MANHAJ DAN THARIQAH AHLUS SUNNAH YANG SELAMAT
Kedudukan Manhaj (Minhaj)
Bagi Kemukminan seseorang ?
APA ITU MANHAJ :
Membuka wacana berfikir ilmiyah tentang pengertian manhaj Ahlis sunnah wal Jama`ah merupakan tuntutan yang lazim, sehingga ummat memiliki wawasan komprehensif terhadap hakikat dan kedudukan Ahlus Sunnah wal Jama`ah.
Manhaj menurut bahasa maknanya "jalan yang terang" sebagaimana dijelaskan dalam QS al Maidah: 48.
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ …(٤٨)
Untuk tiap-tiap umat diantara kamu [*], Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, QS QAl Maidah: 48.
[*] Maksudnya: umat Nabi Muhammad s.a.w. dan umat-umat yang sebelumnya.
Namun secara istilah (terminology), maka makna "Al Manhaj" adalah aturan yang diikuti kaum muslimin di dalam memahami, mengamalkan dan menyebarkan agama. (Al Manhaj, Yayasan ash shofwa, hal. 3-4, Jakarta)
Minhaj adalah satu cara atau jalan yang ditempuh jama`atul muslimin dalam mewujudkan perkara aqidah di dalam hati, dan penegakan syariah Allah di muka bumi. (Silsilah As Sabil ilaa Thaifah al manshurah, Syaikh Adnan al `Ar Ur)
Minhaj adalah satu bagian dari bagian-bagian Islam, berdasarkan firman-Nya:
Berdasarkan dua nash, pertama dari QS 5: 48 dan sabda Nabi saw – hadits Hudzaifah RA : ………….. kemudian terjadi khilafah(sistim kekhalifahan) di atas manhaj kenabian
(Khilafah `ala manhajin nubuwwah) (HR Ahmad dan dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Maka jelas bahwa: MANHAJ merupakan bagian dari ad Dien, sebagaimana halnya syari`ah, aqidah, akhlak dan suluk.
Manhaj adalah metode dan jalan yang dipergunakan oleh jama`ah kaum muslimin untuk mewujudkan perkara aqidah di dalam hati dan penegakan syari`at Allah di muka bumi. |
المنهاج هو : الطريق والسبيل الذي تسير عليه الـجماعة المسلمة لـتحقيق أمر العقيدة في القلب وإقامة الشرع الله في الأرض. |
Ketika seorang mukmin memohon hidayah dari Allah berupa “shirathal mustaqim” dalam surat al Fatihah, maka artinya (menurut Ibnul Qayyim al Jauziyahha rahimahullah) bahwa seorang mukmin itu memohon untuk selalu berada di jalan lurus, yaitu di atas Al Qur’an dan as Sunnah.
Dan ini menjadi Rukun I dan II JALAN KEMBALI KEPADA AD-DIEN. Namun mengingat banyaknya ikhtilaf di kalangan muslimin muta`akhhirin setelah tiga generasi unggul (salaf umat ini), maka perlu pernyataan tegas agar kita selamat dari fitnah perselisihan dan jalan kembali kepada al Qur’an dan as Sunnah (rukun I dan II), maka Allah menjelaskan perlunya meniti jalan yang telah ditempuh oleh para pendahulu kita yang telah Allah anugerahkan rahmat dan kenikmatan atas mereka, termasuk jalan yang ditempuh para shalihin (dari kalangan salaf sahabat RA). Dan ini menjadi rukun III dari jalan seorang mukmin kembali kepada Ad Dien. Shirathal mustaqim adalah jalan yang dapat menghindarkan dari kesesatan jalan dan kemurkaaan Allah (yang merupakan dua jalan kefasadatan yang ditempuh ahlul Kitab dan yang mengikuti jejak mereka). Jalan para nabi, syuhada', shddiqin dan shalihin.
Kesesatan dan Kemurkaan Allah merupakan dua penyakit yang membunuh setiap insan. Dan kedua nya sebagai akibat dari rusaknya ILMU (fasadul `ilmi) dan rusaknya TUJUAN (fasadul qashdi). Fasad ilmu sebagai penyebab Sessatnya seseorang, dan fasad qashad sebagai penyebab murka Allah. Dan shirathal mustaqim merupakan obat kedua penyakit mematikan tersebut. Inilah maqsud dari firman Allah yang terkandung dalam QS 6: 153. Jalan kesesatan (yang ditempuh nashrani) dan jalan yang dimurkai Allah (yang ditempuh Yahudi) merupakan contoh makna “As Subul” dalam ayat ini, dan jalan-jalan lain yang tidak mengikuti jalan sunnah, di atas setiap jalan-jalan itu SYAITHAN menyeru manusia. Oleh karena itu shirathal mustaqim adalah jalan yang dengannya Allah mengutus para rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitab-Nya.
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٥٣)
153. Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)*, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
* Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
.
Seseorang tak akan sampai kepada Allah (dengan selamat) kecuali melalui satu-satu jalan ini (ash shirath al mustqim), dan andaikan manusia mendatanginya melalui jalan-jalan lain dan membuka pintu-pintunya, maka semua jalan itu buntu (masdudah) dan semua pintu nya tertutup (mughlaqah). Ya..Kecuali melalui satu-satunya jalan, yang dapat menyampaikan nya kepada Allah sebagai penghubung dengannya, sebagai jalan paling dekat, lurus tiada berkelok, yang dapat menyampaikan kepada tujuan, jalan yang luas / lebar bagi setiap yang melaluinya . (Ibnu Qayyim rahimahullah dalam Tafsirnya dan dalam Madarijus Salikin jilid I)
Yang bukan termasuk Manhaj Shahabat dan Ahlus sunnah wal Jama`ah : 1. mencapai tujuan dengan segala cara, seperti mencapai kekuasaan dengan metode apapun walau dengan manhaj yahudi dan nashrani seperti melalui demokrasi, dan sejenisnya. Membenarkan partai sebagai jalan menempuh kekuasaan ala demokrasi, walau dia sendiri sebenarnya mengakui "jeleknya demokrasi" secara teori maupun praktik. Ini adalah manhaj pengabdi hawa nafsu. 2. Mendahulukan maslahat khususs atau umum atas nash-nash yang jelas melarangnya, ini adalah manhhaj munafiqun 3. Membolehkan hal-hal yang dilarang (musik , nyanyian, goyangan, lukisan makhluk bernyawa, wanita berenang di tempat umum, ikhtilath dll,) dengan meninggalkan kewajiban, menjauhi yang disunnahkan, dengan klaim demi kemaslahan dakwah. Itulah terkadang mereka mengadakan acara nada dan dakwah, konser amal dsj. 4. Menghimpun (kader-kader pengikuti) dengan metode penyatuan tanpa nilmu dan tarbiyah yang sunniyah. Dll. |
Termasuk perkara Manahaj adalah: · Menahan tangan (berlaku sabar, padahal sudah sangat kesal dan sakit oleh musuh) ketika kondisi di Makkah awal Perjuangan Nabi saw, namun membuka tangan lebar-lebar maju bertempur pada fase Madinah, atau pada kondisi umat itu kuat dan kokoh. Ini adalah perkara Manhaj bukan strategi kondisional atau taktis belaka. Adalah suatu keharusan (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, QS 4 : 77). · Bersabar atas peristiwa penganiayaan Yasir dan Sumayyah di Makkah, juga –penganiayaan dan pembantai Yahudi di Makkah termasuk kepada seorang wanita. Ini adalah manhaj. |
Diantara Sifat Thaifah al Manshurah (Ahlus sunnaah wal Jama`ah): 1. Istimrariyah (berkesinambungan), QS at Taubah: 100, ayat ini menunjuk adanya Sejarah mulai adanya jama`ah, disana ada sejumlah manusia yang menganutnya, bukan semata Manhaj. Muttabi` dalam ayat ini menunjuk adanya sifat istimrariyah keberadaannya, dan sifatnya umum dan tidak terputus, dan orang-orang nya terus-menerus di atas jalan ini. Thaifah al Manshurah adalah manhaj dan muqawwamat, jama`ah dan orang-orang berdiri di atas manhaj ini, baik aqidahnya dan jalan yang ditempuhnya, syariahnya dan akhlaknya, jihad dengan lisan , amal dan senjata silih berganti. Jadi kalau ada di zaman ini masih ada yang sengaja membentuk jama`ah baru, bukan meneruskan jama`ah awal, dimana mereka melakukan aturan sendiri (nizham dan tanzhimnya, wala-bara'nya), maka ia disebut dengan jama`ah munqatihi' sanad (sandanya terputus), dan biasanya mereka loyal hanya sesamanya, muwafaqah dan berteman dengan sesame anggota, namun menganggap orang yang tidak muwafaqah dengan mereka dianggapnya sebagai musuh dan membahayakan, bahkan ada lagi yang mengkafirkan jama`ah lain atau orang yang mau masuk ke jama`ah mereka. 2. Bersatu (berjama`ah) hanya di atas Tauhid dan Manhaj, dan berpisha piun di atas kedua prinsip tersebut. 3. Symuliyatud Dakwah (matan dan obyek dakwahnya menyeluruh) meliputi semua lapisan masyarakat, yaitu seluruh manusia : dari tukang sayur sampaim insinyur, dari rakyat jelata sampai pejabat berbuasa, dan segala level pendidikan dan status sosial, semua berhak mendapat dakwah.
|
Diantara Pemahaman Pokok Ahlus sunnah Thaifah al Manshurah : 1. Semua bencana, musibah dan petaka yang menimpa kita adalah karena perbuatan dosa kita. QS 4: 79, Syura: 30. Perhatikan kasus perang Uhud QS 3: 165-166, perang Hunain QS at Taubah: 25, juga kaum Saba', QS Saba : 16, An Nur : 63, al An`am: 65. . Sabda Nabi saw: mushibah, penyakit dan kesedihan adalah sebagai balasan (pendahuluan di dunia) di dunia ini" Shahihul Jamai' : 6717. 2. Berubahnya kondisi (waqi') kita tergantung pada sejauh mana kita-kita sendiri mau merubahnya, QS ar Ra`du : 11 3. Mendidik pribadi-pribadi ummat dan menyatukan shaff sebelum memikirkan bagaimana menghadapi musuh-musuhnya. Sebab mujahid itu mestilah telah terbina aqidahnya dan akhlaknya, telah banyak memakan asam garam perjuangan, merasakan rasa kesabaran dan ukhuwwah, siap berkorban dan berlalkun Itsar, sempat menikmati lezatnya ketaatan dan kepatuhan, pada Allah, Rasul Nya dan pemimpin-pemimpinnya. |
Diantara Ushul Manhaj as Salaf Ahlussunnah wal Jama`ah:1. Berpegang teguh dengan Islam secara menyeluruh, QS 2: 208, dijelaskan oleh Ibnu Katisr dan Ibnu Taimiyah. 2. Ad Da`wah ilat Tauhid awwalan wal `amal fil `ibadat tsaniyan ma`at tamassuk bil akhlaqi da'iman.3. Din kita adalah Din Ittiba`, bukan Din Fikr da Ibtida`. |
PERIHAL THARIQAH
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١٠٨)
108. Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". QS YUSUF : 108.
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٥٣)
153. Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)*, karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalanNya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
* Shalat wusthaa ialah shalat yang di tengah-tengah dan yang paling utama. ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud dengan shalat wusthaa ialah shalat Ashar. menurut kebanyakan ahli hadits, ayat ini menekankan agar semua shalat itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya.
MAKNA "AS SABIIL atau ATH THARIIQ
Pada ayat QS Yusuf : 108 dan Al An`am : 153, terdapat kata "As Sabiil".
Yang dimakksud dengan As Sabiil (jalan) atau ath Thariiq (jalan atau metode) adalah:
Setiap jalan yang ditempuh oleh seorang hamba untuk sampai kepada tujuan.
Tujuan penciptaan kita adalah "IBADATULLAH" (Beribadah kepada Allah). Juga jalan kita kembali kepada agama, kepada al Qur'an dan as Sunnah. (Perhatikan kembali penjelasan Imam Ibnul Qayyim al Jauzaiyah di atas, tentang Rukun I, II dan III ).
Dari sini dapat kita petik pemahaman penting:
Setiap jalan dan metode dalam agama, berupa jalan-jalan apapun selain dari jalan yang ditempuh oleh Rasulullah, para sahabatnya dan mereka yang mengikutinya dengan ihsan, maka dihukumi sebagai jalan bukan dari syari`ah (Ghair syari`ah), dan setiap jalan Ghair masyru`ah maka dia disebut sebagai jalan
bid`ah (Thariqah mubtadi`ah). Perhatikan QS Yusuf: 108 di atas.
Yang termasuk Thariqah syari`at adalah jalan dakwah, jalan menuju kekuasaan, jalan (metode) perubahan umat. Termasuk juga : Hijrah, bai`ah dan ikhtiyar (ialah jalan yang ditempuh oleh salafush shalih di dalam menentukan seorang Khalifah (pemimpin umat), yaitu dengan cara "ahlul halli wal `aqdi memilih seseorang yang paling layak (al qawiyyu, al amiinu, dan yang ashlah : kuat, terpercaya dan paling mumpuni dari calon-calon yang ada). Kemudian seluruh umat mengikuti (tunduk) pada proses pemilihan ini, lalu bersepakat atasnya dan memba`iatnya.
قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الأمِينُ (٢٦)
26. Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". .AL QASHASH : 26.
Pemimpin profil Musa AS
وَقَالَ الْمَلِكُ ائْتُونِي بِهِ أَسْتَخْلِصْهُ لِنَفْسِي فَلَمَّا كَلَّمَهُ قَالَ إِنَّكَ الْيَوْمَ لَدَيْنَا مَكِينٌ أَمِينٌ (٥٤)
54. Dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai orang yang rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia berkata: "Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan Tinggi lagi dipercayai pada sisi kami". YUSUF : 54. Profil Yusuf AS
.
Coba Anda perhatikan sabda Nabi Saw berikut: {مَنْ وَلِـيَ مِنْ أَ مْرِ الـمُسْلِمِيْنَ شَيْئًا ، فَوَلَّى رَجُلاً وَ هُوَ يَجِدُ مَنْ هُوَ أَ صْلَحُ لِلْمُسْلِميْنَ مِنْهُ ، فَقَدْ خَانَ اللهُ وَ رَسُوْلَهُ} "Barang siapa memimpin suatu umat dari urusan umat Islam, lalun ia mengangkat (memilih) seseorang padahal ia melihat ada orang yang lebih layak daripadanya bagi kaum mulsimin, maka ia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya" HR al Hakim dalam al Mustadrak, 4/92. { مَنْ وَلَّى رَجُلاً عَلَى عِصَابَة ٍ ، وَ هُوَ يَجِدُ فِيْ تِلْكَ الـعِصَابَةِ مَنْ هُوَ أَ رْضَى لله ِ مِنْهُ ، فَقَدْ خَانَ الله َ وَ رَسُوْ لَهُ وَخَانَ المؤْمِنِيْنَ} "Barangsiapa mengangkat seseorang pada suatu jabatan padahal dia melihat pada jabatan itu ada orang lain yang lebih Allah ridloi daripadanya, maka dia telah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta kaum beriman" HR al Hakim dalam al Mustadrak, 1/92,93 dari Ibnu Abbas . |
MENGENAL B ID`AH DALAM AGAMA
Sebagaimana kita mengetahui bahwa dalam beragama ini kita dituntut akan dua mizan, yaitu mizan batin dan mizan lahir. Mizan batin (innamal a`maalu bin niyyat), dan mizan lahir itu dasarnya (Laisa minna man `amila bisunnati ghairina : Bukan golongan kami orang yang beramal dengan yang bukan sunnahku).
Bid`ah itu ada dua :
Pertama: Bid`ah Idlofiyah
Mengerjakan satu amalan yang perintah umumnya ada, namun dalam pelaksanaannya tidak mengikuti petunjuk (contoh) Rasulullah Saw. Perintah umum tidak bisa diperlakukan khusus kecuali ada dalil (alqur'an atau as sunnah) yang mengkhususkannya.
Baik mengkhususkan dalam cara, dalam jumlah, dalam tempat maupun waktu tertentu.
Contoh: Ada ayat-ayat atau sunnah yang memerintahkan banyak dzikir kepada Allah secara umum. Kita tidak bias memberikan batasan kekhususan tentangnya kecuali jika memang ada dalilnya. Misal : membaca subhanallah, al hamdulillah, Allahu Akbar, masing-masing 33 x dan ditutup dengan kalikat Tahlil, berdasarkan dalil khusus untuk dzikir usai shalat wajib.
Bagaimana jika kita ingin menambah jumlah lebih banyak supaya mantap (menurut dugaan kita) ? jawabannya: untuk apa, dan anda suka menyelisihi rasulullah Saw ? dll.
Bida`ah jenis ini disebut dengan BID`AH IDLOFIYAH.
Kedua: Bid`ah Hakikiyah
Melakukan amal dalam agama tanpa ada perintah atau meninggalkan amal tanpa ada larangannya baik dari al Qur'an maupun dari as sunnah. Bid`1ah jenis ini dinamakan dengan BID`AH HAKIKIYAH.
Kedua jenis bid`ah ini sama-sama sesat, tergantung besar kecilnya.
Selain dua jenis bid`ah itu, ada pula bid`ah dalam pemikiran dan pendapat (Bid`ah fil Aaraa'i), yaitu mengedepankan pendapat ulama/filosof/sufi/fuqaha' yang menyelisihi al Qur'an, as Sunnah, atau Ijmak umat. Mengeluarkan pendapat berkaitan dengan syariat tanpa dalil syar`iyah dan hujjah yang jelas-jelas shahih. Tadi di atas kita telah mengenal jenis bid`ah lain, yaitu Bid`ah dalam Thuruqat (jalan).
Kita perlu membahas secara khusus tentang "ITTIBA'" dan "BID`AH"serta pengaruhnya bagi kaum muslimin, insya Allah pada kesempatan lain. |
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------