مفهوم العقيدة الإسلامية
Abdullah bin Abdil Hamid al-Atsari dalam bukunya “Al Wajiiz fi `Aqidatis Salafish Shalih, Ahlis Sunnah wal jama`ah”, ia mengatakan, bahwa: Kata “aqidah” diambil dari kata dasar :
“al `aqdu” الـعَقْدُ yang mempunyai beberapa arti, yaitu:
الرَّ بْطُ | الإِ بْرَامُ | الشدُّ بِقُوَّ ةٍ | التَّوَ ثُّقُ | الإِحْكَامُ |
ikatan | pengesahan | Pengikatan dengan kuat | Menjadi kokoh | penguatan |
الإِثْبَاتُ | المُرَاصَّةُ | التَّمَاسُكُ | اليَقِيْنُ | الـعَزْمُ |
Penetapan | Pengokohan | Berpegang teguh | Keyakinan | Penetapan |
العقد ض الحلُّ
Lawan kata dari “al `aqdu” adalah “al hallu” (penguaraian, pelepasan).
لا يُؤَاخِذُكُمُ اللَّهُ بِاللَّغْوِ فِي أَيْمَانِكُمْ وَلَكِنْ يُؤَاخِذُكُمْ بِمَا عَقَّدْتُمُ الأيْمَانَ (٨٩)
89. Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, (Qs.Al-maidah : 89)
Begitu pula pengertian aqidah secara bahasa menurut Prof. Dr `Abdullah bin `Abdul `Aziz Al Jabarin, dalam bukunya “Tahdzib Tashilil `Aqidatil Islamiyah”.
Bahwa aqidah secara bahasa diambil dari kata “ al `Aqdu”, yaitu : asy syaddu (kuat), ar rabthu (ikatan), almiitsaaq (ikatan), ats tsubuut (penetapan) dan al ihkaam (penguatan).
Dalam bahasa lain, Dr. Nashir bin Abdul Karim al `Aql juga mengartikan lafal aqidah secara bahasa dengan “al `aqd, at tautsiq, al ihkam, dan ar ribth bi quwwah. Dan secara istilah, dia memaknai aqidah dengan “Keyakinan yang pasti dan bulat yang tidak disertai lagi dengan karagu-raguan di dalam nya”. (Mujmal Ushul Ahlis sunnah wal Jama`ah Fil `Aqidah, hal. 5, Dar al Wathan, Riyadl, Th 1411 H)
تعريف العقيدة في الاصطلاح العام : هي الإيمان الجازم ، والحكم القاطع الذي لا يتطرق إليه شك ، وهي ما يؤمن به الإنسان ، ويعقد عليه ضميره ، ويتخذه مذهباً وديناً ، بغضِّ النظر عن صحته من عدمها .
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Adapun pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan dengan perbuatan. Seperti aqidah dengan wujud Allah dan diutusnya oara rasul. Bentuk jama' dari `aqidah adalah `aqaa`id (Kamus Lisanul `arab, dan kamus al Muhith, al mu`jamul wasith).
Ta`rif `aqidah secara istilah (terminology) adalah:
Perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Dengan kata lain: keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang meyakininya dan harus sesuai dengan kenyataannya yang tidak menerima keraguan atau praduga.
Aqidah Islamiyah adalah keimanan yang pasti dan teguh kepada Allah --dengan Rububiyah Nya, Uluhiyah Nya, Asma' dan sifat Nya --, para Malaikatnya, Kitab-Kitab Nya, pada Rasul Nya, hari Akhir, takdir baik maupun buruk, semua yang terdapat dalam masalah yang ghaib, pokok-pokok agama dan apa yang telah disepakati oleh Slafush Shalih dengan ketundukan yang bulat kepada Allah SWT baik dalam perintah Nya, hokum Nya maupun ketaatan kepada Nya serta meneladani Rasulullah Saw. (al Wajiz fi `aqidatissalaf ash shalih, ahlus sunnah wal Jama`ah, Syaikh Abdullah bin Abdil Hamid al Atsari, hal.17-19; lihat juha Mukhtashar `aqidatu ahlis sunnah wal jama`ah, Dr. Muhammad Ibrahim al Hamd).
العقيدة الإسلامية : هي الإيمان الجازم بالله ، وملائكته ، وكتبه ، ورسله ، واليوم الآخر ، والقدر خيره وشره ، وبكل ما جاء في القرآن الكريم ، والسنة الصحيحة من أصول الدين ، وأموره ، وأخباره ، وما أجمع عليه السلف الصالح ، والتسليم لله ـ تعالى ـ في الحكم ، والأمر ، والقدر ، والشرع ، ولرسوله ـ صلى الله عليه وسلم ـ بالطاعة والتحكيم والاتباع .
Pembahasan dalam ilmu aqidah dengan pemahaman ahlus sunnah wal jama`ah meliputi : aspek tauhid, iman, islam, perkara-perkara ghaib, kenabian, qadar, berita-berita (Samawi), pokok-pokok hokum qath`ii, dan apa-apa yang telah menjadi kesepakatan Salaf ash Shalih dalam urusan-urusan aqidah seperti al wala' wal bara', kewajiban memenuhi hak-hak sahahabat RA. Termasuk dalam pembahasan aqidah juga : bantahan terhadap orang-orang kafir, pelaku bid`ah, ahlul ahwa', dan berbagai aliran-aliran agama yang menyimpang, aliran-aliran perusak, firqah yang sesat, juga sikap ahlus sunnah terhadap mereka……. Dst yang termasuk wilayah aqidah. (Dr. Muhammad Ibrahim al Hamd).
Nama-nama ilmu aqidah menurut ahlus sunnah wal Jama`ah : (1) Aqidah, I`tiqad, dan aqa`id (2) Tauhid (3) as Sunnah, (4) Asy Syari`ah, (5) al Iman , (6) Ushuluddin atau Ushulud Diyanah.
Pengertian Ahlus sunnah wal Jama`ah :
أهل السنة والجماعة : هم من كان على مثل ما كان عليه النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ وأصحابه ، وهم المتمسكون بسنة النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ وهم الصحابة ، والتابعون ، وأئمة الهدى المتبعون لهم ، وهم الذين استقاموا على الاتباع ، وجانبوا الابتداع في أي مكان وزمان ، وهم باقون منصورون إلى يوم القيامة
Mereka adalah orang-orang yang berjalan (dalam meniti agama Islam ini) sebagaimana jalan yang ditempuh oleh Rasulullah Saw dan para shahabatnya, mereka itu berpegang teguh dengan sunnah Nabi Saw. Mereka itu terdiri dari : para shahabat, Tabi`un, Aimmatul Huda yang mengikuti mereka, dan yang istiqamah dalam meneladani (ittiba') kepada Nabi saw, yang menjauhi bid`ah dimanapun dan pada masa kapanpun mereka itu, dan mereka itu kekal keberadaannya dan ditolong oleh Allah sampai hari kiamat.
Nama-nama lain dari Ahlus sunnah wal Jama`ah :
Ahlus sunnah – ahlul Jama`ah – al jama`ah – as Salafush shalih – ahlul Atsar – ahlul Hadits – al firqah an najiyah – ath Thaifah al manshurah – ahlul Ittiba'
Dinamakan demikian karena penisbatan mereka kepada Sunnah Nabi saw, ijtima' mereka dalam men gambil sunnah – lahir dan batin – dalam perkataan , amal dan i`tiqad.
Dengan demikian, maka aqidah yang benar itu, merupakan sesuatu yang fundamental bagi bangunan agama dan sekaligus sebagai penentu (syarat) sahnya amal.
Oleh : Fadhilatus Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd
TA`RIF AS SUNNAH :
Menurut bahasa “Sunnah” berati cara dan jalan hidup. Di dalam qasidah Mu’allaqat-nya yang terkenal, Lubaid bin Rabi’ah berkata,
مِنْ مَعْشَرٍ سَنَّتْ لَهُمْ آباؤُهُمْ # وَلِكُلِّ قَوْمٍ سُنَّةٌ وَ إِمَامُهَا
Dari komunitas yang dibuat leluhur mereka untuk mereka
Dan setiap kaum memiliki cara hidup dan pemimpinnya. Penyair lain berkata:
رَبِّ وَفِّقْنِيْ فَلاأََعْدِلُ عَنْ # سُنَنِ السَّاعِيْنَ فِي خَيْرِ سُنُنِ
Tuhan, berilah aku pertolongan, Agar aku tak menyimpang Dari jalan hidup mereka yang berjalan Di atas jalan hidup yang terbaik.
Ibnu Manzhur berkata : “Kata Sunnah berarti jalan hidup yang baik maupun yang buruk. “
Khalid bin Utbah Al-Hudzali berkata,
فَلاتَجْزَعَنَّ مِنْ سِيْرَةٍ أَنْتَ سِرْتَهَا # فَاَوَّلُ رَاضٍ سُنَّةً مَنْ يَسِيْرُهَا
Jangan sekali-kali merasa gusar terhadap jalan hidup yang kau lalui
Karena orang pertama yang merestui jalan hidup adalah orang yang tengah melalauinya.
Sedangkan menurut istilah para ulama aqidah,
“Sunnah” adalah petunjuk Rasulullah SAW dan sahabat-sahabatnya, baik berupa ilmu (pengetahuan), i’tiqad (keyakinan), ucapan, maupun perbuatan. Dan itulah “Sunnah” yang wajib diikuti; penganutnya dipuji dan penentangnya dicela.”
Istilah Sunnah juga dipakai untuk menyebut sunnah-sunnah ibadah dan i’tiqad, di samping menjadi lawan dari istilah “bid’ah”. Oleh karena itu, jika dikatakan, “Si Fulan termasuk Ahli Sunnah,” maka itu berarti ia termasuk orang yang mengikuti jalan yang lurus dan terpuji.
TA`RIF AL-JAMA`AH
Menurut bahasa, “Jama’ah” diambil dari kata dasar jama’a (mengumpulkan) yang berkisar pada al-jam’u (kumpulan), al-ijma’ (kesepakatan), dan al-ijtima’ (perkumpulan) yang merupakan antonim (lawan kata) at-tafarruq (perpecahan).
Ibnu Faris berkata, “Jim, mim, dan ‘ain adalah satu dasar yang menunjukkan berkumpulnya sesuatu. Dikatakan, jama’tu asy-syai’a jam’an (aku mengumpulkan sesuatu). Menurut istilah para ulama aqidah, “Jama’ah” adalah generasi Salaf dari umat ini, meliputi para sahabat Nabi r, para tabi’in, dan semua orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari Kiamat. Mereka adalah orang-orang yang bersepakat untuk menerima kebenaran yang nyata dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Mengapa Disebut Ahli Sunnah wal Jama’ah?
Ahli Sunnah wal Jama’ah adalah orang-orang yang menjalani sesuatu seperti yang dijalani oleh Nabi r dan sahabat-sahabatnya. Mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh pada Sunnah Nabi r, yaitu para sahabat, para tabi’in, dan para imam petunjuk yang mengikuti jejak mereka. Mereka adalah orang-orang yang istiqomah dalam mengikuti Sunnah dan menjauhi bid’ah, di mana saja dan kapan saja. Mereka tetap ada dan mendapatkan pertolongan sampai hari Kiamat. Mengapa mereka disebut demikian? Karena mereka berafiliasi (menisbatkan diri) kepada Sunnah Nabi r dan bersepakat untuk menerimanya secara lahir-batin; dalam ucapan, perbuatan, maupun keyakinan.
Nama Lain Ahli Sunnah wal Jama’ah.
Ahli Sunnah wal Jama’ah memiliki sejumlah nama lain.
1 | Ahli Sunnah wal Jama’ah | 6 | Ahli Atsar (Sunnah yang diriwayatkan dari Nabi r). |
2 | Ahli Sunnah (tanpa Jama’ah). | 7 | Ahli Hadis. Karena mereka lah orang-orang yang mau mengambil Hadis Nabi SAW, baik secara riwayah (periwayatan) maupun dirayah (pemahaman), dan siap mengikuti petunjuk Nabi SAW, secara lahir-batin. |
3 | Ahli Jama’ah. | 8 | Firqah Najiyah (Golongan yang Selamat). Karena, mereka selamat dari keburukan, bid’ah, dan kesesatan di dunia, serta selamat dari api Neraka pada hari Kiamat. Hal itu disebabkan mereka mengikuti Sunnah Nabi SAW. |
4 | Jama’ah. | 9 | To’ifah Manshuroh (Golongan yang Mendapatkan Pertolongan). Yaitu, golongan yang mendapatkan bantuan dari Allah Ta’ala. |
5 | Salafush Shalih. | 10 | Ahli Ittiba’. Karena, mereka selalu mengikuti (ittiba’) Al-Qur’an, As-Sunnah, dan atsar generasi Salafush shalih. |
Dialihbahasakan dari Aqidah Ahli Sunnah wal Jama’ah : Mafhumuha Khashaishuha wa Khashaishu Ahliha karya Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd dan ditaqdim oleh al-Allamah Ibnu Bazz rahimahullahu
1. Diwan Lubaid bin Rabi’ah, hal. 179 2. Bait syair ini tidak diketahui penciptanya (anonim). Bait ini biasa dipakai oleh para ahli Nahwu sebagai syahid atas keharusan me-nasab-kan fi’il mudlari’ sesudah fa’ as-sababiyah yang didahului dengan tholab (permintaan) murni. Dan tholab yang ada di sini adalah doa. Lihat Syarh Alfiyah Ibnu Malik karya putra penyusunnya; Syarh At-Tashrih ‘Ala At-Taudlih karya Khalid Al-Azhari, 2/239 4. Mabahits fi Aqidah Ahli As-Sunnah, hal. 13 6. Mu’jam Maqayis Al-Lughah, 1/479, materi jama’a 7. Lihat Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah karya Syaikh DR. Muhammad Khalil Harras, hal.61, tahqiq: Alwi As-Saqqaf; dan Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyah karya Ibnu Abil Iz Al-Hanafi, hal. 382 8. Lihat Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah, hal. 13-14 9. Lihat Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah karya Syaikh DR. Shalih Al-Fauzan, hal. 10; dan Fathu Rabbi Al-Bariyyah bi Talkhish Al-Hamawiyah karya Syaikh Muhammad bin Utsaimin, hal. 10 10. Lihat Syarh Al-Aqidah Ath-Thohawiyah, hal. 512; Syarh Al-Aqidah Al-Wasithiyah karya Syaikh DR. Shalih Al-Fauzan, hal. 9-10; dan Mabahits fi Aqidah Ahli Sunnah, hal. 14-16
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------