Ketika Hati Terhijab oleh Syahwat:
Perintah –
perintah syari`at turun dari sisi Allah,sementara ama-amal perbuatan muncul dari diri
hamba (manusia). Bertemuanya “perintah Allah” dengan “amal hamba”, akan
mewujudkan “As-sa`adah” (Kebahagiaan)
bagi hamba, baik di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya apabila antara “perintah
Allah” dan “amalan hamba” berdiri sendiri-sendiri, tak terwujud
dalam kesatuan diri hamba, maka hamba akan mendapati pada dirinya “Asy Syaqawah” (Kesengsaraan, Kegundahan, kegelisahan,
kesedihan, dan kesempitan hidup), baik
di dunia maupun di akhirat.
والأعمال
التي تصدر من الإنسان نوعان: أعمال القلوب.. وأعمال الجوارح.
Ada 2 Jenis Amal
yang lahir dari manusia, yaitu : amalan
hati dan amalan anggota badan.
Dan amalan
hati merupakan fondasi iman dan pilar dari agama
(min uhsulil iman wa qawa`idil dien).
Yang termasuk amalan
hati : iman dan tauhid, mahabbatullah dan rasulNya, tawakkal pada Allah,
ikhlas dalam beragama kpd Allah, yakin terhadap Dzat Allah, Asma’ dan sifat
Nya, khauf dari Nya, raja’ pada Nya, khasyyah dari Nya, khusyu` kepada Nya,
merendahkan diri dan tunduk di hadapan Nya, bersabar atas hokum-Nya dan
Isti`anah kepada Nya …..
Semua amalan
hati tersebut merupakan kewajiban bagi setiap hamba.
(2)
Tiga Tingkatan Amal Manusia:
Dalam hal ini,
manusia terbagi menjadi tiga (3) Tingkatan sebagaimana halnya amalan badan
(juga terdiri dari tiga tingkatan), yaitu :
Zhalim linafsihi,
Muqtashidun, dan saabiqun bil khairat biidznillah
فهذه الأعمال جميعها واجبة على جميع الخلق، والناس فيها على
ثلاث درجات كما هم في أعمال الأبدان على ثلاث درجات[1]: ظالم لنفسه.. ومقتصد.. وسابق بالخيرات.
فالظالم لنفسه: هو العاصي بترك مأمور، أو فعل
محظور. والمقتصد: المؤدي للواجبات،
التارك للمحرمات.
والسابق بالخيرات: المتقرب إلى ربه
بما يقدر عليه من فعل واجب ومستحب، التارك للمحرم والمكروه، الذاكر لربه في كل
حين. وأعمال القلوب، وأعمال الجوارح،
كلاهما مطلوب، لكن الأول أساسي للثاني، والثاني مظهره وعلامته، لكنه لا يقبل
بدونه.
Zhalim Linafsihi, yaitu seorang muslim mukmin yang melakukan maksiat
dengan meninggalkan yang diperintah atau mengerjakan yang dilarang, sebagian
kecil atau sebagian besar darinya.
Al-Muqthashid, yaitu mereka
yang mengerjakan kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan, namun belum bisa
memelihara sunnah dan meninggalkan yang makruh.
As Sabiqun bil
Khairat, yaitu mereka yang disamping mengerjakan yang wajib, meinggalkan yang
haram, juga menjaga yang mustahab, meninggalkan yang makruh.
Baik amal hati
maupun amal anggota badan adalah wajib bagi setiap hamba, hanya
saja kewajiban amal hati merupakan asas dari amal anggota badan, sementara amal
anggota badan sebagai tanda dan bukti adanya amalan hati.
(3)
Pengkhususan Amal Hati Lebih Allah Utamakan:
Mengapa demikian ?
Hati sebagai komandan untuk seluruh amal anggota badan, sedangkan amalan
anggota badan itu hanyalah mengikuti
amalan hati.
Andaikan tidak
ada iradah (kehendak& hasrat) amalan hati, maka seorang tak mampu mewujudkan
amalan anggota badan, perhatikan firman Allah dalam QS al `Adiyat 9-11, dan al
Anfal: 2.
ولهذا قال
سبحانه: ( أَفَلَا يَعْلَمُ إِذَا
بُعْثِرَ مَا فِي الْقُبُورِ (9) وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ (10) إِنَّ
رَبَّهُمْ بِهِمْ يَوْمَئِذٍ لَخَبِيرٌ (11) ) [العاديات:
9-11].
وجعل الله القلوب الأصل في المدح كما قال سبحانه: (إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا
تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ
يَتَوَكَّلُونَ (2))
[الأنفال: 2].
وجعلها
الأصل في الذم كما قال سبحانه: (وَإِنْ كُنْتُمْ عَلَى سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا
كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ
الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا تَكْتُمُوا
الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آَثِمٌ قَلْبُهُ وَاللَّهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ (283)) [البقرة:
283].
Pujian dan Celaan Allah terhadap hamba itu terkait dengan amalan
hatinya, bukan pada zhahir amalan fisiknya semata. QS Al Anfal: 2;
al-Baqarah: 283….
وقد خلق الله عزَّ وجلَّ
القلوب، وجعلها محلاً لمعرفته ومحبته وإرادته، فهي عرش المثل الأعلى الذي هو معرفة
الله ومحبته وإرادته
Allah menjadikan
hati agar manusia mengenali Nya, mencintai Nya dan menginginkan Nya. Ia
merupakan `arsyul matsalil a`la, QS an Nahl : 60.
كما قال سبحانه:
(لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ مَثَلُ السَّوْءِ وَلِلَّهِ الْمَثَلُ
الْأَعْلَى وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (60))
[النحل:
60].
Hati apabila
tidak menampilkan sesuatu dan membersihkannya serta membuatnya baik, tak akan
ia baik bagi matsalul a`la, karena tak mampu mengenali Nya , memcintai Nya dan
menginginkan Nya.
(4)
Dua Jenis Hati Hamba :
Ada kalanya hati
itu sebagai `arsy ar-Rahman dan sebagai `arsy asy-syaithan.
Sebagai `arsy
Rahman, maka di dalamnya terdapat cahaya dan kehidupan, kegembiraan dan
kesenangan, dan segala kebaikan hamba bermarkas di situ.
Sedangkan sebagai
arsy syaithan, maka hati menjadi sempit dan penuh kegelapan, mati dan
sedih, serta gundah kelana.
Cahaya iman dan
tauhid yang masuk ke dalam hati manusia merupakan dampak dari matsalul a`ala,
maka ia menjadi toleran dan lapang dada (untuk menerima Islam),
sebaliknya jika tak terdapat padanya ma`rifatullah dan mahabbatullah, maka
jadilah ia gelap dan sempit.
Tauhid dan Iman
serta Ikhlash merupakan pohon di dalam hati, yang cabang-cabangnya terwujud dalam bentuk amal-amal shalih, sementara
buahnya berupa kebaikan hidup di dalam kehidupan dunia ini, serta
kenikmatan yang abadi di akhirat kelak.
Sedangkan syirik,
dusta dan riya’ merupakan pohon di dalam hati yang cabang-cabangnya
mewujud dalam bentuk amal-amal jelek, sementara buahnya di dunia
berupaka ketakutan, kegelisahan dan kegundahan, dan di akhirat dalam bentuk
adzab yang pedih tak berkesudahan lagi abadi.
(5)
Kokohnya Pohon Iman Pada Hati Hamba:
Pohon Iman akarnya
menghunjam di dalam hati seorang mukmin, secara ilmu dan keyakinan, sedangkan
cabang-cabangnya berupa ucapan-ucapan baik dan amal-amal shalih, serta akhlak
yang terpuji lagi diridloi, adab-adab yang baik, yang mana perkataan dan
amal-amal shalihnya (pahalanya) senantiasa naik menuju langit ke hadapan Allah
, yang tumbuh dari pohon keimanan, yang tentu sangat memberi manfaat bagi
setiap mukmin dan manfaat pula bagi selainnya.
كما
قال سبحانه: (أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً
كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي
أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ
لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25))
[إبراهيم: 24، 25].
24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik[786] seperti pohon yang baik,
akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, 25. Pohon itu memberikan
buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. QS
Ibrahim: 24-25.
[786] Termasuk dalam kalimat yang baik
ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah
dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti laa ilaa ha
illallaah.
وأما
شجرة الكفر فهي شجرة خبيثة المأكل والمطعم كشجرة الحنظل ونحوها، لا عروق تمسكها،
ولا ثمرة صالحة تنتجها. كذلك كلمة الكفر والمعاصي ليس لها ثبوت نافع في
القلب، ولا تثمر إلا كل قول خبيث، وعمل خبيث، يضر صاحبه ولا ينفعه، ولا يصعد إلى
الله منه عمل صالح
Adapun pohon
kekufuran, ia merupakan pohon yang buruk/kotor (syajarah khabitsah)
dimakan dan dirasakan, seperti pohon “hanzhalah” (tak ada bau sedap dan
pahit di makan). Tak punya akan kuat yang menopang dan tak ada buah yang
manfaat darinya. Begitu pula kalimat kufur dan kemaksiatan, tidak memberikan
kemanfaatan bagi hati, tidak berbuah kecuali perkataan-perkataan yang buruk,
dan amalan yang buruk pula, mendatangkan madarat dan tak member manfaat sama
sekali, dan tidak naik (pahalanya) menuju Allah amal baik mereka.
قال سبحانه: (وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ
اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ . [إبراهيم: 26].
26. Dan perumpamaan kalimat yang
buruk[787] seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya
dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. QS Ibrahim : 26.
[787] Termasuk dalam kalimat yang buruk
ialah kalimat kufur, syirik, segala Perkataan yang tidak benar dan perbuatan
yang tidak baik.
(6)
Ketika Hati Terhijab oleh Syahwat:
Hati yang terikat oleh syahwat itu terhijab dari Allah SWT, dan
hijabnya itu tergantung pada besar-kecilnya kadar keterikatannya. Hati
merupakan bejana Allah di bumi-Nya, dan yang paling Allah sukai adalah yang
paling lembut dan jernih.
Apabila hati “zuhud” dalam menghadapi
hidangan-hidangan dunia, maka dia akan mantap duduk di atas hidangan-hidangan
akhirat, Dan apabila ia rela dengan hidangan-hidangan dunia maka lepaslah
hidangan-hidangan yang mahal tersebut.
Kecintaan terhadap Allah tidak akan masuk
pada hati manusia yang cinta dunia. Apabila Allah mencintai seorang hamba, ia memilih Nya untuk diri
Nya saja dan menuntut keiikhlasan dalam ibadah kepada Nya, lalu ia pun sibuk
dengan himmahnya, lisannya selalu dzkir kepada Nya, angota badannya terrpanggil
untuk berkidmat untuk Nya, dan hatinya berpaling dari selain Nya.
Hati itu bekerja sebagaimana badan juga
bekerja, hati juga sakit
seperti halnya badan juga sakit. Obat sakit hati adalah taubat dan mohon
perlindungan.
Hati juga bisa buram seperti buramnya
cermin, dan membersihkannya adalah dengan dzikir … hati juga telanjang
sebagaimana halnya badan juga telanjang (yang memerlukan perhiasan dan pakaian).
Perhiasan hati adalag taqwa.
Hati juga bisa lapar dan haus seperti
halnya badan lapar dan haus.
Makanan dan minumannya adalah:
al
ilmu billah wal ma`rifah, mahabbah dan tawakkal, taubat dan ibadah.
(7)
Iman dibangun di atas 2 fondasi:
(1)Membenarkan berita
darti Allah dan Rasul-Nya, memberikan kesungguhan dalam menolak syubhat yang
dihembuskan oleh syaithan jin dan manusia di dalam menentangnya.
(2)Menaati perintah
Allah dan Rasul-Nya, mujahadatun nafs dalam menolak syahwat yang dapat
memisahkan antara hamba dan kesempurnan keta`atan kepada Nya. Syubhat dan
syahwat adalah pokok pangkal kerusakan dan kesengsaraan hamba, baik dalam
kehidupan dunia maupun akhiratnya.
Kedua
hal tersebut itulah sebagai pokok pangkal kesuksesan/keberuntungan dan
kebahagian hamba baik di dunia maupun di
akhiratnya.
Setiap hamba memiliki dua kekuatan:
1.
Quwwatul idrak wan nazhar, kekuatan keingin tahuan &
pengetahuan dan pengamatan lebih dalam (analisis), dan apa-apa yang
mengikutinya berupa ilmu, ma`rifah dan al kalam.
2.
Quwwatul iradah wal hub (kekuatan hasrat dan
cinta), dan hal-hal yang
mengikutinya berupaq niyat, `azam dan amal perbiuatan.
Ingat
bahwa syubhat itu berdampak kerusakan baik dalam kekuatan ilmiyah an
nazhriyah, selama belum diobati dengan (obat) penawarnya. Sedanglkajn syubhat
berdampak pada rusaknya kekuatan berhasrat dan bercinta
selama belum ada obat penawar untuk mengusirnya.
(وَإِذَا
رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آَيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى
يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا
تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (68)) [الأنعام: 68].
68. Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan
ayat-ayat Kami, Maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan
pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan
ini), Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah
teringat (akan larangan itu). QS AL AN`AM : 68.
Menurutkan syubhat dapat mencegah dari mengikuti
perintah (mutaba`atul amr), sedangkan tenggelam dalam syahwat dapat mencegah
dari kepatuhan terhadap perintah (inqiyadul lil-amr).
Siapa yang Allah anugerahi hati yang selamat,
dia mampu melihat kebenaran itu sebagai kebenaran, dan melihat kebatilan itu
sebagai kebatilan.
Apabila hati melihat orang-orang yang tawakkal
dalam perdagangan mereka, kesehatan badan mereka, maka dia pun tawakkal kepada
Allah :
( إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ
شَيْءٍ قَدْرًا (3)) [الطلاق:
3].
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap
sesuatu. QS Ath Thalaq: 3.
Apabila hati melihat mereka yang
merendahkan diri dalam mencari rezeki, ia sibuk untuk Rabbnya terhadap apa-apa
yang diperuntukkan untuknya:
(وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي
الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا
وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ (6)) [هود: 6].
6. Dan tidak ada suatu binatang melata[709] pun
di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat
berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya[710]. semuanya tertulis dalam
kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). QS Huud: 6.
[709] Yang dimaksud binatang melata di sini
ialah segenap makhluk Allah yang bernyawa.
[710] Menurut sebagian ahli tafsir yang
dimaksud dengan tempat berdiam di sini ialah dunia dan tempat penyimpanan ialah
akhirat. dan menurut sebagian ahli tafsir yang lain maksud tempat berdiam ialah
tulang sulbi dan tempat penyimpanan ialah rahim.
(8)
Apabila
hati melihat mereka yang saling hasad dalam dunia mereka, ia pun membiarkan
yang demikian bagi mereka, karena ia mengetahui akan bagian rezekinya pastilah
akan sampai padanya, dan tak akan diambil oleh selain darinya:
(فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَذَبَ عَلَى اللَّهِ
وَكَذَّبَ بِالصِّدْقِ إِذْ جَاءَهُ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى
لِلْكَافِرِينَ [الزمر:
32].
32. Maka siapakah yang lebih zalim daripada
orang yang membuat-buat Dusta terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika
datang kepadanya? Bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi
orang-orang yang kafir?
QS Az Zumar : 32.
Apabila
hati melihat hati yang menuntut kejayaan dan kedudukan di sisi makhluk dengan
harta, kedudukan dan jabatan, ia pun mencari kedudukan di sisi Rabbnya dengan
ketaqwaan sebagaimana firmanNya:
(إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ
اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
[الحجرات: 13].
Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. QS Al Hujurat: 13
Apabila
hati melihat manusia yang bergerak dengan dorongan syahwatnya, justru ia bersungguh-sungguh
mengendalikan nafsunya dalam mencegah hawanya sehingga ia berketetapan di atas
ketaan kepada Allah:
(وَأَمَّا
مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ
الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى) [النازعات:
40، 41].
40. Dan Adapun orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
41. Maka Sesungguhnya syurgalah tempat
tinggal(nya). QS An Nazi`at: 40-41.
Dan apabila hati melihat manusia bahwa semua
yang dicintainya di dunia ini akan berpisah dengannya, dimana ketika manusia
sampai pada kuburnya apapun yang dicintainya akan berpisah diri dengannya, maka
ia pun menjadikan yang dicintainya adalah berupa kebaikan-kebaikan yang tidak
akan berpisah dengannya:
$tBur `ÏB 7p/!#y Îû ÇÚöF{$# wÎ) n?tã «!$# $ygè%øÍ ÞOn=÷ètur $yd§s)tFó¡ãB $ygtãyöqtFó¡ãBur 4 @@ä. Îû 5=»tGÅ2 &ûüÎ7B
( الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا
وَخَيْرٌ أَمَلًا [الكهف:
46].
46. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi
amalan-amalan yang kekal
lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan. QS Al Kahfi : 46.
------------------------------------------
[1]
- مجموع الفتاوى - (ج 7 / ص 368) ومجموع الفتاوى - (ج 10 / ص 6)
وإحياء علوم الدين - (ج 3 / ص 152) وموسوعة خطب المنبر - (ج 1 / ص 2432) وموسوعة
خطب المنبر - (ج 1 / ص 2906)
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------