PETAKA UMMAT KARENA BERTAHKIM KEPADA AKAL
(MENUHANKAN AKAL MENGESAMPINGKAN AL QUR`AN DAN AS SUNNAH), Bagian ke-1, (penerj: Abu Fahmi Ahmad)

Alloh Ta’ala telah memuliakan anak cucu Adam karena akal yang diberikan kepadanya. Dan dijadikannya akal itu sebagai ‘alasan’ bagi diberikannya taklif. Alloh SWT juga memuji orang-orang yang memiliki kecerdasan lagi lurus (Ulil Albab as Saliah), dan orang-orang yang memiliki akal cemerlang.

Dengan karnuia akal itulah, Allah di dalam  Kitab Nya memerintahkan manusia  untuk bertafakur, memikirkan dan merenungkan serta mengamati berbagai fenomena yang ada di alam ini. Juga mentadabburi ayat-ayat Nya yang bersifat Kauniyyah yang dapat diamati. Sebagai mana Dia menganjurkan dan memerintahkan kepada hamba-hamba Nya untuk bertafakkur dan bertadabbur, memikirkan dan merenungkan ayat-ayat yang diturunkan Nya, yang dengannya pula Dia mengutus Nabi penutup para Nabi, Muahammad Shallallahu `alaihi wa sallam. Seperti juga halnya Dia memerintahkan hamba-hamba Nya untuk menggunakan kreatifitas akal fikiran mereka dalam rangka membuat kedamaian dan kemakmuran dimuka bumi, untuk mewujudkan peran aktif hamba sebagai  khalifah di muka bumi Nya.

Ayat-ayat dalam pembahasan ini sangat banyak, namun disini kami sebutkan sebagian saja. Alloh berfirman,
      إنفي خلق السموات والأرض واختلاف الليل والنهار لآيات للأىلي الألباب
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ulil Albab).” (Ali ‘Imron : 190)
إنما يتذكر أولوا الألباب
 “Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.”(Ar Ro’d : 19)
كتاب أنزلناه إليك ليدبروا آياته ولتذكر أولوا الألباب
“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai pikiran.” (Shaad : 29)
كذلك نفصل الآيات لقوم يتفكرون
“Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir.” (Yunus : 24)
قل سيروا في الأرض فانظروا كيف بدأ الخلق ثم يعيده
“Katakanlah ; Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Alloh menciptakan (manusia) dan permulaanya, kemudian Alloh menjadikannya sekalilagi….” (Al Ankabut  : 20)

Alloh SWT telah menciptakan akal sebagai alat canggih yang dapat bekerja sesuai batas kemampuannya. Maka jika ia bekerja melampaui batas (yang dibolehkan), maka ia menjadi zhalim. Dan natijah (konklusi) yang diperolehnya bisa membingung kan dan menyesatkan, nihil dan kacau balau. (itulah yang kita saksikan akhir akhir ini di negeri kita, aliran-aliran pengabdi akal dan nafsu, seperti JIL, Jin dan sebagainya) , Lebih-lebih jika tindak keterlaluan itu menyangkut perkara-perkara yang ghaib, yang tidak bisa dijangkau oleh akal, seperti halnya menyangkut aqidah dan ibadah.... termasuk dalam menafsirkan (mentakwilkan) ayat-ayat Allah dan sunnah Nabi Nya semata dengan akal, ra`yu dan pendapatnya atau qiyas-qiyas yang sembrono.

Dengan diutusnya para Rosul itu, maka tegaklah hujjah yang disampaikan pada manusia seluruhnya. Alloh SWT berfirman,
رسلا مبشرين ومنذرين لئلا يكون للناس على الله حجة بعد الرسل
“……agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Alloh setelah diutusnya rosul-rosul itu.” (An Nisa : 165)
         
Maka diantara kekacauan dan kesesatan terbesar, adalah mengerahkan akal pikiran dan menggunakannya dalam perkara-perkara yang telah Alloh cukupkan urusannya bagi kita, dan meninggalkan aspek sebenarnya yang diperintahkan kepada kita untuk mengamalkannya, yaitu seperti tadabbur (merenungkan) ayat-ayatNya yang diturunkan dan memikirkan kepada makhluk-makhlukNya dan berupaya sungguh-sungguh  menjalankan apa-apa yang memberikan mashlahat, baik yang menyangkut urusan dunia maupun urusan akhirat kita.

Oleh karena itu ketika kaum muslimin menjauhkan perintah-perintah Alloh dan melakukan penyimpangan fikroh, yang merupakan natijah bagi terbukanya dunia beserta perhiasannya, dan meluasnya kawasan negeri Islam, menjadikan banyak para ‘Ulama berbicara melantur tentang masalah-masalah agama dengan manhaj asing yang masuk dari luar, dan mereka berpaling dari manhaj pendahulu mereka yang asli.

Mereka pun menterjemaahkan buku-buku Yunani, seperti filsafat, ilmu logika, dan lain sebagainya. Sehingga tak sedikit hal itu mempengaruhi cara berpikir ‘ulama-‘ulama kaum muslimin, dan mereka bukan saja menerima, bahka ta’jub kepadanya, dan menyerap banyak pemikirannya. Mereka berusaha keras mengkombinasi kannya dengan Islam, namun mereka tidak berhasil. Mereka menghabiskan tenaga dalam rangka mencari pemaparan Aqidah Islam yang murni dengan mengikuti manhaj yang jauh (dari Islam yang haq), sehingga mereka membuat buruk keindahan (Aqidah Islam) itu, membuat semakin ruwet pembicaraannya, menjauhkan petunjuk-petunjukNya dan menghilangkan kebagusannya. Dan para ‘Ulama yang mengutamakan manhaj ilmu kalam terjerumus dalam kekeliruan yang sering menimpa para filosof yang mereka taqlidkan, mereka menjadikannya sebagai sebagai syari’at yang diikuti dan dipatuhinya.

Akhirnya perkara ini menjadi sebab timbul dan lahirnya beberqapa firqoh Islam yang bertakhim kepada akal. Dan menjadikannya sebagai sumber utama dalam penerimaan ilmu. Dan Mu’tazilah adalah firqoh yang paling menonjol diantara firqoh-firqoh tersebut.




0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------