Allah SWT berfirman:
"Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka[a]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun[b]. QS  4: 77.

[a] Orang-orang yang Menampakkan dirinya beriman dan minta izin berperang sebelum ada perintah berperang.
[b] Artinya pahala turut berperang tidak akan dikurangi sedikitpun.

Ibnu Katsir rahimahullah di dalam Kitab Tafsirnya mengatakan: “Orang-orang mukmin pada awal Islam, ketika itu di Makkah, mereka diperintahkan untuk  shalat dan zakat, walau tanpa batasan tertentu. Mereka diperintahkan untuk melindungi orang-orang fakir, diperintahkan untuk toleransi dan memaafkan kaum musyrikin, dan sabar hingga batas waktu yang ditentukan. Padahal mereka amat membara dan amat senang seandainya mereka diperintahkan berperang melawan musuh-musuh mereka. Akan tetapi, kondisi saat itu tidak memungkinkan dikarenakan banyak sebab. (Jilid I: 538).

Selanjutnya beliau mengatakan, alasan utama mengapa Allah belum memerintahkan jihad (qital) melawan musuh-kaum musyrikin-kafirun ketika kaum mukmin masih berada di Makkah (fase-fase awal dakwah Nabi Saw), dan baru perintah itu Allah sampaikan ketika mereka telah berhijrah ke Madinah, antara lain adalah:
1.    Sedikitnya jumlah kaum mukmin dibandingkan jumlah & kekuatan  musuh
2.    Mereka masih berada di wilayah tanah haram, di kota sendiri, tempat yang paling mulia..
3.    Belum memiliki kekuatan, benteng dan pendukung yang memadahi.

Oleh karenanya, mereka tidak diperintahkan jihad kecuali setelah di Madinah, ketika mereka telah memiliki negeri, benteng dan dukungan.

Ayat di atas juga menjelaskan, ternyata ketika di Madinah, dimana Allah memerintahkan jihad, justru sebagian mereka berbalik fikiran menjadi  “enggan”(dan bahkan menolak dengan berbagai alas an yang tidak logis, pent) menerima perintah jihad, bahkan minta ditunda. (Pent. Padahal ketika awal Islam di Makkah, dimana mereka  (masih) dalam kondisi lemah, mereka itu yang paling ngotot meminta disyaria`atkan Jihad berperang melawan musuh dengan segera) Mereka beralasan khawatir terjadinya pertumpahan darah, anak-anak menjadi yatim dan isteri-isteri menjadi janda. (Hal. 538-539).   Bagaimana dengan model kaum muslimin seperti kita ini ?  Yang telah terjangkit parah penyakit “al wahn” ? Cinta dunia dan takut mati ?.Dan mayoritas umat ini tak terdidik dengan didikan Islam yang baik. Mesin uang mengatur perjalanan para da`i, dan bahkan mesin manajemen dakwah di atur oleh kemauan pemilik modal, walau dengan alasan bahwa ekonomi itu teramat penting dalam dakwah dan pendidikan ….  Bagaimana mungkin menjadi seorang “muharrik” padahal mereka belum merasakan lezatnya ujian iman, pengorbanan dan Itsar ?

Syaikh Abu Bakar Al Jazairi rahimahullah mengatakan : “mereka itu menginginkan penundaan perintah perang, (bila perlu) sampai mereka menemui kematian tanpa menghadapi musuh dan bertempur melawannya. Sehingga kemudian Allah memerintahkan Rasul-Nya agar berkata kepada mereka, “Kesenangan dunia ini hanyalah sementara, dan akhirat bagi orang bertaqwa jauh lebih baik daripada kehidupan dunia” (Aisarut Tafasir li Kalaamil `Aliyyil Kabiir, Jilid I : 511).
Menurut Syaikh Abdurrahman As Sa`di rahimahullah dalam mengomentari ayat ini, dia berkata: “Ada beberapa faedah adanya perintah di atas ketika kaum mukmin masih di Makkah (kondisi lemah dan sedikit):
1.    Ini merupakan hikmah dari Allah ta`ala yang mensyariatkan untuk hamba-hamba Nya dengan tidak memberatkan, dan memulainya dari yang paling penting diantara yang penting penting, dari yang paling mudah di antara yang mudah-mudah.   
2.    Andaikan Allah perintahkan (wajibkan) mereka, tatkala masih lemah dan sedikit jumlah mereka, di tengah musuh yang jauh lebih kuat dan lebih banyak, akan membawa mafsadat bagi mereka dan perkembangan Islam itu sendiri. (Taisirul Kariimir Rahman fi Tafsir Kalamil Mannaan, hal. 187-188)
Ibnul Qayyim al jauziyah rahimahullah mengomentari ayat 4 : 77 ini sbb:
“Alasan Allah ta`ala melarang kaum mukmin di Makkah (fase Makkah), dari penggunaan tangan (kekuatan) dalam membela Islam, dan bahkan memerintahkan mereka untuk memaafkan kaum musyrik dan berlapang dada atas prilaku tak bersahabat dari mereka, tidak lain agar bisa menutupi celah-celah ke arah timbulnya mafsadat yang lebih besar, untuk dapat membuka kemaslahatan dalam memelihara jiwa mereka, dien mereka, keturunan mereka. Dan ini jauh lebih penting” (I`lamul Muwaqqi`iin, II: 150).

Faedah Dari Tafsir Ayat ini:
1.    Bahwa perintah jihad dikaitkan dengan kondisi kesiapan kaum muslimin itu sendiri, bukan  karena keinginan atau tuntutan sesaat sebelum waktunya.
2.    Ketika kaum muslimin masih lemah, mereka diperintahkan untuk menegakkan shalat, zakat, menyantuni fuqoro’-masakin, memaafkan dan lapang dada menghadapi perlakuan musuh.
3.    Bagaimana mungkin kita berjihad sementara kita rapuh dalam tauhid dan akhlak
4.    Bagaimana mungkin kita berjihad padahal kita belum merasakan lezatnya santapan kesabaran dan ukhuwwah.
5.    Bagaimana mungkin kita berjihad, sementara kita belum mengenal apa itu pengorbanan dan sikap lebih mengutamakan orang lain.
6.    Bagaimana kita berjihad, sementara kita belum merasakan lezat dan nikmatnya taat kepada Allah dan kepatuhan kepada-Nya.  Perhatikan QS Muhammad: 31).
7.    Dalam fase seperti ini, maka berdakwah kepada tauhid adalah prioritas yang harus didahuklukan, lalu disusul dengan pembinaan ibadah yang disertai dengan pembinaan akhlak, adalah sebuah keniscayaan dan Manhajiyah, dan bukan  sebagai strategi atau tuntutan sesaat.
8.    Yang harus kita lakukan dalam kondisi kaum muslimin seperti ini, adalah: Tarbiyatul Fardi wa Wihdatush shaff (mendidik pribadi/umat dan menyatukan shaff); dan jangan banyak bicara tentang musuh dan apalagi penegakan syariat Islam (tanpa thariqah yang jelas dan manhajiyah).

Artinya: Tuntutan menegakkan nizham (system perundangan) Islam dan bertahkim dengan syari`at Islam BUKANLAH merupakan “Langkah Pertama”, akan tetapi yang menjadi “Langkah Pertama” (dalam Dakwah dan Tarbiyah, pent.) adalah : (Upaya) mentranformasi masyarakat (muslim) itu sendiri – baik darikalangan pengambil kebijakan (para pemimpin) maupun yang dipimpin (rakyat-kaum muslimin), dari jalan lama yang mereka tempuh (yang tak sesuai manhaj, pent.) kepada pemahaman-pemahaman Islam yang shahih. (Perkataan Sayyid Quthb, dalam bukunya “Limadza A`dumuuni ?, hal. 44, dan Tafsir Fi Zhilal al Qur’an, Jilid 2 hal. 712)

31. Dan Sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu. QS Muhammad: 31

أن التربية لا تتحقق بالخطب . ولا بحضور دروس العلم , ولا بحفظ متون الكتب. وإنما التربية : ممارسة عملية , وترجمة حقيقية , لكل ما نتلقّى ونتعلّم على ساحة الواقع. وبِـعبارة  أُ خْرى: هي العمل الصادق بالعلم الصحيح , أو تزكية النفس على ما يحبه الله ورسوله صلى الله عليه وسلم.
Pendidikan itu tidak terwujud dengan  retorika (lewat khotbah-khotbah), juga bukan sekedar menghadirkan sejumlah pelajaran, dan bukan pula dengan menghafal sejumlah kitab (walau itu semua penting). Akan tetapi Tarbiyah itu adalah sebuah kesungguhan amal dan eksistensi dari sebuah hakikat, terhadap setiap yang kita terima dan kita pelajari di lapangan kehidupan nyata. Dengan kata lain, bahwa tarbiyah adalah: suatu amal perbuatan yang benar-benar ujud yang disertai dengan ilmu yang shahih, atau ia merupakan penyucian jiwa terhadap apa-apa yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya
ماهي التربية ؟
Jika demikian, lalu apa itu Tarbiyah ?
164. Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.  QS Ali Imran: 164.  Ayat senada juga terdapat pada QS Al Jum`ah: 2, dan Al Baqarah: 129.

Oleh karena itu Aisyah RA secara singkat dan tegas, ketika ia ditanya tentang seperti apa sih akhlaq Nabi Saw ? Jawabnya: Akhlaq beliau adalah Al Qur’an. (HR Muslim dan Ahmad dll)
كان خلقه القرآن   (أخرجه مسلم وأحمد وغبرهما).
Dengan demikian, maka menjadi jelaslah bahwa “Tarbiyah” itu bukan sekedar menampakkan wajah berseri-seri dan ber-akhlak baik, bahkan jauh lebih dari itu, yaitu: sebuah sikap komitmen (iltizam) terhadap Ad Dien (Islam) ini secara kaffah, oleh hati dan fisik, lahir dan batin, secara ilmu dan amal, dakwah dan ibadah,  dan haruslah dimulai dari memahami kalimat Tauhid (secara benar dengan manhaj yang benar pula) dan beramal dengan dasar Tauhid, dan berujung pada menyingkirkan gangguan dari tengah jalan. (Assabiil ilaa Manhaj ath Thaifah al Manshurah, seri 5, hal. 75-77, Syaikh Adnan Ali `Ar `Ur)
إذن : التربية ليس حسن الخلق وبشاشة الوجه فحسب , بل تعني : الـتزام هذا الدين كافة , قلبا وقالبا , ظاهرا وباطنا , علما وعملا , دعوة وعبادة , بدءًا من فهم كلمة التوحيد والعمل بها, وانتهاء بإماطة الأذى عن الطريق . (السبيل إلى منهج الطائفة المنصورة, سلسلة 5, ص: 75-77)
  1. Apabila telah diketahui bahwa Tarbiyah itu adalah beramal dengan ilmu .. maka usaha keras menekuni bidang ini memiliki dampak yang besar dalam ketaqwaan seseorang kepada Allah, dalam memperbaiki manusia (akal, hati dan ruhnya), dan dalam membangun dan menegakkan masyarakat
  2. Di dalam Tarbiyah ada upaya mewujudkan mengokohkan barisan dan menyempurnakan “satu kalimah”, dan dapat mengubur habis sebagian besar pertikaian ummat ini.
  3. Dengan Tarbiyah akhlak terpuji menjadi hidup, lapang dada dan jiwa toleran, dapat menanamkan kemashalahatan individu … sehingga tegak dan baik masyarakat tersebut, dan jadilah kaum muslimin seperti sebuah bangunan yang tersusun kokoh, sebagiannya menopang sebagian lainnya … maka akan turunlah kemenangan (pertolongan) Allah dan menjadi sempurnalah kekokohannya. (hal. 79).

Tahapan menuntut ilmu:
1.    Taujih dan tashfiyah, Bina’ dan tarbiyah, Ta’shil dan Tahliyah, Ta`lim dan Taqwiyah: membangun akal dan fikrahnya, mendidik jiwanya dan akhlaknya, mengarahkan motivasi dan cita-citanya, membersihkan pemikirannya dan aqidahnya, menghunjamkan aqidahnya dan petunjuk-petunjuk diennya, menguatkan imannya, memuliakannya dengan Islamnya, mengikuti salaf-nya dan mempelajari hukum-hukum ibadahnya, sendi-sendi mengenali kebenaran, melatihnya agar dapat melaksanakan kaidah-kaidah yang adil, adab ikhltilaf, husnul khulq.
2.    Syarah dan Tafshil, menindak lanjuti apa-apa yang telah dicapai pada tahap pertama.
3.    Ta`ammuq (pendalaman), pemahaman yang shahih terhadap kaidah-kaidah Dien ini dan pokok-pokoknya. Dan dari sini maka seorang pelajar kelak diharapkan untuk menjadi seorang du`at ilallah Dengan : Bashiroh, ilmu dan hikmah. (hal. 93-94).

Perhatikan Perkataan Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah:
Ilmu adalah merupakan seutama-utamanya amal shalih seseorang, dan ia merupakan seutama-utamanya dan seagung-agungnya jenis ibadah , ibadah tathawwu`; karena itu ia merupakan jenis jihad fi sabilillah. Ketahuilah bahwa Penegakan Dienullah itu dilakukan dengan dua hal:
(1) Al-`Ilmu dan al-Burhan. (2) Al Qitaal wa ‘l-Sinan
Yang pertama harus selalu didahulukan daripada yang kedua, dan dien ini tidak akan pernah mungkin  ditegakkan dan dizhahirkan kecuali dengan menghimpun keduanya. (Kitabul `Ilmi, Syaikh Utsaimin, hal.15, Daar Ats Tsurayya, Riyadl, cet. I, Thn 1999 /1420 H).
Wahai Para Murabbi-Murabbiyah, Jika Anda telah meletakkan “Dunia Pendidikan Islam” sebagai “sarana jihad fi sabilillah Anda”, maka CINTAI lah apa yang menjadi harapan Anda, TAKUT lah pada hal-hal yang dapat membuyarkan harapan atau yang menjadi kendala, dan berikanlah POTENSI, USAHA dan ENERGI Anda untuk menggapai harapan dan cita-cita mulia ini. Insya Allah Anda sudah benar melangkah, mendahulukan pembinaan umat melalui ilmu dan pendidikan daripada menyibukkan diri  mengurusi berbagai makar musuh, apalagi dengan thariqah yang menyimpang, dengan
 menghalalkan segala cara , atau  yang dikenal dengan istilah:
“Tubarrirul Wasilah” untuk mencapai tujuan.

Pesan Kami Untuk Keluarga Muslim:
Berdasarkan QS At Tahrim: 6, Allah mengingatkan sekaligus memerintahkan, agar kita semua dapat menyelamatkan keluarga kita dari “Api Neraka”. Dan hal itu tidaklah mungkin bisa capai kecuali dengan “Tarbiyah” (Pendidikan) Islam yang Shahih. Ayat ini secara tegas menunjukkan bahwa “Pendidikan” itu dimulai dari keluarga, dan di pundak ayah-bunda pendidikan anak itu dipikulkan. Tugas kita sebagai orangtua adalah mengarahkankan (taujih) perkembangan mereka dalam rangka menjaga dari Murka Allah dan adzab-Nya yang pedih, dan dalam rangka mewujudkan “kemanusian” mereka dan kemaslahatan masyarakat mereka.

Sejarah mencatat, bahwa beban orangtrua dalam pendidikan anak itu sempat diringankan oleh peran dan fungsi Masjid, dan ini sangat membantu keluarga dalam melakukan amal-amal tarbiyah, kemudian kini peran pendidikan beralih kepada “Madrasah & Ma`had” (Sekolah-sekolah dan Pesantren).

NAMUN ternyata tidak semua lembaga pendidikan (sekolah dll) itu selalu membantu dan meringankan beban pendidikan dari keluarga. Justru bisa jadi beban pendidikan keluarga akan menjadi semakin  berat dan penuh problem manakala di lembaga-lembaga pendidikan tersebut terdapat berbagai penyimpangan dari pengajaran Islam dan dari tujuan pendidikan Islam.

Sangatlah Tidak Memadahi jika Kita hanya puas dapat memasukkan sekolah anak-anak kita pada lembaga-lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan aqidah Islam yang lurus, Ibadah yang benar, dan menanamkan Tsaqafah Islami, yang selalu memperbaiki ilmu dan amal anak-anak, meluruskan kesalahan mereka dan melatih serta membiasakan hidup di atas jalan Islam yang benar – selama 6 tahun di SDIT Imam Bukhari dan atau di SD Islam sejenisnya – kemudian Bapak & Ibu SECARA SADAR memilihkan sekolah lanjutan untuk anak-anak di sekolah lanjutan yang tidak lagi melakukan fungsi “Ishlah” (perbaikan pribadi), “Tashihul Khatha’ (meluruskan kesalahan anak: ilmu dan amal), dan “Ta`wiid” (Melatih serta membiasakan) hidup anak berjalan di atas jalan Islam yang shahih. Ditambah lagi dengan buruknya lingkungan pergaulan sekolah (baik antar guru, ataupun antar murid dan guru, dan antara sesama murid). Maka sungguh ini sangat disanyangkan, karena ini merupakan sebuah pilihan “Gambling” sangat beresiko tinggi, baik bagi perkembangan anak itu sendiri maupun bagi masa depan orang tua.

Ingat, bahwa usia anak-anak SMP adalah usia awal memasuki “Murahaqoh”, pubertas awal, masa yang paling labil dan paling bahaya bagi sebuah kehidupan, disana “Tidak ada jaminnan” bagi anak yang telah 6 tahun di tempa di SDIT sekalipun, belum tentu dapat bertahan melawan derasnya arus pergaulan bebas dan invasi pemikiran dan pemahaman-juga terhadap lingkungan yang merusak dan menyimpang. Ini artinya salah memilih sekolah bagi anak usia SMP ini bisa jadi berbuah “malapetaka” buat anak dan orangtua.  Bisa jadi kebiasaan baik yang tertanam 6 tahun, tiba-tiba begitu cepat berubah ke arah tidak baik, hanya dalam satu semester atau dua semester …. Takutlah kita kepada Allah Ta`ala. 

Mari kita simak nasihat dari mahaguru kaum muslimin, Ibnul Qayyim al Jauziyah rahimahullah :
“Barang siapa (dari Orangtua) yang meremehkan pengajaran anak-nya pada hal-hal yang memberinya manfaat dan membiarkan begitu saja (sehingga tanpa mengenal Islam sebagai jalan hidup), maka sungguh ia telah melakukan suatu kesalahan besar –bahkan puncak dari kesalahan - . Ketahuilah, bahwa sebagian besar lahirnya anak-anak dengan prilaku buruk (fasad) adalah bersumber dari orangtua (Bapak-Bapak) dan karena sikap meremehkan tadi, dan membiarkan mereka tidak mendapatkan pengajaran agama (kewajiban dan sunnah-sunnahnya), maka hilanglah usia dini (usia emas) mereka, sehingga mereka tidak dapat memberi manfaat untuk diri mereka sendiri, dan tidak pula memberi manfaat bagi orangrtua mereka di masa dewasanya. Mungkin saja dengan sikap orangtua yang acuh terhadap pendidikan agama ini, akan melahirkan anak-anak cerdas, namun menjadi penentang Islam, menjalani hidup tanpa arah yang jelas, mereka “yatiihuun” (berjalan tanpa arah yang jelas, sehingga tersesat jalan).
Bahkan ada sebagian anak yang durhaka ketika dewasanya menyalahkan orangtuanya, sambil berkata dengan keras:

“Wahai Ayahku, engkau telah mendurhakaiku ketika kecil-ku, maka kini akupun mendurhakaimu saat aku dewasa, dan engkau campakkan aku ketika kecil-ku, sehingga kini aku mencapakkanmu pada masa tuamu”.
(Manhaj at Tarbiyah an nabawiyah Lith Thifli, Cet. Ke-3, Maktabah al Mannar-Kuwait, hal. 27, Syaikh Dr. Muhammad Nur Suwaid).

Wassalam, Jatinangor 25 September 2007. Updated, 30 Oktober 2011
Al Faqir ilallah, Abu Fahmi Ahmad.

[Baca...]




Hukum Jamsostek
Pertanyaan, “Apa hukum mengikuti asuransi kesehatan (jamsostek, dan lain-lain)?”

Jawaban, “Asuransi kesehatan itu bagian dari asuransi tijari (asuransi yang berorientasikan keuntungan). Hukum mengikuti asuransi tijari itu ada dua macam.

1.  Jika mengikuti asuransi tersebut karena suka-rela tanpa ada satu pun pihak yang memaksanya maka hukumnya adalah tidak boleh karena transaksi asuransi itu mengandung unsur gharar (gambling) dan taruhan yang terlarang dalam syariat.

2.  Jika keanggotaan asuransi tersebut dipaksakan oleh pemerintah dan tidak mungkin menghindarinya maka kita boleh bergabung dengan asuransi tersebut, namun kita memiliki kewajiban untuk tidak ridha dengannya. Inilah level pengingkaran terhadap kemungkaran yang paling rendah. Kita punya hak dan kita boleh memanfaatkan polis asuransi sebanyak total premi yang pernah kita berikan kepada perusahaan asuransi.

Orang yang benar-benar mengenal Allah tentu saja yakin bahwa bertakwa kepada Allah penyebab dimudahkannya segala urusan, mendapatkan rezeki, dan keluar dari kesempitan penghidupan serta kondisi keuangan yang mengkhawatirkan.

وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا، وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
Allah berfirman (yang artinya), “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan berikan untuknya jalan keluar dan Allah akan melimpahkan rezeki kepadanya dari arah yang tidak disangka-sangka.” (Q.s. Ath-Thalaq:2--3)

وقال تعالى: وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
Allah berfirman yang artinya, “Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan mudahkan segala urusannya.” (Q.s. Ath-Thalaq:4)
Referensi: http://www.ferkous.com/rep/Bi133.php
Artikel www.PengusahaMuslim.com, Agustus 2011.


[Baca...]




يأأيها الناس قد جاءتكم موعظة من ربكم وشفاء لما في الصدور وهدى ورحمة للمؤمنين (57) قل بفضل الله وبرحمته فبذلك فليفرحوا هو خير مما يجمعون (58)

57. Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.
58. Katakanlah: "Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan".

Makna kata-kata penting:
Mau`izhah ( موعظة ) =   pelajaran (nasehat) dari Allah, rambu-rambu yang menghalangimu dari kejahatan .
Wa`azha وعظ)) = menasehati , memperingatkan.
Syifaa’ ( شفاء ) = obat.
Hudaa ( هدى ) = bayaan wa irsyaad, atau penjelasan dan petunjuk.
Fadlillah ( فضل الله ) = nikmat Allah.
Fariha-Yafrahu (  فرح يفرح ) = lawan dari hazina-yahzanu ( sedih ).
Al Farah ( الفرح ) = as-suruur = gembira.

Menurut penafisran Ibnu Katsir, bahwa yang dimaksud dari ayat di atas adalah:
يَاأَيُّهَاالنَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ
Maksud penggalan ayat ini adalah “pencegah kekejian”.

وَشِفَاءٌ لِما في الصّدُوْرِ

Maksudnya adalah dari kesamaran-kesamaran dan keragu-raguan, yaitu menghilangkan kekejian dan kotoran yang ada di dalamnya

وَهُدَى وَرَحْحةٌ لِلْمُؤْمِنين

Maksudnya hidayah dan rahmat dari Allah Ta`ala dapat dihasilkan dengan adanya Al Qur’an itu. Dan sesungguhnya hidayah dan rahmat itu hanyalah untuk orang-orang yang beriman kepadanya, membenarkan dan meyakini apa yang ada di dalamnya, sebagaimana firman Nya:  

ونُنَزِّلُ مِنَ القُرْآنِ ما هُوَ شِفَاءٌ وَرحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنين ولاَ يَزيْدُ الظّالمين إلاّ خسارًا

“ Dan Kami turunkan dari Al Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian” (QS Al-Isra’: 82)

قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذلِكَ

“Katakanlah : “Dengan karunia Allah dan rahmat Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira”. Maksudnya, dengan petunjuk dan agama yang benar, yang datang dari sisi Allah ini hendaklah mereka bergembira, karena sesungguhnya jal itu

 yang patut mereka baggakan.

فلْيَفْرَحُوْا هُوَ خَيْرٌ مِمّا يَجْمَعُونَ

“Karena Allah dan rahmat Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”, maksudnya, dari harta duniawi dan apa yang ada di dalamnya, berupa keindahan yang akan rusak dan pasti hilang.

Al Qur’an Sebagai Mau`izhoh (Pelajaran, Nasihat, Peringatan)

Yang dimaksud dari al mau`izhoh adalah dalam bentuk perintah dan larangan, yang berhubungan dengan “pemberian motivasi dan berita gembira” dan “peringatan yang menakutkan dan berita ancaman” (targhiib dan tarhiib), perkataan yang benar (qaulul haq) yang melunakkan hati dan membekas dalam jiwa, dapat menahan gejolak hawa nafsu yang membangkang, dan menambah jiwa menjadi terdidik baik secara iman maupun hidayah. (Ibnu Taimiyah, dalam Majmu` Fatawa, 19:164, Miftah Daar as Sa`adah-Ibnul Qayyim, 1: 195, juga dalam kitab Tafsirnya hal. 344).
Allah Ta`ala berfirman:

وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُوْا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ وَ أَشَدَّ تَثْبِيْتًا (النساء: 66)
يَعِظُكُمُ اللهُ أَنْ تَعُوْدُوْا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ (النور: 17)

 

Jenis-Jenis Nasihat:

1.    Nasihat melalui pengajaran (wa`zhu at ta`liim); yaitu metode pengajaran untuk menjelas kan aqidah tauhid, pelurusan aqidah, dan penjelasan yang berkenaan dengan hukum-hukum syariat yang lima (wajib, haram, mustahab, makruh dan mubah), dan disampaikannya sesuai dengan setiap kemampuan (potensi) penerimanya, serta mendorong untuk berpegang teguh dengannya dan memeringatkan agar tidak  menyepelekannya.
     Dalam hal ini kita ambil contoh bagaimana metode Rabbani dalam menyampaikan wa’azh at ta`lim ini, dalam  kasus hukum yang mengatur hubungan biologis suami-isteri, ketika (isteri) dalam keadaan haidl, yang terdapat pada ayat 222-223 surat al Baqarah.
     ويسئلونك عن المحيض قل هو أذي فاعتزلوا النساء في المحيض ولا تقربوهنّ حتّى يطهرن فإذا تطهّرن فأتوهنّ من حيث أمركم الله إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين . نساءكم حرث فأتوا حرثكم لكم أنّى شئتم وقدموا لأنفسكم واتقوا الله واعلموا أنكم ملقوه وبشر المؤمنين (البقرة : 222-223)
     Perintah taqwa kepada Allah setelah adanya larangan untuk mendatangi isteri yang sedang haidl, dan perintah mendatangi mereka (menggauli), dan perintah mendahulukan bagi diri sebagai peringatan bagi orang-orang yang menyelisihi petunjuk ilahi. Dan adapaun firmanNya “wa`lamuu annakum mulaaquuhu” adalah sebagai ancaman bagi mereka yang menyelisihi perintahNya, sebab dengan memenuhi perintahNya, mereka akan memperoleh ganjaran di akhirat, dan dihisab amalan mereka. Dan firmanNya “wa basy syiril mu’miniin” sebagai berita gembira dari Allah bagi orang-orang yang taat memenuhi hukum-hukum Allah dan mengikuti petunjukNya, hal ini termasuk kenikmatan di dunia maupun di akhirat, memperoleh setiap kebaikan dan mencegah dari setiap kejahatan.
تلك حدود الله ومن يطع الله ورسوله يدخله جنت تجرى من تحتها الأنهار خلدين فيها وذلك الفوز العظيم . ومن يعص الله ورسوله ويتعد حدود ه يدخله نارا خلدا فيها وله عذاب مهين (النساء: 13-14)
2.    Nasihat-Pelajaran Pendisiplinan (wa`azh at ta’diib): mengembalikan kepada standar akhlak yang baik, seperti : tidak emosional, tidak acuh tak acuh, tidak tergesa-gesa. Berhati-hati dalam melangkah dan mengambil keputusan, bekerja secara profesional, berasni, toleransi dan memenuhi janji, sabar, mulia, dll. Juga penjelasan akan manfaat dan pengaruhnya pada masyarakat, dan mendorong agar berakhlak demikian serta iltizam terhadapnya. Disamping menyampaikan batasan akhlak jelek seperti : tergesa-tergesa, pengecut, melanggar janji, bakhil, dll. Namun keduanya mesti dilakukan dengan metode targhiib dan tarhiib . Dengan bersumberkan pada Al Qur’an, as Sunnah, Atsar shahabat, tabi`in dan para Imam mujtahidun dan kehidupan nyata mereka.

[Baca...]




Sikap Akhwat Bila Dilamar Pegawai Bank

Pertanyaan, “Ada seorang laki-laki yang rajin shalat dan berakhlak mulia yang melamarku. Namun sayangnya, dia bekerja sebagai akuntan di bank ribawi. Sebaiknya, lamarannya kuterima ataukah tidak?”

Jawaban, “Tidak boleh bekerja di bank ribawi secara mutlak, baik sebagai akuntan atau pun bagian lainnya karena bekerja di bank ribawi itu termasuk tolong-menolong dalam dosa dan maksiat. Bekerja di bagian pencatatan atau pembukuan di bank ribawi itu dosanya lebih besar daripada yang bekerja pada bagian yang tidak mendukung transaksi riba secara langsung.
عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ . وَقَالَ : هُمْ سَوَاءٌ
Dari Jabir; dia berkata, 'Rasulullah melaknat pemakan riba, nasabah riba, juru catat, dan dua saksi transaksi riba. Rasulullah bersabda, 'Mereka semua itu sama.'' (Hr. Muslim, no. 1598)

Harta yang didapatkan dari pekerjaan semacam ini adalah harta yang haram. Oleh karena itu, kami sarankan agar Anda menolak lamaran laki-laki tersebut karena menerimanya berdampak pada makanan, minuman, dan nafkah yang Anda dapatkan yang berasal dari harta haram.
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لا يَقْبَلُ إِلا طَيِّبًا ، وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ ،
Nabi bersabda, 'Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu Mahabaik dan tidak menerima kecuali yang baik-baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang beriman dengan semisal perintah yang Allah berikan kepada para rasul.'
فَقَالَ : يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
Nabi lalu mengutip firman Allah (yang artinya), 'Wahai para rasul, makanlah makanan yang halal dan kerjakanlah amal saleh. Sungguh, Aku mengetahui semua perbuatan kalian.' (Qs. Al-Mukminun:51)
وَقَالَ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
Dan firman Allah (yang artinya), 'Wahai orang-orang yang beriman, makanlah makanan halal yang Kami karuniakan kepada kalian.' (Qs. Al-Baqarah:172)
ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
Kemudian, beliau menyebutkan adanya seseorang yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya acak-acakan, pakaiannya berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke arah atas untuk berdoa, sambil mengucapkan, 'Ya Rabbi ... ya Rabbi ....' Padahal, makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan? (Hr. Muslim, no. 1015)

Ibnu Rajab mengatakan bahwa makanan, minuman, pakaian, dan diberi makan dengan makanan yang halal adalah penyebab dikabulkannya doa.
وقال صلى الله عليه وسلم : كل جسد نبت من سحت فالنار أولى به
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Setiap jasad yang tumbuh dari makanan yang haram, nerakalah yang lebih pantas baginya.' (Hr. Thabrani dan Abu Nuaim dari Abu Bakr, dinilai sahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 4519)

Kami doakan agar Allah memberikan kepada Anda suami yang saleh serta rezeki yang halal penuh berkah."
Sumber: http://www.alsalafway.com/cms/fatwa.php?action=fatwa&id=331
Artikel www.PengusahaMuslim.com , 30 September 2011.

[Baca...]




Hari ini Umat Islam akan Segel Kristen Mahanaim,
Aktor Baptis Massal SD Bekasi

BEKASI (voa-islam.com) – 27 Oktober 2011, Kristen Mahanaim kembali berulah, merusak kerukunan umat beragama dengan kristenisasi di kalangan SD Bekasi, dengan modus baptis massal berkedok Mobil Pintar. Umat Islam bereaksi, hari ini usai shalat Jum’at, puluhan ribu massa akan gerudug markas Kristen Mahanaim untuk melakukan penyegelan.

Setelah terungkap bahwa para misionaris yang melakukan kristenisasi berkedok Mobil Pintar kepada ribuan siswa-siswi di 8 SD Negeri dan SD Islam, adalah Kristen Mahanaim, umat Islam Bekasi akan melakukan aksi damai besok siang pukul 13.00 usai shalat Jum’at (28/10/2011).


Rencananya, puluhan ribu massa dari seluruh elemen masyarakat dan berbagai ormas Islam Bekasi akan melakukan longmarch dari Islamic Centre Bekasi menuju markas Yayasan Kristen Mahanaim. Di depan markas Mahanaim, massa akan melakukan orasi-orasi dan penyegelan.

“Kita akan menuntut Mahanaim bubar. Kita kumpul di Islamic Centre Bekasi, lalu melakukan longmarch ke markas Mahanaim. Di sana kami akan orasi, kalau perlu kita segel Mahanaim,” jelas KH Cecep Hudzaifah, Wali Laskar Front Pembela Islam (FPI) Bekasi Raya, Rabu (27/10/2011).

Tuntutan dan penyegelan itu, jelas Ustadz Cecep, karena Yayasan Mahanaim sudah berulangkali melakukan kejahatan kristenisasi yang meresahkan umat Islam. “Masyarakat Bekasi, khususnya umat Islam Bekasi, menilai Yayasan Kristen Mahanaim itu sangat kurang ajar. Beberapa kali mereka menyakiti, menodai dan menyinggung perasaan umat Islam,” tegasnya. “Sudah beberapa kali kami meminta Mahanaim dibubarkan, tapi Pemerintah Kota Bekasi maupun aparat kepolisian hampir-hampir tidak punya nyali, padahal bukti-bukti nyata kesalahan Mahanaim sudah ada. Jadi terpaksa kami harus gelar aksi ini,” tandasnya.

Melalui aksi damai ini, Cecep berharap agar umat Islam Bekasi sadar akan bahaya gerakan musuh Islam, sehingga memperkokoh ukhuwah islamiyah dan bangkit melawan gerakan pemurtadan. “Mudah-mudahan ini menjadi wasilah kebangkitan umat Islam Bekasi, karena Bekasi ini tidak pernah lepas dari persoalan kristenisasi. Kita harus bangkit dan melawan,” ujarnya.

Untuk itu, FPI Bekasi Raya mengundang seluruh elemen masyarakat khususnya warga Muslim Bekasi agar turut bergabung dalam aksi damai besok Jum’at.

Seperti dibertakan voa-islam.com sebelumnya, Yayasan Mahanaim Bekasi adalah kelompok Kristen radikal yang selalu memancing kerusuhan antarumat beragama melalui program tipuan kristenisasi.

Bulan November 2008, Kristen Mahanaim berulah di Bekasi dengan membuat acara tipuan berkedok festival “Bekasi Berbagi Bahagia” yang salah satu acaranya adalah pembaptisan terhadap umat Islam.
Tahun lalu, Rabu (23/6/2010) Ketua Yayasan Mahanaim Hendry Leonardi Sutanto membohongi ratusan umat Islam dari kawasan Senen Jakarta Pusat. Dengan iming-iming rekreasi, ratusan warga Muslim ini diboyong ke rumah milik Ketua Mahanaim di Perumahan Kemang Pratama Regency, Kumala 2 blok L nomor 14. Oleh Andreas Dusly Sanau, koordinator acara, ratusan umat Islam dari beragam umur, mulai anak-anak balita hingga nenek-nenek, sebagian di antaranya adalah ibu-ibu yang berjilbab rapi itu dibawa ke kolam renang untuk dibaptis massal. [taz]


KH Cecep Hudzaifah: Kristenisasi Mahanaim Lecehkan Ibu Negara Ani Yudhoyono

BEKASI (voa-islam.com) - Menyusul terungkapnya Yayasan Kristen Mahanaim Bekasi sebagai aktor kristenisasi dengan modus baptis massal berkedok Mobil Pintar di SD Islam dan tujuh SD Negeri di Bekasi, umat Islam akan menggelar aksi damai usai shalat Jum’at pukul 13.00 WIB (28/10/2011). Puluhan ribu massa akan dikerahkan dalam longmarch dari Islamic Centre Bekasi menuju markas Yayasan Kristen Mahanaim untuk melakukan orasi dan penyegelan.

Jelang aksi akbar menuntut pembubaran Mahanaim yang dinilai sebagai biang kristenisasi di kawasan Bekasi, Rabu (26/10/2011), voa-islam.com mendapat kunjungan rombongan tamu dari Front Pembela Islam (FPI) Bekasi Raya. Tampak di antaranya Ketua FPI Bekasi Raya KH Murhali Barda dan Wali Laskar FPI Bekasi Raya KH Cecep Hudzifah. Selama satu jam, redaksi voa-islam.com berdiskusi seputar perjuangan umat Islam Bekasi hingga kasus-kasus pemurtadan yang semakin ugal-ugalan.

Berikut petikan wawancara Abu Mumtaz dengan KH Cecep Hudzaifah:

Baru-baru ini terungkap bahwa insiden kristenisasi terhadap ribuan siswa di 8 SD Bekasi dilakukan oleh yayasan Kristen Mahanaim. Bagaimana menurut Ustadz?

Masyarakat Bekasi, khususnya umat Islam Bekasi, menilai Yayasan Kristen Mahanaim itu sangat kurang ajar. Beberapa kali mereka menyakiti, menodai dan menyinggung perasaan umat Islam. Dulu ada Bekasi Berbagi Bahagia, kemudian baptis Massal di Kemang, dan yang terakhir sekarang ini kristenisasi Mobil Pintar. Jadi semestinya ini program pelecehan terhadap Ibu Negara Ani Yudhoyono sendiri. Bahwa programnya yang mulia itu dinodai oleh Mahanaim. Mestinya pemerintah yang menindak, bukan umat Islam yang bertindak.

Karena organisasi dan program Bu Ani Yudhoyono dinodai, tapi belum ada tanggapan dari Bu Ani maupun yayasannya, maka terpaksa kami harus turun. Dan lagi-lagi lawan kami adalah Mahanaim.

Atas nama FPI Bekasi Raya, kami berkewajiban untuk melakukan dukungan terhadap ibu Rahma, guru SDN Mangunjaya 5 yang memergoki dan menangkap basah kelompok Mahanaim yang mengatasnamakan Mobil Pintar. Dia adalah Srikandi Bekasi yang berani menangkap dan menyetop pemurtadan Mahanaim terhadap siswa-siswi SD.

....Bu Ani Yudhoyono yang memiliki program Mobil Pintar telah dinodai, dinistakan oleh Mahanaim...

Apa tuntutan aksi besok?

Sudah beberapa kali kami meminta Mahanaim dibubarkan, tapi Pemerintah Kota Bekasi maupun aparat kepolisian hampir-hampir tidak punya nyali, padahal bukti-bukti nyata kesalahan Mahanaim sudah ada.

Jadi terpaksa kami harus gelar aksi ini. Mudah-mudahan ini menjadi wasilah pembubaran Mahanaim yang senantiasa terus-menerus merusak akidah umat Islam di Bekasi.

Mudah-mudahan ini menjadi wasilah kebangkitan umat Islam Bekasi, karena Bekasi ini tidak pernah lepas dari persoalan kristenisasi. Kita harus bangkit dan melawan.

Mengapa mendesak pembubaran Mahanaim? Apakah sudah tidak bisa ditolerir?

Mahanaim tidak bisa ditolerir lagi, karena sudah berkali-kali berlulah. Ini fakta yang sama-sama kita tahu. Setiap ada program pemerintah, dia masuk ke dalamnya. Dan yang terakhir, program Mobil Pintar.

Ini program RI satu lho. Sampai mereka berani. Itu kan kurang ajar namanya. Tidak perlu lagi ditolerir, saatnya mereka dibubarkan.

Semua kita desak, termasuk kepada Bu Ani Yudhoyono yang memiliki program Mobil Pintar. Dia telah dinodai, dinistakan oleh Mahanaim.

Kita cinta negeri ini, kita sayang Bekasi ini agar tidak terjadi penyimpangan dan pemurtadan. Jadi ini betul-betul merugikan umat, khususnya umat Islam.

...Puluhan ribu laskar kita siapkan semua untuk bisa sama-sama menuju Mahanaim. Di sana kami akan orasi, kalau perlu kita segel Mahanaim...

Berapa massa yang akan dikerahkan?

Massa tidak terbatas. Umat Islam Bekasi ini, kalau sudah ada ketersinggungan, insya Allah massa tidak terbatas. Apalagi ini menyangkut Mahanaim lagi. Insya Allah puluhan ribu laskar kita siapkan semua untuk bisa sama-sama menuju Mahanaim. Agar pemerintah tahu, kalau mereka tidak menindak Mahanaim, kita sendiri yang akan menindak.  Insya Allah ormas-ormas Islam Bekasi juga turut bergabung dalam aksi ini.

Apa bentuk aksinya?

Kita akan menuntut Mahanaim bubar. Kita kumpul di Islamic Centre Bekasi, lalu melakukan longmarch ke markas Mahanaim. Di sana kami akan orasi, kalau perlu kita segel Mahanaim. [taz]

Pelaku 'Baptis' Massal Siswa SD Bekasi ternyata Kristen Radikal Mahanaim

BEKASI (voa-islam.com) – Ternyata para misionaris yang melakukan kristenisasi berkedok Mobil Pintar kepada ribuan siswa-siswi di 8 SD Negeri dan SD Islam, adalah Kristen Mahanaim.

Hal itu dipastikan oleh para aktivis Islam yang tergabung dalam ALIBI (Aliansi Islam Bekasi), setelah melacak nomor plat Mobil Pintar yang dirilis voa-islam.com beberapa waktu lalu. 

“Saya dan beberapa tim sudah menelusuri nomor mobil yang  sempat tercatat oleh voa-islam.com, ke Samsat Bekasi. Ternyata, mobil bernomor B 7004 KJA dan B 7001 KDA itu, pemiliknya atas nama Yayasan Mahanaim dengan alamat Kampung Sepatan RT 4/3 Kelurahan Sepanjang Jaya Bekasi dengan jenis kendaraan ELF,” jelas Budi Santoso, koordinator ALIBI kepada voa-islam.com, Jum’at pagi (21/10/2011).

Karenanya umat Islam yang tergabung dalam ALIBI mendesak pemerintah dan aparat terkait untuk menindak tegas Yayasan Mahanaim yang telah meresahkan dengan insiden SARA berupa baptis massal kepada ribuan siswa SD di kawasan Tambun Bekasi. “Yayasan Mahanaim harus dipanggil terkait misi agama lain berkedok Mobil Pintar yang dilakukannya,” ujar Budi yang juga Ketua Front Pembela Islam (FPI) Bekasi Utara itu.Selain itu, ALIBI menuntut pemerintah untuk membekukan Yayasan Mahanaim karena selalu membuat onar dan kejahatan SARA yang memicu kerusuhan umat beragama. “Kami meminta kepada Pemda dan aparat terkait supaya mencabut ijin operasi kegiatan yang  meresahkan masyarakat. Karena ulah misionaris Mahanaim bisa dikategorikan sebagai pemecah kerukunan umat beragama,” tegas Budi.Dalam catatan voa-islam.com, Yayasan Mahanaim Bekasi adalah kelompok Kristen radikal yang selalu memancing kerusuhan antarumat beragama melalui program tipuan kristenisasi.Bulan November 2008, Kristen Mahanaim berulah di Bekasi dengan membuat acara tipuan berkedok festival “Bekasi Berbagi Bahagia” yang salah satu acaranya adalah pembaptisan terhadap umat Islam.

Tahun lalu, Rabu (23/6/2010) Ketua Yayasan Mahanaim Hendry Leonardi Sutanto membohongi ratusan umat Islam dari kawasan Senen Jakarta Pusat. Dengan iming-iming rekreasi, ratusan warga Muslim ini diboyong ke rumah milik Ketua Mahanaim di Perumahan Kemang Pratama Regency, Kumala 2 blok L nomor 14. Oleh Andreas Dusly Sanau, koordinator acara, ratusan umat Islam dari beragam umur, mulai anak-anak balita hingga nenek-nenek, sebagian di antaranya adalah ibu-ibu yang berjilbab rapi itu dibawa ke kolam renang untuk dibaptis massal.

Untuk menyikapi kejahatan misi Kristen Mahanaim, ALIBI bersama seluruh elemen umat Islam akan menggelar aksi demo menolak dan menentang Pembaptisan Massal yang dilakukan oleh misionaris Mahanaim kepada ribuan siswa SD Bekasi.

Rencananya, ALIBI mengerahkan massa sebanyak-banyaknya untuk longmarch menggeruduk Yayasan Mahanaim hari Jum’at (28/10/2011). Aksi damai pukul 14.00 ini dimulai dari Islamic Centre Bekasi. [taz]
http://www.voa-islam.com/photos2/Azka/baptis-mahanaim-hendry.jpg


[Baca...]




SERUAN ULAMA SALAFI MESIR UNTUK RAKYAT LIBYA
MESIR,(voa-islam) – 27 Oktober 2011, tak henti-hentinya orang membicarakan dan menganalisa masalah revolusi ditimur tengah, apalagi pasca tewasnya Qaddafi dan peralihan sistem di Libiya, banyak kalangan terutama ulama ummat Islam yang menaruh harapan akan berubahnya sistem politik yang membeck-up segala kepentingan kaum muslimin dalam kebijakan politik.
...Dan termasuk dari ayat Allah -‘Azza wa Jalla- adalah ketika ia mati, ia dihujani oleh kutukan-kutukan. Maka langit dan bumi sama sekali tak meneteskan airmata saat kepergiannya. Itu adalah ganjaran atas kezaliman dan pembangkangan (terhadap agama)”...
Syaikh Yasir Burhami, Ulama Mesir, pada hari Sabtu lalu tanggal 22 oktober 2011 memberikann pesan pada bangsa Libiya untuk kedepannya. Diawal pesan beliau memberikan ucapan selamat kepada warga Libiya dan mengucapkan rasa syukur atas lenyapnya tiran Qaddafi yang menghalang-halangi tegaknya Dinullah selama beberapa dekakade dengan rezimnya yang zalim menindas rakyat Libiya dan merampas harta mereka (korupsi).
“Allahumma lakal Hamdu, segala puji bagi Allah, yang pantas dipuji, kami tak dapat menghitung pujian yang terucap Untuk-Mu, hanya Engkaulah yang dapat menghitung pujian yang diperuntukan buat-Mu” ujar beliau dengan penuh wibawa dan wajah berseri. “Dan termasuk dari ayat Allah -‘Azza wa Jalla- adalah ketika ia mati, ia dihujani oleh kutukan-kutukan. Maka langit dan bumi sama sekali tak meneteskan airmata saat kepergiannya. Itu adalah ganjaran atas kezaliman dan pembangkangan (terhadap agama)”. Tutur Ulama dan Da’i Mesir itu.
...“kami ingin kebebasan rakyat yang terikat dengan kaidah-kaidah Syari’at. Bukan dengan atuarn demokrasi” tandas beliau...
Beliau melanjutkan pesannya dengan ajakan kepada rakyat Libiya untuk memperhatikan Ilmu agama dan dunia untuk membangun Libiya. Terlebih lagi dalam masalah penerapan hukum dalam bentuk sistem yang sesuai dengan Islam. Beliau juga mengingatkan kepada mereka agar berhati-hati dengan orang-orang yang dari kalangan mereka (muslim arab) namu hatinya adalah hati Syaithan yang ingin menguasai Libiya sebagaimana mereka mau menguasai Mesir untuk melancarkan kepentingan barat dan menanamkan akar-akar Liberalisme dan demokrasi di negri .
“kami ingin kebebasan rakyat yang terikat dengan kaidah-kaidah Syari’at. Bukan dengan atuarn demokrasi” tandas beliau yang menekankan agar tidak mengulangi keselahan yang fatal dimasa lalu dan agar membela agama Allah dimuka bumi.(usamah/anasalafy)

[Baca...]




1.4  Memohon Perlindungan Kepada Allah dari Bisikan Setan
           
Mengingat kuatnya tekad setan dan sekutunya yang tidak akan menyerah dan mengendorkan semangatnya sedikitpun untuk menyimpangkan manusia dan menyesatkan mereka, maka tepat kiranya jika Allah mensyari’atkan kepada kita untuk memohon perlindungan kepada-Nya dari bisikan setan.
           
Hal ini mengingat bahwa setan itu dapat berubah bentuk, bahkan dapat menyusup masuk ke dalam jiwa manusia, serta menyerangnya dari dalam. Sehingga terdapat manusia yang berperilaku merusak dan selalu membuat keonaran sebagaimana lazaimnya perbuatan setan.
           
Satu hal yang penting kita yakini, bahwa dengan diciptakannya setan, maka Allah ingin melihat hamba-hambanya yang taat dan yang maksiat kepada-Nya. Inilah salah satu tujuan diciptakannya iblis la’natullah.
           
Imam Baihaqi di dalam kitanya Al-Asma’ dan Abdullah bin Ahmad di dalam Zawaid-nya meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
            “Sesungguhnya, seandainya Allah tidak menghendaki dimaksiati, tentu Ia tidak menciptakan iblis.”[1]

Di dalam hadis yang lain, Rasulullah bersabda:
                        “Tidaklah di antara kalian terdapat seorang pun, kecuali disertakan pendampingnya dari Jin. Mereka bertanya: ‘Apakah Anda juga, ya Rasulullah?’ Beliau menjawab: ‘Aku juga, hanya saja Allah Ta’ala menolongku atasnya, sehingga ia menjadi Muslim, maka ia pun tak memerintahku kecuali kebaikan’.”[2]

Imam An-Nasa’i meriwayatkan dari Aisyah ra. :
                        “Tidak seorang pun dari kalian kecuali bersamanya ada setan. Mereka bertanya: Dan apakah Anda juga, ya Rasulullah? Beliau menjawab: Juga Aku, hanya saja Allah menolongku darinya, sehingga ia menjadi Muslim.” [3]
           
           
Sejak anak keturunan Adam dilahirkan, ketika itu pula setan telah menunggu di samping ibu anak tersebut untuk sengaja mengganggunya. Hal ini berdasarkan satu riwayat Imam Bukhari berikut:
                        “Tiada seorangpun dari bani Adam yang dilahirkan kecuali setan mencucuknya (menyentuhnya) ketika dilahirkan, sehingga ia menangis (berteriak atau bersuara) dengan jelas akibat cucukan tersebut kecuali Maryam dan Puteranya.”[4]
           
           
Bahkan setan dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui aliran darah, sebagaimana Rasulullah bersabda:
                        “Sesungguhnya setan berjalan pada ibnu Adam (manusia) mengikuti tempat peredaran darah.”[5]
           
           
Oleh karena itu, manusia jangan berharap bisa terhindar dari godaan setan/iblis sekalipun dalam keadaan tidur. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam  bersabda:
                        “Setan mengikat tengkuk leher setiap kalian ketika tidur dengan tiga ikatan. Setiap tali mengikat pada tempatnya, Anda mempunyai cukup waktu (panjang), maka tidurlah (dengan nyenyak).Jika ia terjaga lalu berdzikir kepada Allah (membaca doa bangun tidur), maka lepaslah satu ikatan. Kemudian jika ia (melanjutkan) dengan wudlu’, maka lepaslah sati ikatan (lagi). Maka, jika ia kemudian menegakkan shalat, terlepaslah tiga tali pengikatnya. Sehingga ia (memulai hidup) pada pagi harinya dengan giat dan baik jiwanya. Namun jika tidak, maka ia menjadi buruk dirinya dan pemalas.[6]
           
           
Oleh karena itu, Rasulullah mensyari’atkan kepada setiap Muslim yang bangun tidur dan hendak mengambil air wudlu’, hendaklah ia mendahuluinya dengan memasukkan air ke dalam hidungnya, lalu dikeluarkan lagi. Rasulullah bersabda:
                        “Jika seseorang bangun dari tidurnya, lalu ia berwudlu’, maka hendaklah ia menghirup air ke dalam hidungnya dan dikeluarkannya kembali sampai tiga kali, karena setan bermalam di atas batang hidungnya.”[7]
           
           
Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada kita, hamba-hamba-Nya yang beriman, agar senantiasa melindungkan diri kepada-Nya dari segala bentuk godaan setan. Firman Allah Ta’ala :
                        “Dan apabila kamu terkena gangguan syaithan, maka berlindunglah kepada Allah, sungguh Allah Maha Mendengar lagi Mengetahui.”
            (Al-A’raaf : 200)
                        “Katakanlah: ‘Ya Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari gangguan syaithan dan aku berlindung kepada-Mu jangan sampai syaithan hadir di dekat kami.” (Al-Mukminun: 97-98)

Bahkan secara langsung Allah memerintahkan kepada bani Adam untuk tidak terperdaya oleh setan, sebagaimana ia telah menggelincirkan Adam dan Hawa. Allah berfirman:
                        “Hai anak Adam, janganlah kamu tertipu oleh bisikan syaithan, sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ayah-bundamu dari surga.”
            (Al-A’raaf: 27)
           
           
Pada pembahasan di awal bab ini, telah dipaparkan bagaimana perangai setan dan tekadnya untuk menyesatkan manusia tanpa kecuali. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa setan itu memang benar-benar musuh yang nyata, pantang menyerah, dan memperoleh legalitas penangguhan waktu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah berfirman dengan tegas:
                        “Sesungguhnya syaithan itu musuhmu, maka hadapilah sebagi musuh, ia mengajak golongannya supaya menjadi ahli neraka Sa’ir.” (Fathir: 6)
           
Oleh karena itu, jangan coba-coba bermesraan, menjalin hubungan sebagai teman, pelindung ataupun penasihat dengan iblis, sebab yang demikian itu hanyalah akan membuat setan itu sombong dan merasa agung di sisimu. Padahal ia adalah musuh Allah dan Rasul-Nya, serta penghalang utama dakwa Al-Haq pada setiap Rasul Allah yang diutus ke muka bumi. Seperti terdapat dalam Firman-Nya:
                        “Apakah kamu akan menjadikan iblis dan anak cucunya sebagai walimu (pimpinan, kawan, penasihat, pelindung) selain Aku, padahal mereka itu musuh bagimu?” (Al-Kahfi: 50)
           
Hanya mereka (manusia) yang diselamatkan oleh Allah saja yang akan terhindar dari penyesatan setan. Allah berfirman:
                        “Demi kemuliaan-Mu aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecua para hamba-Mu yang Engkau selamatkan.” (Al-Hijr: 39-40)
           
Di dalam tafsir Ibnu Katsir  diterangkan bahwa kata Syaithan bisa berasal dari kata syathana yang artinya jauh dari tabi’at manusia dan perilakunya dari kebaikan. Bisa juga berasal dari kata syatha yang artinya terbakar, sebab ia terbuat dari api yang tabi’atnya membakar.[8]

1.5  Perintah Membaca Isti’adzah
            Di antara para mufassir berbeda pendapat tentang kapan disyariatkan membaca ta’awwudz (A’udzubillahi minasy syaithanirrajim). Ibnu Katsir mengatakan bahwa setidaknya ada tiga pendapat tentang hal itu:
1.    Setelah membaca Al-Quran.  Hal ini berdasarkan zhahir ayat:  

“qara’ta” dianggap fi’il madli, kata kerja bentuk lampau. Juga dimaksudkan untuk mencegah rasa ujub seseorang pada dirinya setelah selesai melakukan ibadah (membaca Al-Quran).
2.    Sebelum dan sesudah membaca Al-Quran.
3.    Jumhur ulama berpendapat sebelum membaca Al-Quran, yaitu untuk menolak bisikan setan. Makna “idza qara’ta” adalah “idza aradtal qira’ah” (jika Anda hendak membaca), sebagaimana halnya kata “idza quntum ilash shalati”, artinya “idza aradtal   qiyam ilash shalah”, jika Anda hendak mendirikan shalat, maka basuhlah mukamu... atau berwudlu’lebih dahulu.

Perintah membaca ta’awwudz ini berdasarkan firman Allah:
                        “Jika Anda membaca Al-Quran, hendaknya meminta perlindungan Allah dari gangguan syaithan yang terkutuk. Sesungguhnya syaithan itu tidak kuasa untuk mengganggu (mempengaruhi) orang yang beriman dan orang yang berserah diri kepada Rabb mereka. Sesungguhnya kekuasaan syaithan itu hanya pada orang-orang yang berwali kepadanya dan terhadap mereka yang mempersekutukan Allah.” (An-Nahl: 39-41)             
           
           
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abi Sa’id al-Hudri bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam jika berdiri mengerjakan shalat malam, maka dia memulai shalatnya dan bertakbir seraya membaca “Subhanakallahumma wa bihamdika, wa tabarakasmuka, wa ta’ala jadduka wa laa ilaaha  ghairuka, kemudian diteruskan dengan membaca laa ilaaha illallah sebanyak tiga kali dan membaca a’udzubillahissami’ul ‘alim minasy syauthanirrajim, min hamzihi, wa nafkhihi wa naftsihi.
           
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahlussunah yang empat dari riwayat Ja’far bin Sulaiman dari Ali bin Ali ar-Rifa’i al-Yasykuri. Sedangkan Imam Tirmidzi mengatakan hadits ini adalah yang termasyhur dalam perkara ta’awwudz.[9]                                                  
           
Makna “aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk” adalah meminta perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari setan yang terkutuk, agar kiranya tidak memberikan mudarat padaku terhadap din-ku dan duniaku atau menghalangi dari perbuatan yang Engkau perintahkan untukku dan menganjurkan untuk melanggar larangan-Mu.
           
Setan tidak bisa dicegah atau dihalang-halangi oleh manusia sesuper apapun, kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala . Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada kita untuk isti’adzah dari setan. Wallahu a’lam.

1.6  Hukum Membaca Isti’adzah (Ta’awwudz)
           
Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum membaca ta’awwudz adalah mustahabbah (sunah) dan bukan wajib,  berdosa jika ditinggalkan.
           
Ibnu Sirin berkata, “jika Anda membaca ta’awwudz sekali seumur hidup, maka telah cukup menggugurkan wajibnya. Sebab Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sangat memelihara perbuatan ini dan ta’awwudz membuat setan lari terbirit-birit. Oleh karena berkaitan dengan kaidah ushul, tidak sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya, maka ia menjadi wajib kedudukannya.”
            Adapun apakah dibacanya dengan jahar atau dengan sirr, menurut Imam Syafi’i adalah sama saja.[10]

Nasihat ‘Ulama:
           
Ahmad Farid dalam bukunya Taqwa[11], memberikan sembilan perkara yang dapat menolong hamba Allah untuk taat kepada-Nya, sehingga ia terjaga dari bisikan-bisikan setan. Kesembilan perkara tersebut adalah:
1.    Memohon perlindungan kepada Allah. Seperti firman Allah:                       “Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah . Sesungguhnya, Dia-lah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”  (Fush Shilat: 36)

      Sulaiman bin Shuradin berkata: “Ketika saya duduk bersama Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan ada dua orang lagi yang saling berjauhan, lalu salah satu di antara mereka merah wajahnya dan naik darah, kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
      ‘Sesungguhnya akan aku ajarkan satu kalimat, seandainya kalimat tersebut dibacanya niscaya sirnalah (kemarahan) yang dia dapati. Seandainya ia mengucapkan a’udzubillahi minasy syaithanir rajim, maka sirnalah kemarahan yang ia dapati’.”[12]
2.    Membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda:
      “Tidak ada perlindungan yang terbaik bagi manusia selain dengan (membaca)nya (yaitu surat Al-Ikhlash, Al-Falaq, dan An-Nas)”.[13]
3.    Membaca ayat Kursi menjelang tidur, seperti terdapat dalam hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dari Abu Hurairah ra. :
      “Maka barangsiapa yang menjelang tidurnya membaca ayat tersebut (ayat Kursi), baginya tak terlepas dari penjagaan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan syaithan tak kuasa mendekatinya.”[14]
4.    Membaca surat Al-Baqarah sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
      “Sesungguhnya rumah yang di dalamnya dibacakan  Al-Quran surat Al-Baqarah, maka tidak masuk setan ke dalamnya.”[15]
5.    Membaca ayat-ayat terakhir dari surat Al-Baqarah, seperti hadist dari Ibnu Mas’ud Al Anshari, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
      “Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah di malam hari, maka akan terhindar (dari bantuan syaithan).”[16]
6.    Membaca kalimat La ilaha illallahu wahdahu la syarikalahu lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir sebanyak seratus kali. Barangsiapa membacanya pada suatu hari, maka baginya terlindung dari syaithan pada hari itu hingga sorenya.
7.    Banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebab seorang hamba melindungi dirinya dari syaithan dengan berdzikir kepada Allah.
8.    Berwudlu’ dan mengerjakan shalat. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “perkara ini telah teruji kebenarannya, tanpa perlu pengujian dalil lagi.”
9.    Memelihara sikap berlebih-lebihan dalam pandangan, pembicaraan, makanan, dan pergaulan sesama manusia, karena syaithan hanya dapat menguasai anak-cucu Adam dan memperoleh apa yang diinginkannya melalui empat pintu masuk tersebut.[17]
           
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Jin dapat merubah bentuknyamenjadi manusia dan binatang, sehingga mereka terkadang berwujud ular, kalajengking, unta, sapi, kambing, keledai, bighal, kuda, dan juga dalam bentuk burung serta bentuk bani Adam (manusia) ketika setan mendatangi Quraisy dalam wujud Suraqah bin Malik saat mereka hendak pergi perang menuju Badr.”
            Allah Ta’ala berfirman:
                        “Dan ketika syaithan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan:’Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelindungmu ...” (Al-Anfal: 48) 
           
           
Dalam riwayat yang lain, setan berubah bentuk seperti seorang Syaikh dari Najd, yaitu ketika ikut menghadiri konferensi kafir Quraisy di Darun Nadwah, yang hendak memutuskan sikap mereka untuk menghentikan dakwah Rasulullah dan sekaligus menentukan apakah dengan membunuh, memenjarakan, atau mengusirnya. Hal ini diceritakan Allah dalam surat Al-Anfal ayat 30.[18]
           
Seorang Syaikh dari Mesir, seorang sufi, suatu hari pernah berwasiat kepada khadimnya (pembantu) dan berkata: “Jika saya mati, Anda tak perlu mengundang orang untuk memandikan mayatku, sebab nanti aku akan datang untuk memandikan diriku sendiri.” Kesombongan ini didengar oleh setan maka ia pun mengatur strategi untuk menjerumuskan khadim tersebut dalam perbuatan syirik. Maka ketika Syaikh itu meninggal, si khadim tersebut  benar-benar melihat seorang berbentuk Syaikh (sebenarnya setan yang menyerupainya), dan ia pun yakin bahwa yang masuk itu adalah Syaikhnya dan memandikan dirinya sendiri. Namun ketika Syaikh (palsu) itu selesai memandikan dirinya, tiba-tiba raib menghilang dari pandangan khadim.
           
Dalam peristiwa ini, pertama setan telah berhasil menyesatkan si mayit, seraya berkata: “Kamu datang dan memandikan dirimu.” Kedua, ketika Syaikh meninggal setan datang dalam bentuk dirinya untuk menyesatkan orang yang hidup ( dalam hal ini khadim yang percaya kepada ucapan  Syaikh ketika masih hidup). Sehingga sesatlah sebagaimana setan telah menyesatkan mayit sebelumnya.[19]
 ***


[1]  Zawaiduz Zuhud, hal. 296.
[2]  Muslim dengan Syarah Nawawi, juz 17 hal. 157
[3]  Shahih An-Nasa’i, kitab 10 Wanita, Bab Cemburu, No. 3669.
[4]  Fathul Bari. Juz 6 Kitab Mulainya Penciptaan dan Muslim dalam Bab Al Fadlail juz 15.
[5]  Fathul Bari. Juz 4 Kitab I’tikaf dan Muslim , Kitab As Salam, juz 15.
[6]  Fathul Bari. Juz 6 Kitab Mulainya Penciptaan dan Muslim dalam Kitab Shalat bagi Musafir, Juz 6.
[7] Fathul Bari. Juz 6 Kitab Mulainya Penciptaan dan Muslim dalam Juz 3 Kitab Thaharah.
[8]  Lihat Taisirul ‘Aliyyul Qadir, Ikhtisar Tafsir Ibnu Katsir,  Muhammad Nasib ar-Rifa’i, I/10; Maktabah al-Ma’arif Riyadl.
[9]  Taisirul ‘Aliyyul Qadir, Ikhtishar Tafsir Ibnu Katsir, I/9-10
[10]  Ibnu Katsir. Hal. 10
[11]  Hakikat Taqwa dan Mutiaranya yang Terpendam, Terjemahan Abu Fahmi dan Ibnu Marjan, Wala’ Press, 1995, hal. 77-80
[12]  HR. Bukhari, X/518-519, Bab Adab; Muslim,XVI/163 Bab Al Birr Wash Shilah;
dan Abu Dawud No. 4759.
[13]  Lihat HR. An-Nasa’i VIII/251; Ahmad III/417 ; shahih menurut Al-Albani.
[14]  Fathul Bari, Juz 5 Kitab Al Wakalah, hal. 2311.
[15]  HR. Muslim,VI/86 dan Tirmidzi XI/10, tentang Pahala membaca Al-Quran  menurut lafadznya.
[16]  HR. Bukhari, IX/50, Fadlilah Al-Quran; Muslim, VI/91-92, Shalat Musafirin; Tirmidzi, X/12, Pahala Al-Quran.
[17]  Tafsir Al-Mu’awwidzatain, Ibnu Qayyim, hal. 82-87
[18]  Majmu’ Fatawa, XIX/45.
[19]  Majmu’ Fatawa, XI/288.

[Baca...]