Visi Misi Yayasan Bag.7


SELAMAT AMALNYA
YANG DIMAKSUD DENGAN AMAL YANG SELAMAT ADALAH AMAL YANG DITUNTUN OLEH ILMU, YANG BERSANDAR PADA TUNTUNAN NABI SAW DAN SYARIATNYA,
YANG UNTUK DITERIMA DAN DITILAKNYA DITENTUKAN OLEH TERPENUHI DAN  TIDAKNYA DUA PERSYARATAN DALAM AMAL, ATAU OLEH MIZANNYA : YAITU MIZAN BATIN DAN MIZAN ZHAHIR.
BERDASARKAN  QS AL MULK : 2, BAHWA AMALAN YANG DITERIMA ITU ADALAH YANG AHSAN,
YAITU YANG MEMENUHI SYARAT "IKHLASH" DAN "SHAWAB" (BENAR MENGIKUTI TUNTUNAN NABI SAW).
MIZAN BATHIN DIDASARKAN PADA HADITS UMAR IBNUL KHATHTHAB RA, BAHWA SETIAP AMAL ITU TERGANTUNG IKHLASNYA.
DAN MIZAN ZHAHIRNYA, ADALAH, DARI HADITS AISYAH RA, BAHWA SIAPA SAJA YANG MENGAMALKAN SESUATU AMALAN PADAHAL BUKAN DARI URUSAN KAMI (AGAMA) MAKA TERTOLAKLAH.

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ (٢٨)
28. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama*, Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.
* Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah.


ليس العلم بكثرة الرواية  ولكن العلم خشية
Ilmu itu bukanlah kerena banyaknya riwayat (yang dihafal), namun ilmu itu adalah (ditunjukkan) oleh takutnya (kpd Allah, karena siksaNya yang pedih).
وقال سفيان الثوري عن أبي حيان التيمي عن رجل قال: كان يقال العلماء ثلاثة :
عالم بالله و عالم بأمر الله ،  وعالم بالله ليس بعالم بأمرالله ،  وعالم بأمر الله ليس بعالم بالله.
Berkata Sufyan ats Tsauri dari Abi Hayyan at Taimi dari seseorang yang mengatakan bahwa `Ulama itu ada tiga golongan: (1) `alim terhadap Allah dan perintahNya : mereka itu adalah yang takut kepada (adzab) Allah dan mengetahui batas-batas ketentuan dan kewajiban Allah; (2). `alim terhadap Allah namun tidak alim dalam perintah Nya: yaitu mereka yang takut kepada Allah namun tidak mengetahui batas-batas dan ketentuan kewajiban Allah, dan (3). `Alim terhadap perintah Allah namun tidak `alim terhadapNya: mereka adalah yang mengetahui batas-batas hokum dan kewajiban Allah namun tidak takut kepada (adzab) Nya. (Tafsir Ibnu Katsir, Al Mishabhul Munir, hal 1130).


Berkata Sahal bin Abdullah rahimahullah : setiap pekerjaan yang dilakukan seorang hamba TANPA mengacu pada tuntunan (Rasulullah saw) – baik dalam ketaatan maupunn kemaksiatan – maka (ketahuilah) dia itu sedang menghidupkan nafsunya (berbuat menurutkan nafsu). Dan setiap perbuatan hamba yang dilakukan dengan TUNTUNAN, maka ketahuilah dia itu sedang MENYIKSA (MEMENJARAKAN) Nafsunya.
قال سهل بن عبد الله رحمه الله : كلّ فعل يفعله العبد بغير اقتداء – طاعة كان أو معصية – فهو عيش النفس. وكلّ فعل يفعله العبد بالاقتداء : فهو عذاب على النفس.
وقال احمد بن أبي الحوارى رحمه الله : من عمل عملا بلا اتباع السنة ،  فباطل عمله.
Dan berkata Ahmad bin Abil Hawari rahimahullah : siapa saja melakukan satu perbuatan TANPA MENGIKUTI SUNNAH, MAKA BATIL-LAH AMALNYA.

Berkata Muhammad bin Al Fadl al Bamuji, seorang syaikh kaum pembesar:
HILANGNYA ISLAM melalui empat perkara : (1) (Apabila Kaum Muslimin) tidak mengetahui (tak berilmu) tentang apa-apa yang akan mereka kerjakan, (2) mereka melakukan banyak hal dengan tanpa mendasarinya dengan ilmu; (3) mereka yang tidak mau mempelajari apa-apa yang akan mereka kerjakan, (4) dan mereka yang menghalangi manusia dari proses belajar dan mengajar.
وقال محمد بن الفضل البامجى من مشايخ القوم الكبار: ذهاب الإسلام من أربعة : لا يعملون بما يعلمون ، ويعملون بما لا يعلمون ، ولا يتعلمون ما يعملون ، ويمنعون الناس من التعلم والتعليم.

 
قال عمر ابن الخطاب رضي الله عنه : تفقّهوا قبل أن تسودوا .
وقال أبى عبيد القاسم بن سلام رحمه الله : تعلموا العلم مادمتم صغارا قبل أن تصيـروا سادة.
Umar ibnul Khaththab Ra berkata : Pahamilah agama sebelum kalian usia dewasa. Abi Ubaid al Qasim bin Salam rahimahullah berkata (tentang ucapan Umar tsb): Hendaklah kalian tuntut ilmu (agama ini) selama masih usia dini (kecil) sebelum menjadi tua
ومن فارق الدليل ضل عن سواء السبيل. ولا دليل إلى الله والجنة سوى الكتاب والسنة .
وكل طريق لم يصحبها دليل القرآن والسنة فهي من طرق الجحيم والشيطان الرجيم.
والعلم : ماقامه الدليل. والنافع منه : ما جاء به الرسول. (مدارج السالكين 2: 466-469).
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Siapa yang memisahkan dalil (dari perbuatannya) maka sesatlah dia dari jalan lurus. Dan tidak ada dalil menuju Allah dan Surga selain Kitab dan as Sunnah. Dan setiap jalan yang tidak didukung dalil al Qur’an dan as Sunnah, maka dia itu jalan Neraka dan Syaithan yang terkutuk. (Madarijus salikin,2: 466-469, diringkas)
المراد بالعلم : العلم الشرعي الذى يفيد معرفة ما يجب على المكلف من أمر دينه في عبادته ومعاملته، والعلم بالله وصفاته ، وما يجب له من القيام بأمره ، وتنـزيهه عن النقائص (قال ابن حجر) .
Yang dimaksud dengan al ilmu adalah : ilmu syar`ii yang dapat menambah faedah dalam mengetahui apa-apa yang wajib bagi mukallaf, berupa urusan agamanya -baik di dalam ibadahnya maupun mu`amalahnya-, dan ilmu mengenai Allah dan sifatNya, dan kewajiban untuk menegakkan perintahNya, serta mensucikannya dari segala kekuarangan. (IBNU HAJAR AL ASQALANI).
وقال ابن القيم رحمه الله : إن العبد لو عرف كل شيء ولم يعرف ربه فكأنه لا يعرف شيئا.
Dan ibnul Qayyim rahimahullah berkata: sesungguhnya andaikan seorang hamba itu mengenali segala sesuatu (tentang dunia ini: kultur dan peradabannya), namun dia tidak mengenal Allah, maka sama saja dia itu tidak mengetahui apa-apa”
أخرج ابن عبد البـر  فى جامع العلم عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما :
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم مـر بمجلسين في مسجده : أحد المجلسين يدعون الله ويرغبون إليه ، والآخر يتعلمون الفقه ويعلمونه. فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (كلا المجلسين على خير وأحدهما أفضل من ا لآخر صاحبه .. أما هؤلاء فيدعون الله ويرغبون إليه فإن شاء أعطاهم ، وإن شاء منعهم ، وأما هؤلاء فيتعلمون الجاهل. وإنما بعثت معلّما)
Hadits ini menunjukkan bahwa “Menuntut ilmu agama” lebih baiki daripada “dzikir dan berdoa kepada Allah”, walau keduanya itu kebaikan. Sebab dalam berdoa, bisa saja Allah mengabulkan dan bisa saja menolaknya. Sedangkan dalam “mengajarkan agama” maka orang-orang jahil dapat memperoleh ilmu. Kata Nabi “Sesungguhnya aku diutus sebagai mu`allaim”.
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إذا أتى عليّ يوم  لا أزداد فيه  علما يقربني من الله عز وجل ، فلا بورك لي  في طلوع شمس ذلك اليوم (ص 75).
Jika datang kepadaku satu hari dimana aku tak menambah sedikitpun ilmu yang mendekatkan diriku kepada Allah, maka tak ada keberkahan bagiku terbitnya matahari di hari itu”.
وأخرج بن عبد البـر في جامع البيان عن أبى هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل المسجد فرأى جمعا من الناس على رجل فقال : (وما هذا ؟) قالوا : يارسول الله رجل علاّمة . قال : (وما العلامة }) قالوا : أعلم الناس بأنساب العرب وأعلم الناس بعربية وأعلم الناس بشعر وأعلم الناس بما اختلف فيه العرب) فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (هذا علم لا ينفع وجهل لا يضر).  فهذا العلم لا ينفع لأنه لم يقم على علم بقرآن وسنة  ولو أن هذا الرجل كان عالما بكتاب الله وسنة نبيه  لكان علمه الآخر ... أقرب إلى منفعة المسلمين. فلقد كان أبو بكر رضي الله عنه عالما بالأنساب فلما وعى صدره منهاج الله أصبح علمه بالأنساب  في خدمة هذا الدين، وكان حسن بن ثابت رضي الله عنه شاعرا عالما بالشعر ،  فلما وعى صدره منهاج الله أصبح شعاره وعلمه في خدمة دين الله.
Hadits ini menunjukkan bahwa sehebat-hebatnya ilmu seseorang (non diniyah) yang tidak ada pada dirinya basic pengetahuan Al KItab dan as Sunnah, maka ilmunya tidak menjadi sebuah kebaikan yang dapat mendekatkan kepada kemanfaatan bagi muslimin.
(قاله الشيخ ابن عثيمين, في كتاب العلم):
العلم هو : علم ما أنـزل الله على رسوله من البينات والهدى وعليه يقع الثناء في القرآن والسنة ، وأما العلوم الأخرى غير العلم الشرعي  فإن أعان على طاعة الله وعلى نصر دينه وانتفع به عباد الله فهو علم خيـر ونافع،  وإلاّ فهو علم شـر وغيـر نافع.
Syaikh Muhammd Shalih ibnu Ustaimin rahimahullah berkata di dalam “Kitabul `Ilmi”, bahwa ilmu adalah : ilmu yang Allah turunkan kepada rasul-Nya berupa al bayyinat dan al hudaa, yang atasnya Allah memberikan pujian dalam al Qur’an dan as sunnah. Dan adapun ilmu-ilmu lain (non syariah : baik maqashidnya maupun wasailnya), maka apabila ia dapat membantu dalam menaati Allah dan membela agamanya serta memberi manfaat bagi hamba-hamba, maka ilmu (umum) itu menjadi “KHAIR dan NAFI`”, dan apabila tidak maka jadilah ia ilmu yang buruk dan tidak naïf` (SYARR – GHAIR NAFI`).

TA`LIM – TARBIYAH – AMAL – TSAQAFAH & HADLARAH
Setiap Orang Yang Melakukan aktifitas Pendidikan bisa saja secara umum disebut dengan “Murabbi”.  Dan kegiatannyan disebut sebagai “Tarbiyah”. Yang membedakan antara “TARBIYAH ISLAMIYAH  dan TARBIYAH WADL`IYAH” terletak pada Asas , Ushulnya,  Ahdaf, GHAYAH dan MASHADIR-nya. Yang dari sinilah lahir: KURIKULUM.

Islam tidak memisahkan ilmu dari bagian-bagian  kehidupan insani lainnya dan tidak menjadikannya sesuatu yang berdiri sendiri dan tidak pula meninggikan slogan ilmu untuk ilmu. Islam tidak menjadikan kegiatan ilmu bertentangan dengan bagian orientasi fitrah dan bagian hajat jiwa dan kehidupan.

Dalam islam manusia sebagai makhluk ibadah, yang meliputi keyakinan dalam mengEsakan Allah dalam DzatNya, Asma’ dan Sifat Nya dan juga Af`al-Nya, juga meliputi syi`ar-syi`ar ta`abbudiyah, dan meliputi pemakmuran bumi serta penegakan kebenaran dan keadilan di dalamnya, yaitu dengan mengikuti apa-apa yang diturunkan Allah.
Peradaban (al Hadlarah) Dalam terminology Islam adalah: pemakmuran bumi dengan memenuhi kurikulum ilahi (Manhaj ar Rabbani) , dan masuk di dalamnya aspe-aspek materi dan tanzhimi (pranata, infra struktur),  juga nilai-nilai yang diusung oleh agama , juga pemikiran dan keyakinan serta adat dan taklid Islami

Batasan Utama Ilmu Yang Dituntut :

1.       Yang tidak menjadi musuh bagi agama dan aqidah

2.       Tidak menjadi media yang mengantarkan kepada dekadensi moral

3.       Tidak menjadi media yang mengantarkan kepada kejahatan

Ilmu Yang Harus dituntut seorang Muslim adalah ilmu-ilmu Nafi`, yaitu yang mewariskan rasa takut kepada Allah, dan menjadi sebab bertambahnya ketaqwaan dan taqarrub kepada Allah. Sebab inilah tujuan Allah menciptakan makhluk-Nya.

Ilmu tercela adalah setiap I;lmu yang mengantarkan kepada penentangannya terhadap apa-apa yang turun dari Allah Ta`ala dan rasul-Nya Saw.  Syaikh Abdurrahman Assa`di.

Ilmu (dalam terminology Al Qur’an dan As Sunnah) adalah ilmu tentang apa-apa yang diturunkan Allah kepada rasul-Nya, berupa al-bayyinat dan al huda, yang layak Al Qur’an dan As sunnah memujinya dan memuji ahlinya.

Dan adapun ilmu-ilmu lain (selain syar`iyah), maka apabila turut membantu pada ketaatan pemiliknya kepada Allah dan dapat menolong (membela) agama-nya serta  bermanfaat bagi hajat hamba-hamba Allah, maka ilmu umum itu menjadi baik dan bermanfaat (khair wa naafi’), dan apabila tidak demikian, maka ia merupakan ilmu yang jahat dan tidak manfaat (syarr wa ghair naafi’). Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin, Kitabul `Ilmi.

Maka ilmu menjadi piranti penting dalam memakmurkan bumi, dalam usaha mencari rezeki dan dalam menegakkan peran kekhalifahan manusia di muka bumi, serta menegakkan al-haq dan al `adl.  Dan ilmu seperti inilah yang mampu mendekatkan diri manusia kepada Rabb-nya dan menggapai ridla-Nya.

Itulah mengapa kata Nabi Saw, bahwa majlis tafaqquh fid dien dan ilmu itu lebih baik dan mulia dari pada majlis dzikir dan do`a. Karena dalam berdo`a itu bisa jadi Allah mengabulkan dan bisda jadi tidak. Sedangkan dalam majlis ilmu, disana orang-orang jahil akan mendapatkan pengetahuan dan mengenal Allah, Nabi-nya dan Agamanya.

Dikeluarkan oleh Ibnu Abdil Barr di dalam Jami’ ul `ilmi, dari Abdullah bin Amru Ra.

Standar Kompetensi Pendidikan Islam untuk setiap “Outcomes” nya adalah:

`Alim billah  wa `Alim bi Amrillah. Sufyan ats Tsauri.

Pendidikan Islam, adalah mengembangkan pemikiran manusia, dan mensetting prilaku dan emosional nya, di atas asas Din al Islam, untuk mewujudkan sasaran (Ahdaf) Isslam dalam kehidupan individu dan masyarakat, meliputi semua lapangan kehidupan. Dr. Abdurrahm,an an Nahlawi.

Manakala Tarbiyah itu merupakan bina’ul Insan menuju apa yang dapat mewujudkan tujuan mulia penciptaan manusia, dan sementara aqidah merupakan ushul (landasan) ad dien apabila telah tertancap kokoh dalam jiwa dan bersemayam  di hati setiap insan, maka tujuan pembangunan manusia (tarbiyah) mustahil bisa terwujud tanpa adsanya usaha menanamkan dan menancapkan landasan ad dien ini ke dalam jiwa manusia. Atau dengan perkataan lain: Tarbiyah mustahil dilakukan tanpa landasann Aqidah yang kokoh. Tarbiyah seperti inilah yang mampu men jamin  sambutan seluruh anggota badannya dan ketundukan hawa-nya.    Perhatikan : QS an Najm: 3-5, An Nisa’: 65, al Anfal: 2-4.

الرباني : هو الذي تـربي الناس بمنهج الله ، ويتدرج بهم حتى يصل إلى المستوى الرفيع الذى يريد الله
Rabbani adalah Orang yang menyarbiyah manusia dengan Manhaj Allah, dan membimbing mereka secara bertahap hingga mencapai kedudukan yang tinggi yang dikehendaki Allah (Dr. Umar Sulaiman al Asyqar, dalam Kitab Ma`alim asy syakhshiyah al Islamiyah, hal. 30). Para `ulama salaf menafsirkan QS 5: 63, 3: 79, sebagai orang-orang memelihara (mentarbiyah) manusia (dimulai) dengan ilmu-ilmu kecil (sederhana-mujmal) menuju ilmu yang besar (rinci) …Shahih Bukhari, Fathul Baari, 1/62)



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------