Visi Misi Yayasan Bag.10

Pasal Kedua :
THARIQAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA`AH
TERHADAP HAK RASULULLAH SAW
طريقة أهل السنة والجماعة في حقّ الرسول  صلى الله عليه وسلم
Sebagaimana telah kalian pahami bahwa Islam seseorang tidak sempurna kecuali dengan bersaaksi tiada ilah yang haq untuk diibadahi kecuali Allah dan bahwa
Nabi Saw  itu adalah Utusan Allah
Dan syahadat itu tidak akan terwujud kecuali terpeunhinya oleh tiga perkara:

Pertama : Aqidah di dalam hati   عقيدة في القلب

Kedua : Ucapan Lisan (ikrar),    نطق باللسان  dan
Ketiga: Amal dengan anggota badan عمل بالأركان
 
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". dan Allah mengetahui bahwa Sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa Sesungguh nya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta”. AL MUNAFIQUN: 1   Coba kalian perhatikan ayat di atas :
Ketika orang-orang munafik berkata, “kami bersaksi bahwa engkau (Muhammad) adalah benar utusan Allah”. Langsung Allah menjawab, “Dan Allah beraksi bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu berlaku dusta”.
Tahukah kalian mengapa Allah berkata demikian ?
Sebab orang-orang munafik itu dalam mengucapkan kesaksian tersebut hanya pada lisan mereka saja, tetapi hati mereka tidak meyakininya.  Oleh karena itu:
Siapa yang berkata, ‘Aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah, namun hatinya kosong melompong dari kesaksian tersebut, maka sesungguhnya dia itu belum mewujudkan syahadat kerasulan Muhammad tersebut’. Dan siapa yang meyakini hal tersebut namun  tidak mengucapkannya dengan lisannya maka sesungguhnya dia itu belum mewujudkan syahadat kerasulan Nabi Saw
فمن قال : أشهد أن محمدا رسول الله ، ولكن قلبه خال من هذه الشهادة فإنه لم يُحقِّقْ شهادة  أن محمدا رسول الله.ومن اعتقد ذلك ولم يقله بلسانه فإنه لم يحقق شهادة أن محمدا رسول الله
Dan siapa yang mengucapkan demikian, namun dia tidak mengikuti syari`atnya, maka sesungguhnya dia itu belum mewujudkan syahadat kerasulan Nabi Saw  .
ومن قال ذلك لكن لم يتبعه في شريعته فإنه لم يحقق شهادة أن محمدا رسول الله

Bagaimana mungkin Anda meyakini tentang kerasulan Nabi Saw  , sementara Anda menolak syari`at Allah yang dibawa oleh Nabi Saw  ?
Bagaimana agar syahadat bahwa Muhammad itu utusan Allah yang Anda ucapkan itu memenuhi unsur-unsur realisasinya ?
Oleh karena itu, ketahuilah oleh kalian: Kita semua harus meyakini dengan seyakin-yakinnya bahwa setiap orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, maka dia itu bukanlah orang yang merealisasikan syahadat kerasulan Nabi Saw . Jadi bukan dia itu tidak bersaksi, namun dia tidak (belum) merealsiasikan kesaksian itu, dan sejauh mana kekurangan dia dalam merealisasikan syahadat tersebut sangat tergantung pada sejauh mana pula dia menentang-nya.
Dengan demikian, yang dituntut dalam kita bersyahadat kepada kerasulan Nabi Saw
Bersaksi padanya dengan hati, lisan dan amal-amal perbuatan, bahwa sanya benar dia itu utusan Allah. Demikian pula mereka mencintainya sebagaimana cintanya kepada Allah `azzal wa jalla,
Mereka mencintai mencintai rasul dikarenakan beliau itu utusan Rabbul `alaimin, dan kecintaan mereka pada beliau itu karena cintanya pula kepada Allah.
Maka jelaslah, kita mencintai Nabi Saw  dan mengagungkannya karena kita mencintai Allah dan mengagungkan-Nya.
Itulah THARIQAH AHLUS SUNNAH WAL JAMA`AH
TERHADAP HAQ RASULULLAH Saw
Ahlus sunnah wal Jama`ah mengagungkan rasulu `alaihissh shalatu was salam dengan sebenar-benarnya ta`zhim (pengagungan) dan mereka menganggap pengagungan ini merupakan sebesar-besarnya pengagungan yang dilakukan manusia dalam ukuran Allah. Walau demikian, tetap saja Ahlus sunnah wal Jama`ah tidak memposisikan Nabi Saw  di atas apa yang telah diposisikan Allah padanya. Dan Ahlus sunnah
wal Jama`ah betpendapat: “Bahwa dia itu hamba Allah, dan sebagai manusia yang paling menghambakan diri kepada Allah. Ahlus sunnah wal Jama`ah juga mengimani bahwa Nabi Saw  itu tidak mengetahui perkara ghaib kecuali pada hal-hal yang memang Allah singkapkan baginya, dan beliau itu tidak memiliki kemampuan mendatangkan madarat atau manfaat, baik bagi dirinya maupun untuk yang lainnya.
“ Katakanlah: aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" (QS Al An`am : 50).
“ Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia[*]. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”
QS Al Maidah: 67
[*] Maksudnya: tak seorangpun yang dapat membunuh Nabi Saw
“ Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak Kuasa mendatangkan sesuatu kemudharatanpun kepadamu dan tidak (pula) suatu kemanfaatan". QS Al Jin: 21.
“ Katakanlah: "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorangpun dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali aku tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya". QS Al Jin: 22
Nabi Saw  itu seorang hamba dari hamba Allah, padanya tidak ada unsur-unsur rububiyah sedikitpun, dan dia itu manusia biasa yang dimungkinkan padanya terdapat kekhususan-kekhususan manusia umumnya maupun jasadiyahnya, dia tidur, makan, minum, sakit, sedih, ridlo, juga mati sebagaimana umumnya manusia juga mati.
Kita tidak boleh memuji beliau Saw berlebih-lebihan, apalagi mencela dan menghinanya. Jangan seperti kaum Nabi Isa’ `alaihissalam yang berlebihan dalam memuji-nya dan memposisikannya.
{ لاتطروني كما أطرت النصارى ابن مريم ، إنما أنا عبد ، فقولوا عبد الله ورسوله} متفق عليه.
Janganlah secara berlebihan dalam memujiku sebagaimana kaum nashrani terhadap Isa bin Maryam, aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah (aku ini) hamba Allah dan rasul-Nya. HR Muttafaq `alaih.

144. Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul[*]. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur.

[*] Maksudnya: Nabi Saw  . ialah seorang manusia yang diangkat Allah menjadi rasul. Rasul-rasul sebelumnya telah wafat. ada yang wafat karena terbunuh ada pula yang karena sakit biasa. karena itu Nabi Saw  . juga akan wafat seperti halnya Rasul-rasul yang terdahulu itu. di waktu berkecamuknya perang Uhud tersiarlah berita bahwa Nabi Saw  . mati terbunuh. berita ini mengacaukan kaum muslimin, sehingga ada yang bermaksud meminta perlindungan kepada Abu Sufyan (pemimpin kaum Quraisy). Sementara itu orang-orang munafik mengatakan bahwa kalau Nabi Saw  itu seorang Nabi Saw  tentulah Dia tidak akan mati terbunuh. Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menenteramkan hati kaum muslimin dan membantah kata-kata orang-orang munafik itu. (Sahih Bukhari bab Jihad). Abu Bakar r.a. mengemukakan ayat ini di mana terjadi pula kegelisahan di kalangan Para sahabat di hari wafatnya Nabi Saw  . untuk menenteramkan Umar Ibnul Khaththab r.a. dan sahabat-sahabat yang tidak percaya tentang kewafatan Nabi itu. (Sahih Bukhari bab Ketakwaan Sahabat).

ومن زعم أنه حي في قبره حياةً جسديةً  لا حياة برزخية وأنه يصلى ويصوم  ويحج وأنه يعلم ما تقوله الأمة وتفعله فإنه قد قال قولا بلا علم
Barang siapa yang mengaku (meyakini) bahwa Nabi Saw  itu hidup di dalam kuburnya secara jasadi dan bukan secara ruh-nya, dan dia itu shalat, shaum dan hajji, dan mengetahui apa yang dikatakan dan diperbuat oleh umatnya,
maka ketahuilah orang tersebut telah berkata tanpa dasar ilmu,

Yang wajib dilakukan oleh hamba adalah:
Pertama mencintai Allah, karena ini merupakan seagung-agungnya jenis ibadah kepada Allah.. kemudian mencintai Rasulullah Saw, sebab dia telah mengajak (uama manusia) menyeru kepada Allah dan mengenal-Nya, menyampaikan syari`atNya dan menjelaskan hukum-hukumNya. Maka apapun hasil yang diperoleh orang-orang mukmin berupa kebaikan di dunia dan di akhirat, maka (tidak terlepas)dari peran beliau, dan bahkan seseorang tidak akan masuk surga kecuali dengan menaatinya dan mengikutinya
Nabi Saw  bersabda:
{ثلا ث من كن فيه وجد حلاوة الإيمان : أن يكون الله ورسوله أحب إليه مما سواهما ، ,أن يحب المرء لا يحبه إلا لله ، وأن يَكْرَ هَ أن يعود في الكفر بعد أن أنقذه الله منه كما يَكْرَ هُ أن يُـقْذَفَ في النار} (متفق عليه)
Tiga hal apabila terdapat pada diri seseorang maka ia telah mendapati manisnya iman, ‘menjadikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai selain keduanya, seseorang mencintai orang lain semata karena Allah, dan adanya sikap tidak suka untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah melepaskan darinya seperti ketidak sukaannya untuk dilemparkan ke dalam api neraka” Muttafaq `alaih.
Maka tentulah cintanya kepada Rasulullah itu ada setelah atau mengikuti cintanya kepada Allah, dan ini merupakan suatu keniscayaan dalam tingkatan cinta.
{ لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من ولده ووالده والناس أجمعين } (متفق عليه)
Tidak sempurna iman seseorang dari kalian sehingga menempatkan cinta kepadanya melebihi dari cintanya kepada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia”
Muttafaq `alaih .
Ketika Umar bin Khtahthab Ra berkata, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu yang ada kecali dari diriku sendiri. Lalu Nabi Saw  berkata, ‘Demi yang diriku ada di tangan-Nya, sampai dia benar-benar lebih engkau cintai dari dirimu. Lalu berkatalah Umar, ‘kalau begitu seklarang engkau lebih aku cintai dari diriku
HR Bukhari
ومحبته  تقتضي : تعظيمه وتوقيره واتباعه وتقديم قوله على كل أحد من الخلق وتعظيم سنته .
Cinta kepada Rasulullah Saw itu menuntut adanya : pengagungan (ta`zhim), penghormatan (tauqir), ittiba` kepadanya, dan mendahulukan ucapannya dari semua ucapan makhluk, serta mengagungkan sunnahnya
Kedudukan Nabi Saw sebagaimana halnya Allah memujinya dan menyebutkan kedudukannya yang Allah dengannya Allah memuliakannya. Baginya kedudukan yang tinggi sebagaimana Allah posisikan dia. Dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, juga makhluk-Nya yang terbaik secara mutlak. Dia adalah rasul yang diutus Allah untuk semua manusia, kepada jin dan manusia, dan dia sebaik-baik para rasul dan penutup para nabi, tidak ada nabi setelah nya. Sungguh Allah telah melapangkan dadanya dan meninggikan sebutan namanya, dan menjadikan siapa saja yang menentang peritahnya maka ia terhinakan dan kerdil. Dan dia adalah sang pemilik maqam yang terpuji. QS al Isra’: 79 dan Al Hujurat: 3-5

Ibnu Katsir rahimahullah dalam menafsirkan ayat-ayat di atas, dia berkata, “ayat-ayat ini berbicara tentang etika bagi orang-orang beriman yang diajarkan oleh Allah dalam hal berinterkasi dengan Nabi Saw  , yaitu berupa penghormatan, pemulyaan, serta pengagungan, yaitu agar mereka tidak meninggikan suara mereka di hadapan Nabi Saw  melebihi suaranya, dan Allah melarang hamba-hambaNya untuk memanggil Nabi Saw  seperti panggilannya terhadap semua manusia  lainnya.  Panggil saja belia saw itu: Ya Nabiyallah, ya Rasulallah

63. Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur- angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. An Nur: 63.
Sebagaimana halnya Allah Ta`ala memanggil Nabi Saw   dengan, “Ya ayyuhan Nabiy, ya Ayyuhar rasul. Dan bahkan Allah bershalawat atasnya Saw, begitu pula para Malaikat  dan orang-orang beriman bershalawat atasnya saw.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[*]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya[*]”. Al Ahzab: 56

[*] Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari Malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad.
[*] Dengan mengucapkan Perkataan seperti:Assalamu’alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi.
Dan termasuk pengagungan terhadap nabi saw adalah mengagungkan sunnahnya dan meyakini wajibnya mengamalkan nya, karena ia merupakan wahyu dari Allah Ta`ala.
3. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
1.       Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
An Najm: 3-4

Sumber:
1.       Minhaj Ahlis sunnah wal Jama`ah Fil `Aqidah wal `Amal, Syaikh Nashiruddin al Albani dan Syaikh Muhammad Shalih ibn Utsaimin.
2.       At Tauhid Lis shaffits Tsalits al `Aaali , Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah al fauzan
3.       Al Wajiiz Fi  `Aqidah As Salaf ash Shalih Ahlus sunnah wal jama`ah, Abdullah bin Abdul Hamid al Atsari



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------