BERKATALAH
YANG BAIK, JIKA TIDAK DIAM
{ولاتقف ما ليس لك به
علم، إن السمع والبصر والفؤاد كل ألئك كان عنه مسئولا}
36. dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya. Qs AL Isra`: 36.
Qatadah
mengatakan, “Janganlah kamu mengatakan aku melihat, padahal kamu tidak melihat,
Atau aku mendengar, padahal kamu tidak mendengar. Atau `Aku mengetahui, padahal
kamu tidak tahu, karena sesungguhnya Allah akan meminta pertanggung jawaban
kepadamu terhadap semua hal tersebut. (Lubabut Tafsir Min Ibni Katsir, ayat 36
dari surat al Isra`)..
Larangan itu ditujukan untuk umum, `ammatul muslimin…..
lalu bagaimana jika yang seperti ini itu seorang public figure atau juru dakwah
atau ustadz ?
Dahsyatnya
Lisan Ketika Salah Ucap:
Tentang Dahsyatnya Bahaya Terpelesetnya Lisan
ini, mari kita ikuti penjelasan Ibnul Qayyim al jauziyah rahimahullah berikut: Al
Lafazhat (ungkapan kata kata).
Adapun
tentang Al Lafazhat (ungkapan kata kata), maka cara menjaganya adalah dengan
mencegah keluarnya kata kata atau ucapan dari lidahnya, yang tidak bermanfaat
dan tidak bernilai. Misalnya dengan tidak berbicara kecuali dalam hal yang diharapkan
bisa memberikan keuntungan dan tambahan menyangkut masalah keagamaannya.
Bila
ingin berbicara, hendaklah seseorang melihat dulu, apakah ada manfaat dan
keuntungannya atau tidak ? bila tidak ada keuntungannya, dia tahan lidahnya
untuk berbicara, dan bila dimungkinkan ada keuntungannya, dia melihat lagi,
apakah ada kata kata yang lebih menguntungkan lagi dari kata kata tersebut ?
bila memang ada, maka dia tidak akan menyia nyiakannya.
Kalau
anda ingin mengetahui apa yang ada dalam hati seseorang, maka lihatlah ucapan
lidahnya, ucapan itu akan menjelaskan kepada anda apa yang ada dalam hati seseorang,
dia suka ataupun tidak suka.
PERINGATAN
BUAT LISAN YANG LANCANG:
Yahya
bin Mu’adz berkata : hati itu bagaikan panci yang sedang menggodok apa yang ada
di dalamnya, dan lidah itu bagaikan gayungnya, maka perhatikanlah seseorang
saat dia berbicara, sebab lidah orang itu sedang menciduk untukmu apa yang ada
di dalam hatinya, manis atau asam, tawar atau asin, dan sebagainya. Ia
menjelaskan kepada anda bagaimana “rasa” hatinya, yaitu apa yang dia katakan
dari lidahnya, artinya, sebagaimana anda bisa mengetahui rasa apa yang ada dalam panci itu dengan cara mencicipi
dengan lidah, maka begitu pula anda bisa mengetahui apa yang ada dalam hati
seseorang dari lidahnya, anda dapat merasakan apa yang ada dalam hatinya dan
lidahnya, sebagaimana anda juga mencicipi apa yang ada di dalam panci itu
dengan
lidah
anda.
Dalam
hadits Anas Radhiyallahu ‘anhu yang marfu’, Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam
bersabda
:
لا يستقيم إيمان عبد حتى يستقيم قلبه، ولا يستقيم قلبه حتى يستقيم لسانه
“Tidak
akan istiqomah iman seorang hamba sehingga hatinya beristiqomah ( lebih dahulu
), dan hati dia tidak akan istiqomah sehingga lidahnya beristiqomah ( lebih
dahulu ).”
Nabi
Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam pernah ditanya tentang hal yang paling
banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab “Mulut dan
kemaluan”. ( HR. Turmudzi, dan ia berkata : hadits ini hasan shoheh ).
Sahabat
Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu
‘alayhi wa Sallam tentang amal apa yang dapat memasukkannya ke dalam sorga dan
menjauhkannya
dari api neraka ?, lalu Nabi memberitahukan tentang pokok, tiang dan puncak yang
paling tinggi dari amali tersebut, setelah itu beliau bersabda :
ألا أخبرك بملاك ذلك كله ؟ قال :
بلى
يا
رسول الله، فأخذ بلسان نفسه ثم قال : كف عليك هذا، فقال :وإنا
لمؤاخذون بما نتكلم به ؟ فقال
:
ثقلتك أمك يا معاذ، وهل يكب الناس على وجوههم –
أو على مناخرهم -
إلا
حصائد ألسنتهم
“Bagaimana kalau aku beritahu pada
kalian inti dari semua itu ?’, dia berkata : ya, ya Rasulallah, lalu Nabi Shallallahu
‘alayhi wa Sallam memegang lidah beliau sendiri kemudian bersabda : “ jagalah olehmu
yang satu ini”, maka Mu’adz berkata : adakah kita disiksa disebabkan apa yang
kita ucapkan ?, beliau menjawaba : “Ibumu kehilangan engkau ya Mu’adz, tidakkah
yang dapat menyungkurkan banyak manusia di atas wajah mereka ( ke Neraka )
kecuali hasil ( ucapan ) lidah lidah mereka ?” ( HR. Turmudzi, dan ia berkata :
hadits hasan shoheh ).
Dan yang paling mengherankan yaitu
bahwa banyak orang yang merasa mudah dalam menjaga dirinya dari makanan yang
haram, perbuatan aniaya, zina, mencuri, minum minuman keras serta melihat pada
apa yang diharamkan dan lain sebagainya, namun merasa kesulitan dalam mengawasi
gerak lidahnya, sampai sampai orang yang dikenal punya pemahaman agama, dikenal
dengan kezuhudan dan kekhusyu’an ibadahnya,
juga masih berbicara dengan kalimat
kalimat yang dapat mengundang kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tanpa dia
sadari bahwa satu kata saja dari apa yang dia ucapkan dapat menjauhkannya (dari Allah dengan jarak ) lebih jauh dari jarak antara
timur dan barat. Dan betapa banyak anda lihat orang yang mampu mencegah dirinya
dari
perbuatan
kotor dan aniaya, namun lidahnya tetap saja membicarakan aib orang orang, baik
yang sudah mati ataupun yang masih hidup, dan dia tidak sadar akan apa yang dia
katakan.
Kalau
anda ingin mengetahui hal itu, lihatlah apa yang diriwayatkan oleh Imam Muslim
dalam kitab shohehnya, dari Jundub bin Abdillah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa
Sallam
bersabda :
قال رجل : والله لا يغفر الله لفلان، فقال الله : من ذا الذي
يتألى علي أني لا أغفر لفلان ؟ قد غفرت له وأحبطت عملك "
“Ada
seorang laki laki yang mengatakan : ‘Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si
Fulan itu’, maka Allah berfirman : “Siapa orang yang bersumpah bahwa aku tidak
akan mengampuni si Fulan ?, sungguh Aku telah mengampuninya dan menggugurkan
amalmu.”
Lihatlah,
hamba yang satu ini, dia telah beribadah kepada Allah dalam waktu yang cukup
lama, namun satu kalimat yang diucapkannya telah menyebabkan semua amalnya
terhapus.
Dan
di dalam hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu juga dikisahkan cerita seperti
ini, kemudian Abu Hurairah berkomentar : ‘Dia telah mengucapkan satu kalimat
yang dapat
menghancurkan
dunia dan akhiratnya’.
Dalam
shahih Bukhori dan Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu
‘anhu, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda :
" إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله لا يلقى لها بالا يرفعه الله درجات، وإن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله لا يلقى لها بالا
يهوي في
نار
جهنم.
وعند مسلم :
إن
العبد ليتكلم بالكلمة ما يتبين ما فيها يهوي في النار أبعد ما بين المشرق والمغرب "
“Sesungguhnya
seorang hamba itu terkadang mengucapkan satu kalimat yang termasuk dicintai oleh
Allah, dia tidak terlalu perhatian dengan itu, namun ternyata Allah berkenan
meninggikannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya seorang hamba itu terkadang
mengucapkan satu kalimat yang termasuk dibenci Allah, dia tidak terlalu perhatian
dengan itu, namun ternyata dengan kalimat itu dia masuk ke dalam neraka Jahannam.”
Dalam riwayat Muslim : “sesungguhnya seorang hamba itu mengucapkan satu kalimat
yang tidak jelas apa yang dikandungnya, namun dia dapat menjatuhkannya ke dalam
neraka ( yang jaraknya ) lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.”
Dan
dalam riwayat Al Turmudzi, dari hadits Bilal bin Al Harits Al Muzani
Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam , beliau
bersabda :
إن أحدكم ليتكلم بالكلمة من رضوان الله ما يظن أن تبلغ ما
بلغت، فيكتب الله له رضوانه إلى يوم يلقاه، وإن أحدكم ليتكلم
بالكلمة من سخط الله ما يظن أن تبلغ ما بلغت، فيكتب الله له سخطه إلى يوم يلقاه
“Sesungguhnya
seorang dari kalian terkadang mengucapkan satu kalimat yang dicintai oleh Allah,
dia tidak menyangka (pahalanya ) sampai seperti apa yang dia dapatkan, namun
ternyata dengan kalimat itu Allah memberikan kepadanya keridloanNya sampai
hari
dia berjumpa denganNya kelak. Dan sesungguhnya seorang dari kalian terkadang
mengucapkan
satu kalimat dari yang dimurkai oleh Allah, dia tidak menyangka ( dosanya ) sampai
seperti apa yang dia dapatkan, namun ternyata Allah memberikan kepadanya
kemurkaanNya
sampai dia berjumpa denganNya kelak.” ‘Alqomah mengatakan : “betapa banyak ucapan
yang tidak jadi aku katakan disebabkan oleh hadits Bilal bin Al Harits ini.”
Dalam
kitab Jami’ At Turmudzi, dari hadits Anas Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata : ada
seorang sahabat yang meniggal, lalu ada seorang laki laki berkata : ‘berilah
kabar gembira dengan sorga’, maka Nabi bersabda :
وما يدريك ؟ فلعله تكلم فيما لا يعنيه، أو بخل بما لا ينقصه
“Dari
mana kamu tahu?, barangkali dia pernah mengucapkan ( kalimat ) yang tidak ada
guna baginya atau dia pelit untuk (memberikan ) sesuatu yang tidak akan
membuatnya
kekurangan.”
(Al Turmudzi berkata : “hadits ini hasan” ).
Dalam
lafadz hadits yang lain disebutkan :
إن غلاما استشهد يوم أحد، فوجد على بطنه صخرة مربوطة من
الجوع، فمسحت أمه التراب عن وجهه، وقالت :
هنيئا لك يا بني، لك الجنة.
فقال النبي وما يدريك ؟
لعله كان يتكلم فيما لا يعنيه ويمنع ما لا يضره
“Ada
seorang anak yang meninggal syahid diperang Uhud, lalu ditemukan diperutnya
sebuah batu yang diikat untuk menahan lapar, kemudian ibunya mengusap debu yang
ada di wajahnya, sambil mengatakan : “berbahagialah engkau hai anakku, engkau
akan mendapatkan sorga”, maka Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda
: “ Dari mana kamu tahu ?, barangkali dia pernah mengucapkan kata kata yang
tidak berguna baginya, dan menahan apa yang tidak memberikan mudlarat baginya.”
Dalam
shaheh Bukhori dan Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa Sallam bersabda :
" من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت "
“Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia mengatakan
yang baik baik atau diam saja.”
Dan
dalam lafadz hadits yang diriwayatkan oleh Muslim disebutkan :
" من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فإذا شهد أمرا فليتكلم بخير أو ليسكت "
“Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, bila ia menyaksikan suatu
perkara maka hendaklah ia mengatakan yang baik baik atau diam saja.”
At
Tirmidzi menyebutkan dengan sanad yang shaheh dari Nabi Muhammad Shallallahu
‘alayhi wa Sallam, bahwa beliau bersabda :
" من حسن إسلام المرء تركه ما لا يعنيه "
“Termasuk ( salah satu tanda )
kebaikan Islam seseorang yaitu ( bila ) dia meninggalkan apa apa yang tidak
berguna baginya.”
Dari Sufyan bin Abdillah Ats
Tsaqafi, dia berkata :
" قلت: يا رسول الله قل لي في الإسلام قولا لا أسأل عنه أحدا بعدك، قال :
قل
آمنت بالله ثم استقم، فقلت :
يا
رسول الله ما أخوف ما تخاف علي ؟
فأخذ بلسان نفسه ثم قال: ذا "
“Aku berkata : ‘Ya Rasulallah,
katakanlah kepadaku dalam Islam ini suatu kalimat yang aku tidak akan
menanyakannya pada seorangpun setelah engkau’, Nabi menjawab : “Katakanlah :
aku beriman kepada Allah, kemudian beristiqomahlah
engkau”, aku bertanya : ‘Ya
Rasulallah, apa yang paling engkau
khawatirkan terhadapku ?’, kemudian Nabi memegang lidah beliau sendiri lalu
mengatakan : “ini” ( maksudnya lidah, pent. ). ( HR. Turmudzi, dan ia bekata : hadits
ini shaheh ).
Dan Ummu Habibah
isteri Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam, dari Nabi Shallallahu ‘alayhi wa
Sallam beliau bersabda :
كل كلام ابن آدم عليه لا له، إلا أمرا لمعروف أو يا عن منكر أو ذكرا لله
“Semua ucapan anak
Adam ( manusia ) itu akan merugikan dia, tidak akan menguntungkan dia, kecuali ucapan
untuk amar ma’ruf (memerintahkan yang baik ), atau nahi mungkar (mencegah
perbuatan mungkar ), atau dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.” ( At
Tirmidzi berkomentar : hadits ini derajatnya hasan ).
Dalam hadits yang
lain disebutkan :
"إذا
أصبح العبد فإن الأعضاء كلها تكفر اللسان، تقول :
اتق
الله فينا فإنما نحن بك، فإذا استقمت استقمنا، وإن اعوججت اعوججنا"
“Bila seorang hamba berada di pagi
hari, maka semua anggota tubuh memberikan peringatan kepada lidah dan berkata :
takutlah engkau kepada Allah, sesungguhnya kami ini tergantung kepadamu, bila
kamu istiqomah kami akan istiqomah, dan bila kamu melenceng kami pun ikut
melenceng.”
Sebagian ulama salaf ada yang
menyalahkan dirinya sendiri, hanya sekedar mengucapkan : “hari ini panas dan
hari ini dingin”, dan sebagian ulama juga ada yang tidur kemudian bermimpi dan dia ditanya tentang keadaannya, lalu dia menjawab :
“aku tertahan oleh satu ucapan yang telah aku katakan, aku pernah mengatakan :
“oh, betapa butuhnya orang orang ini kepada hujan”,
tiba
tiba ada yang berkata kepadaku “dari mana kamu tahu itu ?, Akulah yang lebih
tahu tentang kemaslahatan hambaKu.”
Seorang
sahabat ada yang berkata pada pembantunya : tolong ambilkan kain untuk kita
gunakan
bermain main, lalu dia berkata :
‘Astaghfirullah,
aku tidak pernah mengucapkan kata kata kecuali aku pasti bisa mengendalikan dan
mengekangnya, kecuali kata kata yang tadi aku katakan, ia keluar dari lidahku
tanpa kendali dan tanpa kekang.”
Anggota
tubuh manusia yang paling mudah digerakkan adalah lidah, tapi dia juga yang
paling berbahaya pada manusia itu sendiri …
Ada
perbedaan pendapat antara ulama salaf dan khalaf dalam masalah : apakah semua
yang diucapkan oleh manusia itu semua akan dicatat , ataukah ucapan yang baik
dan yang jelek saja ?, di sini ada dua pendapat, namun yang lebih kuat adalah
yang pertama.
Sebagian
ulama salaf mengatakan : “semua perkataan anak Adam itu akan merugikan dirinya dan
tidak akan menguntungkannya, kecuali ucapan yang diambil dari kalam Allah dan
ucapan yang digunakan untuk membelaNya.
Abu
Bakar As Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu pernah memegang lidahnya dan berkata :
“inilah yang memasukkan aku ke dalam
berbagai masalah”, ucapan itu adalah tawanan anda, bila ia sudah keluar dari
mulut anda berarti andalah yang menjadi tawanannya. Allah selalu memonitor
lidah setiap kali berbicara.
" ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد "
“Tidak
suatu ucapanpun yang diucapkan kecuali ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir.”
Bahaya
lidah :
Pada
lidah itu terdapat dua penyakit besar. Bila seseorang bisa selamat dari salah
satu penyakit itu maka dia tidak bisa lepas dari penyakit yang satunya lagi,
yaitu penyakit berbicara dan penyakit diam. Dalam satu kondisi bisa jadi salah satu
dari keduanya akan mengakibatkan dosa yang lebih besar dari yang lain.
Orang
yang diam terhadap kebenaran adalah syetan yang bisu, dia bermaksiat kepada
Allah, serta bersikap riya’ dan munafik bila dia tidak khawatir hal itu akan
menimpa dirinya. Begitu pula orang yang berbicara tentang kebatilan adalah syetan
yang berbicara, dia bermaksiat kepada Allah. Kebanyakan orang sering keliru ketika
berbicara dan ketika mengambil sikap diam.
Mereka
itu selalu berada di antara dua posisi ini. Adapun orang orang yang ada di
tengah tengah –yaitu mereka yang berada pada jalan yang lurus –sikapnya adalah
menahan lidah mereka dari ucapan yang batil dan membiarkannya berbicara dalam
hal hal yang dapat membawa manfaat pada mereka di akhirat. Sehingga anda tidak
akan
melihat
mereka mengucapkan kata kata yang akan membahayakan mereka di akhirat nanti.
Sesungguhnya
ada seorang hamba yang akan datang pada hari kiamat dengan pahala kebaikan sebesar
gunung, namun dia dapati lidahnya sendiri telah menghilangkan pahala tersebut.
Dan ada pula yang datang dengan dosa dosa sebesar gunung, namun dia dapati
lidahnya telah menghilangkan itu semua dengan banyaknya dzikir kepada Allah,
dan hal hal yang berhubungan denganNya.
(Penerjemah: Ummu Salma al Atsari).