Bagian ke-02
KETAATAN DAN KEMAKSIATAN, DAMPAKNYA DALAM KEHIDUPAN
Selanjutnya
beliau hafizhahullah mengatakan,
Ketaatan
seseorang tidak dapat dibandingkan dengan satu nikmat yang Allah Ta’ala
limpahkan kepadanya, sehingga seluruh nikmat itu mengharuskannya untuk selalu
bersyukur. Seorang hamba tidak dapat melaksanakan perkara yang wajib dia
lakukan untuk Allah Ta’ala, meskipun dengan segenap kemampuannya. Jadi,
semua hamba Allah Ta’ala berada di bawah ampunan, kasih sayang,
keutamaan, dan kebaikan-Nya.
فما نجا منهم أحد إلا بعفوه ومغفرته، ولا فاز بالجنة إلا
بفضله ورحمته..
Maka tidak ada
seorang pun dari mereka yang dapat selamat, kecuali dengan kemaafan dan
ampunan-Nya; dan tidak ada seorang pun dari mereka yang dapat meraih surga
Allah Ta’ala, kecuali dengan keutamaan dan rahmat-Nya.
وما أطاع الله من
أطاعه إلا بإذنه وعونه وفضله، وما عصاه من عصاه إلا بعلمه:
Tidak ada
seorang pun yang taat dan patuh kepada Allah Ta’ala, kecuali dengan
seiizn-Nya, petolongan-Nya, dan kebaikan-Nya; dan tidak ada seorang pun yang
durhaka dan bermaksiat kepada-Nya, kecuali dengan sepengetahuan-Nya.
Allah Ta’ala
berfirman,
أَلَا لَهُ ٱلۡخَلۡقُ وَٱلۡأَمۡرُۗ تَبَارَكَ
ٱللَّهُ رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٥٤
“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha
Suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A’raf:
54)
Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda,
لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ
الْجَنَّةَ، قَالُوْا: وَلَا أَنْتَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: وَلَا أَنَا،
إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ. مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
فأمور
الخلائق كلها بيد الله وحده، والهداية بيد الله، ولكن الله جعل لها أسبابا، كا جعل
للنور أسبابًا ، وللكسبِ أسبابًا.
Semua urusan
para makhluk berada di dalam genggaman tangan Allah Ta’ala satu-satu-Nya
dan hidayah pun ada di tangan-Nya.
Akan tetapi
Allah Ta’ala telah menciptakan sebab-sebab untuk hidayah, sebagaimana
Dia telah menciptakan sebab-sebab untuk cahaya, kehidupan dan mata penghasilan.
ENAM PERKARA
PENTING BAGI DU`AT AGAR MAD`UNYA MUDAH MENDAPAATKAN HIDAYAH:
PERTAMA, kita harus yakin bahwa hati ada dalam
genggaman Allah Ta’ala, sehingga kita memohoin kepada Allah Ta’ala
agar dia diberikan hidayah.
KEDUA, di dalam hati kita harus ada rasa sedih dna
kasihan terhadap pelaku maksiat, dna usaha untuk memperbaikinya.
KETIGA,
kita harus bujuk rayu hatinya dan mendekatkan diri kepadaya seperti yang dia
inginkan, seperti dengan memberi hadiah, misalnya.
KEEMPAT, lalu kita harus berpikir apa sebenarnya
penyakit pelaku kemaksiatan itu? Dan apa obat yang cocok bagi pelakunya?
KELIMA, lalu kita harus memerhatikan berapakah takaran
obat yang akan kita berikan kepadanya? Dan kapankah waktu yang cocok untuk
memberikannya?
KEENAM, kita harus meyakini bahwa pengobatannya
merupakan tanggung jawab kita. Karena jika kita meninggalkannya, kemana dia
akan pergi?
Dengan cara
itulah orang-orang akan terpengaruh dan hidayah pun akan turun kepadaorang-orang
yang telah Allah Ta’ala kehendaki, dan Allah Ta’ala pun
menjadikan kita sebagai sebab hidayah bagi alam semesta.