MASJID IMAM BUKHARI JATINANGOR
BA`DA SHOLAT SHUBUH-SYURUQ RAMADLAN 1437 H
MINGGU PERTAMA
HARI KE-5, JUM`AT, 5 RAMADLON 1437 H
Oleh ust Abu Fahmi Ahmad

(Kedelapan) Dengan ISTIGHFAR dosa-dosa dapat dihapuskannya dan memasukkan ke Surga
Allah berfirman :

قال اللَّه تعالى: ﴿وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ * أُولَئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ  سورة آل عمران، الآيتان: 135- 136.
135. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri[229], mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
136. mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah Sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. QS Ali Imron: 135-136.

[229] Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.
«﴿ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ﴾ أي: صدر منهم أعمال [سيئة] كبيرة، أو ما دون ذلك، بادروا إلى التوبة والاستغفار، وذكروا ربهم، وما توعَّد به العاصين، ووعد به المتقين، فسألوه المغفرة لذنوبهم، والستر لعيوبهم، مع إقلاعهم عنها، وندمهم عليها؛ فلهذا قال: ﴿ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ﴾.

﴿ وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ Maksud ayat ini, telah terjadi perbuatan-perbuatan buruk yg besar atau yg kecil yg mereka kerjakan, lalu mereka segera bertaubat dan meminta ampunan, mereka mengingat Rabb mereka dan amncamanNya bagi orang-orang yg berbuat maksiat dan apa yg dijanjikan bagi orang-orang yg bertakwa. Maka mereka memohon ampun kepada Nya atas dosa-dosa mereka itu, menutup aib-aib mereka, yg disertai dg tindakan mereka meninggalkanmya hingga akar-akarnya dan menyesalinya. Karena itulah Allah berfirman ﴿ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ﴾.

Dan selanjutnya, firman Allah, ayat 136 nya:
﴿أُولَئِكَ﴾ الموصوفون بتلك الصفات ﴿جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ﴾ تزيل عنهم كل محذور ﴿وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ﴾ فيها من النعيم المقيم، والبهجة والسرور والبهاء، والخير والسرور، والقصور والمنازل الأنيقة العاليات، والأشجار المثمرة البهية، والأنهار الجاريات في تلك المساكن الطيبات،
Yaitu orang-orang yg disifati dg sifat-sifat tersebut “balasannya ialah ampunan dari Rabb mereka” yang dapat menghapus segala yg dikhatirkan dari mereka, dan “surge-surga yg mengalir di bawahnya sungai-sungai”, di dalamnya terdapat kenikmatan yg abadi, kebahagian, kesenangan, kemuliaan, kebaikan, kemenangan, istana-istana, rumah-rumah yg indah lagi tinggi, pohon-pohon berbuah lagi ranum, sungai-sungai yg mengalirpada kediaman-kediaman yg baik tersebut.
﴿خَالِدِينَ فِيهَا ﴾ لا يحولون عنها، ولا يبغون بها بدلا ولا يغير ما هم فيه من النعيم، ﴿وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ﴾ عملوا للَّه قليلاً فأجروا كثيراً فـ«عند الصباح يحْمَد القوم السُّرَى» وعند الجزاء يجد العامل أجره كاملاً موفراً
Mereka itu kekal di dalamnya, mereka itu tidak akan keluar darinya dan tidak pula mencari penggantinya serta kenikmatan yg mereka rasakan di dalamnya tidak akan dirubah, “dan itulah sebai-baik pahala orang-orang yg beramal” Mereka beramal karena Allaj (hanya) sedikit, namujn diberinya ganjaran yg sngat banyak, di shubuh hari, orang-orang yg dermawan bertahmid kepada Allah (atas apa yg diberikan kepada mereka di malam hari). Dan pada hari pembalasan, seorang yg beramal akan memperoleh ganjarannya secara penuh dan sempurna.
)تيسير الكريم الرحمن، ص 157(
Dan Allah berfirman di dalam surat an Nisa ayat 110:

وقال تعالى: ﴿وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا﴾.([1]) سورة النساء، الآية: 110
110. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan Menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
«أي: من تجرأ على المعاصي، واقتحم على الإثم، ثم استغفر الله استغفاراً تاماً يستلزم الإقرار بالذنب، والندم عليه، والإقلاع والعزم على أن لا يعود، فهذا قد وعده من لا يخلف الميعاد بالمغفرة والرحمة.
فيغفر له ما صدر منه من الذنب، ويزيل عنه ما ترتب عليه من النقص والعيب، ويعيد إليه ما تقدم من الأعمال الصالحة، ويوفقه فيما يستقبله من عمره، ولا يجعل ذنبه حائلاً عن توفيقه؛ لأنه قد غفره، وإذا غفره غفر ما يترتب عليه.
Maksud ayat ini adalah “siapa yg bernai melakukan kemaksiatan dan menabrak perbuatan dosa, kemudian ia memohon ampun kepada Allah dengan permohonan yg total yg mengharus kan adanya pengakuan akan dosa yg telah dilakukan, menyesalinya, dan berlepas diri dari kesalahan tersebut, serta bertekad kuat untuk tidak mengulanginya lagi..maka orang yg seperti ini telah dijanjikan ampuan dan rahmat oleh Dzat Yang Tidak Pernah Menyalahi Janji, lalu Dia mengampuni apa yg telah ia perbuat berupa dosa dan maksiat, menghilangkan darinya perkara yg dihasilkan olehnya berupa aib dan cela, mengembalikan kepadanya apa-apa yg telah lalu berupa amaln-amalan yang shalih, membimbimbingnya dalam sisa umurnya di maasa depan, tidak menjadikan dosanya itu sebagai penghalang dari taufik Nya, karena sesungguhnya Dia telah mengampuninya, dan bila Dia telah mengampuninya maka pastilah Dia mengampuni apa yang mejadi konsekuensi darinya…

واعلم أن عمل السوء عند الإطلاق يشمل سائر المعاصي، الصغيرة والكبيرة، وسمي ﴿سُوءًا﴾ لكونه يسوء عامله بعقوبته، ولكونه في نفسه سيئًا غير حسن.
وكذلك ظلم النفس عند الإطلاق يشمل ظلمها بالشرك فما دونه، ولكن عند اقتران أحدهما بالآخر قد يفسر كل واحد منهما بما يناسبه، فيفسر عمل السوء هنا بالظلم الذي يسوء الناس، وهو ظلمهم في: دمائهم، وأموالهم، وأعراضهم.
Ketahuilah bahwa perbuatan buruk itu secara umum meliputi kemaksiatan yg kecil dan yg besar, hal itu disebut buruk karena ia itu dapat merugikan pelakunya dalam bentuk hukuman untuknya, dan karena pada dzatnya sendiri adalah buruk dan tidak baik.
Demikian pula secara umum menganiaya diri sendiri meliputi penganiayaan dirinya dengan kesyirikan atau selainnya, namun jika kedua hal tsb saling berdampingan satu sama lainnya, terkadang setiap hal itu ditafsirkan dgn perkara yg sesuai dengannya, maka perbuatan buruk diartikan sebagai kezhaliman yg merugikan manusia, yaitu kezhaliman mereka terhadap darah, harta, dan kehormatan mereka,

ويُفسَّر ظلم النفس بالظلم والمعاصي التي بين اللَّه وبين عبده، وسمي ظلم النفس «ظلماً» لأن نفس العبد ليست ملكاً له، يتصرف فيها بما يشاء، وإنما هي ملك للَّه تعالى قد جعلها أمانة عند العبد، وأمره أن يقيمها على طريق العدل، بإلزامها للصراط المستقيم علمًا وعملاً، فيسعى في تعليمها ما أمر به، ويسعى في العمل بما يجب، فسعيه في غير هذا الطريق ظلم لنفسه، وخيانة وعدول بها عن العدل، الذي ضده الجور والظلم».([1]) تيسير الكريم الرحمن، ص 217- 218.
Adapun perbuatan menzhalimi dirinya sendiri ditafsirekan sebagai kezhaliman dan kemaksiatan yg merupakan perbuatan (yg mesti dipertanggungjawankan) antara Allah dan hamba Nya. Menganiaya diri sendiri itu dinamakan sebagai kezhaliman diarenakan bahwa  jiwa seseorang itu itu bukan milik dirinya sendiri yg bisa diatur semaunya, namun jiwa itu adalah milik Allah yg telah Dia jadikan sebagai amanah pada manusia dan Dia perintahkan kpd manusia agar memikulmya dgn adil, yaitu dengan mengharuskannya berjalan di atas jalan yg lurus secara ilmu dan amal perbuatan, berusaha mengajarkannya tentang apa yg diperintahkan oleh Allah, berusaha mengamalkan apa yg diwajibkan… Apabila menjalankannya dengan tidak melaui jalan tersebut maka dia telah berbuat aniaya (Zhalim) atas dirinya, mengkhianati dan menyimpang dari perbuatan adil, melakukan hal sebaliknya dengan  kesewenag-wenangan dan zhalim, (Tafsir As Sa`di, Taisirul Kariimr Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan, hal 217-218.

Perhatikan firman Allah dalam surat Huud ini:
قال اللَّه تعالى: ﴿فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ﴾. سورة هود، الآية: 61.
61. .. karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." HUUD: 61

﴿فَاسْتَغْفِرُوهُ﴾ مما صدر منكم، من الكفر، والشرك، والمعاصي، وأقلعوا عنها، ﴿ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ﴾ أي: ارجعوا إليه بالتوبة النصوح، والإنابة، ﴿إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ﴾ أي: قريب ممّن دعاه دعاء مسألة، أو دعاء عبادة، يجيبه بإعطائه سؤله، وقبول عبادته، وإثابته عليها، أجل الثواب، واعلم أن قربه تعالى نوعان: عام، وخاص، فالقرب العام: قربه بعلمه، من جميع الخلق، وهو المذكور في قوله تعالى: ﴿وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ﴾.() سورة ق، الآية: 16.والقرب الخاص: قربه من عابديه، وسائليه، ومحبيه، وهو المذكور في قوله تعالى: ﴿وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ﴾ () سورة العلق، الآية: 19.
(Karena itu mohonlah amounan Nya) Mintalah ampun dari kekufuran dan kemaksiatan serta melepaskan dari cengkeramannya (lalu bertubatlah kepada Nya), kembali kepada Nya melalui taubat nasuha dan benar-benar kembali (Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).. artinya dekat dari orang yg memohon (berdoa) kpd Nya,baik doa meminta maupun doa ibadah, Allah pasti mengabulkannya dengan memberikan apa yg dia minta kpd Nya, menerima ibadagnya dan memberinya pahala. Ketahyuilah bahwa dekat dgn Allah itu ada dua macam:  umum dan khusus. Dekatnya Allah secara umum dari seluruh makhluk Nya, bahwa Dia itu dekat berdasarkan ilmu Nya,(mengetahui dimana dan kapan saja yg dilakukan oleh semua makhluk Nya). Inilahyang disebutkan di dalam salah satu ayat Nya (dan Kami lebih dekat dari makhluk disbanding urat nadi, surat Qaf: 16).
Adapun pengertian dekatnya Allah dari makhluk Nya secara Khusus, yaitu dekatnya Allah dari hamba-hamba Nya yg beribadah, yg meminta dan yang mencintai Nya. Sebagaimana disebutkan dalam surat al `Alaq: 19 (Dan sujudlah dan dekatkan lah –dirimu kepada Rabbmu-)

وفي هذه الآية، وفي قوله تعالى: ﴿وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ ([1]) سورة البقرة، الآية: 186 وهذا النوع، قرب يقتضي إلطافه تعالى، وإجابته لدعواتهم، وتحقيقه لمراداتهم، ولهذا يقرن، باسمه «القريب» اسمه «المجيب» .([1]) تيسير الكريم الرحمن، ص 443
Di dalam ayat ini, dan seperti firman Allah pada ayat lainnya: “Dan apabila hamba-hambaKU bertanya tentang Aku, maka (jawablah) bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan yang berdoa” (surat al Baqarah: 186). Dekat semacam ini adalah kedekatan yang menuntut adanya kasih sayang Allah (kpd hamba-hamba Nya), jawabannya terhadap doa-doa ,ereka, dan mewujudkan keinginan-keinginan mereka. Oleh karena itu, nama al Qariib disandingkan dengan nama al Mujiib. (Tafsir as Sa`di, Taisirul Kariimir Rahman fi Tafsiri Kalamil Mannan, hal 443)


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------