HUKUM MENGHINA SYARIAT ISLAM, (03) Habis

Oleh Syaikh Dr. Shalih Fauzan bin Abdullah al Fauzan. (Islam House)

 

Bahkan, apabila orang orang kafir mengolok olok kaum muslimin, maka sesungguhnya di hari kiamat kondisinya akan berbalik, firman Allah ta’ala:

﴿ إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا يَضْحَكُونَ ﴾ [المطففين: 29]

Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) menertawakan orang-orang yang beriman. (QS. al-Muthaffififin:29)

Maksudnya di dunia.

﴿ وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ [المطففين: 30]

Dan apabila orang-orang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. (QS. al-Muthaffififin:30)

Satu sama lain saling mencolek di antara mereka, karena mengolok olok, menghina dan merendahkan kaum muslimin.

﴿ وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلىَ أَهْلِهِمُ انقَلَبُوا فَاكِهِينَ  [المطففين: 31]

Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. (QS. al-Muthaffififin:31)

Maksudnya: apabila orang orang kafir pulang ke rumah mereka:

(فَاكِهِينَ) Mereka berbicara di rumah: kami telah mengolok olok kaum muslimin, kami mengganggu mereka. Mereka merasa bangga bahwa mereka mengganggu kaum muslimin.

) وَإِذَا رَأَوْهُمْ (

Dan apabila mereka melihat orang-orang mu'min,

Apabila orang orang kafir melihat kaum muslimin:

)قَالُوا إِنَّ هَآؤُلآَءِ لَضّآلُّونَ (

mereka mengatakan:"Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat", (QS. al-Muthaffififin:32)

Mereka berkata: sesungguhnya kaum muslimin salah dalam beragama. Seharusnya mereka menyatu bersama manusia, tidak bersikap keras, karena mereka memandang agama sangat keras. Seharusnya mereka bersikap toleransi bersama manusia. Hidup bersama manusia, sekalipun mereka berada di atas kekafiran dan yang diharamkan. Mereka sesat dan salah dalam keagamaan mereka dan dalam berpegangnya mereka dengan agama.

Firman Allah ta’ala:

﴿ وَمَآأُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ  ﴾ [المطففين: 33]

padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mu'min. (QS. al-Muthaffififin:33)

 

Allah ta’ala tidak menjadikan orang orang kafir sebagai pengawas kaum muslimin, mengkritik mereka. Dan Allah ta’ala tidak menjadikan mereka sebagai penjaga dan menerima pesan terhadap kaum muslimin.

 

 

 

 

Kemudian Allah ta’ala menjelaskan kesudahan:

﴿ فَالْيَوْمَ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ  ﴾ [المطففين: 34]

Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, (QS. al-Muthaffififin:34)

 

Di hari kiamat, orang orang kafir berada dalam siksaan dan kehinaan, dan kaum muslimin dalam kemuliaan, ketinggian dan surga. Menengok dari surga dan melihat kepada orang orang kafir dan mereka di neraka dalam siksaan, lalu mereka (kaum muslimin) mentertawakan orang orang kafir, sebagai balasan perbuatan mereka.

﴿ فَالْيَوْمَ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنَ الْكُفَّارِ يَضْحَكُونَ   [المطففين:34]

Maka pada hari ini, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir, (QS. al-Muthaffififin:34)

 

Sebagaimana orang orang kafir mentertawakan kaum muslimin di dunia, maka sesungguhnya kaum muslimin di hari kiamat akan mentertawakan orang orang kafir yang berada di neraka.

﴿ عَلَى اْلأَرَآئِكِ يَنظُرُونَ ﴾ [المطففين:35]

mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang. (QS. al-Muthaffififin:35)

Mereka menengok mereka dari kamar kamar yang tinggi di surga, di atas tempat tempat duduk yang tinggi, memperhatikan orang orang kafir dan musuh musuh mereka yang telah mengganggu mereka semasa di dunia, sedangkan mereka (orang orang kafir) sedang disiksa di neraka dan terhina, maka mereka mentertawakan mereka.

﴿ هَلْ ثُوِّبَ الْكُفَّارُ مَاكَانُوا يَفْعَلُونَ  ﴾ [المطففين: 36]

Sesungguhnya orang-orang kafir telah diberi ganjaran terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. al-Muthaffififin:36)

 

Ya, orang orang kafir dibalas sesuai perbuatan mereka.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak boleh mengolok olok agama, tidak pula terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak pula terhadap sesuatu dari al-Qur`an, tidak pula terhadap sesuatu dari hadits hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tidak boleh mengolok olok kaum muslimin atau individu dari kaum muslimin.

Bahkan, wajib menghormati agama dan ahli agama, karena mereka adalah hamba hamba Allah ta’ala yang beriman, karena mereka mulia di sisi Allah ta’ala. Allah ta’ala telah memuliakan mereka dengan Islam, maka tidak boleh menghina dan merendahkan mereka, tidak boleh mengolok olok mereka, maka sesungguhnya hal itu akan menjadi malapetaka terhadap pelakunya di dunia dan akhirat.

Maka orang yang mengolok olok: dia yang menjadi terhina di dunia dan akhirat.

Adapun yang diolok olok, maka sesungguhnya hal ini tidak membahayakannya selama dia berada di atas kebenaran, selama dia berada di atas jalur agama. Sesungguhnya tidak merugikannya orang orang mengolok oloknya, sesungguhnya hal itu akan berpulang kepada pelakunya dan yang mengatakannya.

Kesimpulannya: sesungguhnya mengolok olok agama Allah ta’ala, meremehkan agama atau merendahkan sesuatu dari perintah perintah Allah ta’ala, atau taat dipandang murtad dari agama Islam. Demikian pula merendahkan orang orang yang taat beragama, merendahkan kaum muslimin dan mukminin, merendahkan ulama, merendahkan orang orang baik dan mengolok olok mereka, semuanya masuk dalam bab yang berbahaya ini.

Maka wajib terhadap seorang muslim: menjaga lisannya, menghormati agamanya, menghormati ulama Islam, menghormati tokoh tokoh agama, menghormati setiap muslim yang hidup di atas muka bumi, menghormati dan mencintai mereka karena Allah ta’ala, membesarkan mereka. Demikian pula yang lebih utama lagi, menghormati agama, perintah perintahnya, sunnah dan kewajiban. Menghormati hal itu dan membesarkannya. Tidak mengolok olok sedikitpun darinya, atau merendahkan sesuatu dari agama Allah ta’ala. Maka jika ia melakukan sesuatu dari hal itu maka ia wajib bertaubat kepada Allah ta’ala dan menyelamatkan dirinya dari bahaya sebelum terlambat dan tertutup pintu taubat di wajahnya, kemudian ia menjadi orang yang merugi. Perkara dalam hal ini sangat berat.

Kita memohon kepada Allah ta’ala agar menjaga kita dari terjerumus dalam perkara yang berbahaya ini, dan semoga Dia menjadikan kami dan kamu termasuk orang yang mengontrol lisannya dan menahannya dari berbicara yang tidak boleh. Sesungguhnya ucapan sangat berbahaya. Terkadang manusia meremehkan ucapan, padahal ucapan mempunyai pengaruh/dampak, bisa jadi dampak baik, jika ucapannya baik, dan bisa jadi dampak buruk, jika ucapan yang buruk.

Firman Allah ta’ala:

﴿ مَّايَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ ﴾ [ق: 18]

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaf:18)

Ucapan manusia diperhitungkan, jika baik niscaya Allah ta’ala menambah ketinggiannya:

﴿ إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ ﴾ [فاطر: 10]

Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya.. (QS. Fathir:10)

Dan jika ucapan yang buruk, maka akibat buruknya akan berpulang kepada yang mengatakannya, sebagaimana disebutkan dalam hadith:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ أو قال: عَلَى مَنَاخِرِهِمْ – إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ » [ أخرجه أحمد والترمذي وابن ماجه ]

“Dan tidaklah menjerumuskan manusia di neraka di atas wajah mereka –atau beliau bersabda: di atas hidung mereka selain hasil ucapan lisan mereka.’[1]

Terkadang manusia mengucapkan satu kata yang menjadi sebab kebinasaannya untuk selamanya. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ لاَيُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِى النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ » [أخرجه البخاري]

“Sesungguhnya seorang laki laki berbicara satu kalimat dari kemurkaan Allah ta’ala yang dia tidak memperdulikannya, ia terjatuh di neraka lebih jauh dari pada jarak antara Timur dan Barat.’[2]

Satu kata yang menyebabkan kemurkaan Allah ta’ala, apabila manusia mengucapkannya, sekalipun ia tidak memperdulikannya dan mengira bahwa ia sangat mudah/ringan, maka sesungguhnya ia terjerumus dalam api neraka lebih jauh dari pada jarak di antara Timur dan Barat, maka bagaimana dengan kata kata yang sangat banyak? Perkaranya sangat berat. Firman Allah ta’ala:

﴿ إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُم مَّالَيْسَ لَكُم بِهِ عِلْمٌ ﴾ [النور: 15]

(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. (QS. an-Nur:15)

 

Kita wajib menjaga lisan kita dan hendaklah kita tidak berbicara kecuali dengan kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ باِللهِ وَاْليَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ» [ أخرجه البخاري ]

“Siapa yang beriman kepada Allah ta’ala dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau hendaklah ia diam.”[3]

Sesungguhnya bila manusia tidak berbicara niscaya ia selamat, akan tetapi bila ia berbicara yang batil maka sesungguhnya ia binasa. Apabila ia menahan lidahnya tentu ia selamat. Maka manusia, bisa jadi ia berbicara yang baik maka ia naik, dan bisa jadi ia berbicara yang buruk maka ia binasa, dan bisa jadi ia diam, maka tidak berguna baginya dan tidak berbahaya.

Inilah, kita memohon kepada Allah ta’ala agar memberi taufik kepada kita ke arah yang baik, istiqamah dan lurus. Dan semoga Dia memberi rizqi kepada kita agar berpegang dengan agama ini, memberi kami dan kalian kebersihan lisan dari ucapan yang keji/kotor, ucapan jelek, dan ucapan yang dampak buruknya berpulang kepada yang berbicara.

Semoga Allah ta’ala memberi rahmat kepada nabi kita Muhammad, keluarga dan para sahabatnya.




[1] HR. Ahmad 5/237, at-Tirmidzi7/281-282, Ibnu Majah 2/1314-1315, semuanya dari hadits Muadz radhiyallahu ‘anhu.
[2] HR. Al-Bukhari 7/78-79 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
[3] HR. Al-Bukhari 6475 dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

[Baca...]