Waqqash, Said bin Zaid, Abdurrahman bin `Auf dan `Ubaidillah bin Jarrah (dengan julukan “Amiin hadzihi ummah: orang yang paling dipercaya pada ummat ini). Lalu Ahlus sunnah wal jama`ah memuliakan para Sahabat pengikut perang Badar, juga yang membai`at Rasulullah Saw di bawah pohon pada “Bai`at Ridlwan” kemudian Sahabat lainnya
10
Ahlus sunnah wal Jama`ah : Mencintai Ahlul Bait Nabi Saw  , berdasarkan sabda Nabi Saw  sendiri:
{أُذَكِّـرُكُمُ الله َ في أهل بيتي ،   أذكـركم  الله في أهل بيتي } رواه مسلم  ،
وقوله  { إن الله اصطفى بني إسماعيل ، واصطفى من بني إسماعيل كنانة ، واصطفى  من كنانة قريشا ، واصطفى من قريش بني هاشم ، واصطفاني من بني هاشم } رواه مسلم.
Diantara ahli Bait beliau adalaj isteri-isteri Nabi Saw  yang mendapat julukan “Ummahatul Mukminin” (ibu-Ibu Kaum Mukminin) berdasarkan nash al Qur’an,
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk[1] dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya[2] dan ucapkanlah Perkataan yang baik, Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu[3] dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu[4] dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait[5] dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. QS Al Ahzab: 32-33

 [1] Yang dimaksud dengan tunduk di sini ialah berbicara dengan sikap yang menimbulkan keberanian orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka.
[2] Yang dimaksud dengan dalam hati mereka ada penyakit Ialah: orang yang mempunyai niat berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina.
[3] Maksudnya: isteri-isteri Rasul agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada keperluan yang dibenarkan oleh syara'. perintah ini juga meliputi segenap mukminat.
[4] Yang dimaksud Jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat sebelum Nabi Muhammad s.a.w. dan yang dimaksud Jahiliyah sekarang ialah Jahiliyah kemaksiatan, yang terjadi sesudah datangnya Islam.
[5] Ahlul bait di sini, Yaitu keluarga rumah tangga Rasulullah s.a.w.

Diantara mereka adalah : Khadijah binti Khuwailid, Aisyah binti Abu Bakar, Hafshah binti Umar bin al-Khaththab, Ummum Habibah binti Abu Sufyan, Ummu Salkamah binti Abu Umayyah bin Mughirah, Saudah binti Zam`ah bin  Qais, Zainab binti Jahsy, Maimun binti al Harits, Juwairiyah binti al Harits bin Abu Dinar dan Shafiyyah binti Huyay bin Akhthab, semoga Allah meridlai mereka semua.

Ahlus sunnah wal Jama`ah berpandangan bahwa mereka adalah isteri-isteri yang suci lagi bebas dari segala kejahatan dan mereka sebagai isteri-isteri di dunia dan akhirat.

Ahlus sunnah wal jama`ah berpandangan bahwa isteri yang terbaik lagi utama adalah   Khadijah binti Khuwailid dan `Aisyah ash Shiddiqah binti ash Shiddiq; dimana Allah telah membebaskannya (dari tuduhan perbuatan keji) dalam Kitab-Nya yang mulia. Barangsiapa menuduhnya setelah Allah membebaskannya dari tuduhan itu, maka benar-benar ia telah kafir. Nabi Saw  bersabda:
{ فضْل عائشة على النساء  كفضل الثـريد على سائر الطعام } رواه البخاري.

“ Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." Al Hasyr: 10.

Menanggapi sejumlah atsar yang diriwayatkan tentang kejelekan pada shahabat melalui beberapa argumen sebagai berikut:
1.       Banyak atsar tersebut yang didustakan dan sengaja diada-adakan oleh musuh-musuh mereka untuk memperburuk nama mereka.
2.       Diantara atsar tersebut yang telah diubah-ubah dari aslinya, ditambah atau dikurangi, sehingga di dalamnya sarat dengan kebohongan dan kedustaan. Karena sudah mengalami berbagai perubahan maka atsar tersebut tak perlu diperhatikan apalagi diperhitungkan.
3.       Di antara atsar itu ada yang shahih mengenai perkara tersebut, dalam jumlah sedikit. Kiranya dapat dimaklumi, karena kapasitasnya sebagai mujtahid, maka apabila benar ijtihadnya mendapatkan dua pahal, dan apabila ijtihadnya keliru memperoleh satu pahala
4.       Mereka itu adalah manusia biasa, sehingga wajar jika diantara mereka ada yang salah, karena mereka itu tidak maksum, sebagai individu-individu.. Namun demikian, kekeliruan mereka itu dapat dilebur dengan berbagai kemungkinan, (a)  Bisa jadi mereka telah bertaubat, sehingga kejelekannya terhapus. (b) Mereka toh memiliki banyak kebaikan, keutamaan dan anugerah yang mengharuskan diampuninya kesalahan- kesalahannya jika memang ada.
“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. Huud: 114.
“Tidak sama di antara kamu orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). mereka lebih tingi derajatnya daripada orang-orang yang menafkahkan (hartanya) dan berperang sesudah itu. Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik”. Al Hadid: 10 .
Pasal Keempat:
AL MUWAALAH DAN AL MU`AADAH FILLAH
DALAM AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA`AH

Diantara prinsip-prinsip  Aqidah Ahlus sunnah wal Jama`ah adalah:
CINTA dan BENCI Karena Allah (Al Hubbu wal Bughdlu Fillah)
Artinya cinta dan loyal terhadap kaum muskminin, dan benci terhadap kaum musyrikin dan kaum kafir serta bara’ (berlepas diri) dari mereka.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” At Taubah: 71
“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali[*] dengan meninggalkan orang-orang mukmin. barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali (mu)”. Ali Imran: 28.

[*] Wali jamaknya auliyaa: berarti teman yang akrab, juga berarti pemimpin, pelindung atau penolong.
Ahlus sunnah wal jamas`ah beri`tiqad bahwa muwalah dan mu`adah termasuk prinsip yang penting dan mempunyai kedudukan yang agung dalam syairat ini. Alasannya:
1.     Bahwa muwalah dan mu`adah merupakan bagian dari kalimat syahadat Laa ilaaha illallah. QS An Nahl: 36
2.     Sesungguhnya muwalah dan mu`aadah merupakan tali keimanan yang paling kuat (al `urwatul wutsqaa). HR Ath-Thabrani dalam al-Mu`jamul Kabiir no. 11537, dan al Baghawi dalam Syarhus sunnah XIII/53/3468.
3.     Bahwa muwaalah dan mu`aadah merupakan salah satu sebab agar hati dapat merasakan manisnya iman dan lezatnya keyakinan. HR Al Bukhari no. 16, 21, 6041, 6941, dan Muslim no. 43 dari Sahabat Anas bin Malik.
4.     Bahwa dengan terealisasinya `aqidah seperti ini, maka iman seseorang akan menjadi sempurna. HR Abu Dawud no. 4681 dari Abu Umamah., dihasankan oleh Syaikh al Albani.
5.     Bahwa barangsiapa mencintai bukan  karena Allah dan agama-Nya; bahkan ia membenci Allah, agama dan penganutnya, maka dia telah kafir kepada Allah. QS Al An`am: 14.
“ Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, Padahal Dia memberi Makan dan tidak memberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik."
6.     Bahwa loyalotas merupakan hubungan yang menjadi sendi untuk tegaknya masyarakat muslim. HR Al Bukhari no. 1`3, Muslim no. 45, at Tirmidzi no. 2515, an nasai, Ibnu Majah dan Ahmad, dari Anas bin Malik Ra.

Ahlus sunnah wal jama`ah beri`tiqad bahwa muwaalah dan mu`aadah termasuk suatu kewajiban secara syar`ii, bahkan termasuk konsekuensi logis dari syahadat :”Laa ilaaha illallah” dan termasuk dsalahs atu syarat dari syahadah tersebut, serta merupakan prinsip utama darim `aqidah dan iman yang harus diperhatikan sekaligus dijaga oleh setiap Muslim. Lihat QS At Taubah: 24, al Mujadalah : 22., dan al Mumtahanah: 1.
“ Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. QS At Taubah: 24
KLASSIFIKASI MANUSIA DITINJAU DARI PRINSIP MUWAALAH DAN MU`AADAH DALAM AQIDAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA`AH
1.     Orang yang berhak mendapat wala’ (loyalitas) secara mutlak. Mereka adalah kaum Muskminin yang briman kepada Allah, Rasul-Nya dan mendirikan syi`ar-syi`ar agama serta ikhlas dalam mengerjakannya. QS Al Maidah: 55-56.
2.     Orang yang berhak mendapat wala’ dari satu swegi dan bara’ dari segi yang lain. Seperti kaum muslimin yang maksiat kepada Allah, melalaikan sebagian kewajiban dan mengerjakan hal-hal yang Allah haramkan, namun tidak sampai dihukumi sebagai kufur besar. Mereka itu berhak untuk dinasihati, tidak untuk dijauhi atau diisolasi, namun harus diingkari dan dibenci perbuatan maksiatnya. Dan kitatakn boleh melaknatnya, sebab mereka itu masih cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. HR Al Bukhari. Dan tenbtu tetap ditegakkan hokum hadd padanya.
3.     Orang yang berhak mendapat vara’ secara mutlak. Mereka itu adalah orang-orang muysrik dan kafir, baik dia Yahudi, Nashrani, Majusi maupun penyembah berhala. Hukum ini juga berlaku bagi setiap Muslim yang melakukan perbuatan dosa besar yang telah dihukumi murtad baginya. QS At Tahrim: 9,
“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. tempat mereka adalah Jahannam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali”.
HAK-HAK MUWAALAH :
1.     Hijrah dari negeri kafir ke negeri kaum Muslimin kecuali bagi mereka yang lemah lagi tertindas (mustadl`afin) dan yang tidak mampu hijrah karena sebab-sebab syar`ii
2.     Menolong dan membela kaum Muslimin, baik dengan jiwa, harta maupun lisan, dan ikut serta merasakan kegembiraan dan kesdihannya.
3.     Mencintai kaum Muslimin seperti mencintai diri sendiri dalam kebaikan arau menolak kejahatan, tak mengejek mereka dan berusaha untuk mencintai, bergaul dan bermusyawarah dengan mereka.
4.     Memenuhi hak-hak mereka antara lain, seperti menjenguk ketika sakit, mengantarkan jenazah, santun dan lembut terhadap mereka, mendoakan, memintakan ampunan bagi mereka, mengucapkan salam kepada mereka, tidak menipu dalam transaksi atau ketika bermu`amalah dan tidak memakan harta mereka dengan cara yang batil.
5.     Tidak memata-matai, menyebarkan kabar dan reahasia mereka kepada musuhnya, tidak mengganggu dan memperbaiki hubungan di antara mereka.
6.     Bergabung dengan jama`ah kaum Muslimin, tidak memisahkan diri dan berselisih dengan mereka, saling tolong menolong bersama mereka dalam kebaikan dan ketakwaan, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemunkaran.

HAK-HAK MU`AADAH :
1.     Membenci kesyirikan, kekufuran dan para pelakunya serta menyimpan permusuhan terhadap mereka
2.     Tidak menjadikan orang-orang kafir sebagai pemimpin (pelindung) dan tidak boleh mencintai mereka serta harus memisahkan diri dari mereka secara total walau mereka itu ada hubungan kekerabatan (sanak saudara).
3.     Meninggalkan negeri kafir dan tidak bepergian ke negeri tersebut kecuali jika ter paksa dan mempunyai kemampuan untuk menampakkan syi`ar-syi`ar agama Islam.
4.     Tidak menyerupai mereka dalam hal-hal yang merupakan kekhususan mereka, baik berkenaan dengan nilai-nilai agama (dalam syi`ar-syi`ar agama, missal: peringatan hari-hari besar, ulang tahun, dll) maupun duniawi. (cara makan-minum, berpakaian dll).
5.     Tidak mendukung orang kafir, tidak memujinya, tidak menolong mereka untuk menghadapi kaum Muslimin, tidak meminta tolong kepada mereka kecuali apabila terpaksa atau untuk menghadapi orang-orang kafir seperti mereka, menggantungkan kepada mereka, tidak bersahabat dan bergaul akrab dengan mereka, tidak menjadikan mereka sebagai orang kepercayaan untuk menjaga rahasianya dan melaksanakan pekerjaannya yang sangat peting.
6.     Tidak mengikuti upacara hari besar dan perayaan mereka serta tidak memberikan ucapan selamat kepada mereka berkenaan dengan perayaan hari besar. Juga tidak mengagungkan mereka dan memanggil mereka dengan ungkapan, “Tuan”, “Yang mulia” dan sejenisnya.
7.     Tidak memintakan ampuan bagi mereka dan tidak memohonkan belas kasihan bagi mereka
8.     Tidak bersikap menjilat, basa basi, bersandiwara dan merayu mereka dengan mengorbankan agama.
9.     Tidak berhakim kepada mereka atau rela dengan hukum mereka dan tidak menuruti hawa nafsu mereka serta tidak mengikuti mereka dalam segala  urusan, karena sesungguhnya mengikuti mereka berarti meninggalkan hokum Allahdan Rasul-Nya.
10.  Ketika bertemu, tidak boleh memulai dahulu memberi salam Islam kepada mereka. Tetapi jika mereka mendahului memberi salam, maka jawablah olehmu “wa `alaikum”

Sumber Rujukan:
1. Al Wajiiz fi `Aqidatis Salaf ash Shalih, Ahlis sunnah wal jama`ah, Abdullah bin Abdul Hamid al Atsari, Daar ar Rayah, Riyadl, Th. 1418 H, hal.. 162-166.
2. A;l Madkhal Li Dirasah al `Aqidatil Islamiyan, Dr. Ibrahim al Buraikan, Daar as Sunnah, Saudi Arabia, Cet, Ke-5, Th 1418 H, hal. 224 – 247.



3 komentar:

Tip Trik Blogger mengatakan...

semua pasti ada sob..
terima kasih sebelumnya

Unknown mengatakan...

salam persahabatan
salam kenal n sekalian izin follow ya
thanks

admin 3 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------