HAKIKAT TAQWA,
التقوى الدرّة المفقودة والغاية المنشودة، للشيخ أ.د. أحمد فريد
Prof. Dr. Ahmad Farid; penterjemah:
Abu Fahmi Ahmad
-----------------------------------------------------------------------
CARA
MENCAPAI TAQWA (08)
Mengetahui Tipu Daya Syaithan
Ibnu Muflih Al Maqdisi rahimahullah berkata :
Ketahuilah, bahwa syaithan menghalangi orang – orang
mu’min dengan tujuh penghalang.Yang pertama adalah kufur. Jika seseorang
selamat dari kekufuran, syaithan memberikan rintangan yang lain berupa bid’ah.
Jika selamat dari perbuatan bid’ah, maka syaithan merintangi dengan cara yang
lain yaitu : melakukan perbuatan dosa - dosa besar. Jika selamat dari dosa -
dosa besar, syaithan beralih kepada membujuk manusia berbuat hal - hal yang
mubah, sehingga manusia menyibukkan diri dalam perkara ini. Jika tidak bisa ditaklukkan,
maka syaithan membujuknya untuk melakukan amalan - amalan fadlail ( yang
mengandung keutamaan - keutamaan ). Jika tidak tergoda juga oleh amalan ini,
maka syaithan menguasakan musuh - musuh
yang durhaka untuk menimbulkan berbagai macam gangguan dan cobaan secara silih
berganti. ( Masha’ibul Insan min Maka’idisy Syaithan, hal 69, secara
ringkas. Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan tujuh rintangan ini dalam
menafsirkan mu’awwidzatain (surat An Nas dan Al Falaq ) lebih panjang dari
uraian di atas, lihat hal : 73 - 76
Maka tidak diragukan lagi, bahwa mengetahui rintangan -
rintangan yang dibuat oleh syaithan, dan mengetahui tempat - tempat masuknya ke
hati Ibnu Adam merupakan perkara yang membantu kewaspadaan dari bujuk rayu (
tipu muslihat ) syaithan. Dan yang paling penting untuk disebutkan, hendaknya
anda mengetahui bahwa syaithan itu musuh bagi Bani Adam, maka tidak mungkin
syaihan memerintahkan suatu kebaikan dan mencegah dari kejahatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka
anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaithan itu hanya mengajak
golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala - nyala.” ( Fathir : 6 )
“Hai orang - orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti
langkah - langkah syaithan. Barang siapa yang mengikuti langkah - langkah syaithan, maka sesungguhnya syaithan
itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan munkar.”(An Nur : 21 )
Abul Farj Ibnul Jauzi rahimahullah berkata :
“Iblis masuk ke jiwa manusia melalui segala cara yang
mungkin ia lakukan. Dia ( syaithan ) bisa menambah kekuatan atau menguranginya
tergantung dari kesadaran, kelalaian, kejahilan, serta ilmu mereka. Dan
ketahuilah olehmu, bahwa hati itu bagaikan benteng yang kokoh, dikelilingi oleh
pagar dinding, yang memiliki pintu - pintu, dan padanya terdapat bagian yang
retak.Penghuninya adalah akal. Malaikat mondar - mandir menuju benteng. Di
bagian lain, terdapat pula tempat - tempat perlindungan yang di diami hawa
nafsu, dan syaithan - syaithan bebas mendatangi tempat - tempat tersebut tanpa
ada hambatan.
Sementara penjaga berdiri tegak di antara penghuni
benteng dan tempat hawa nafsu, syaithan tak bosan - bosannya mengelilingi
benteng, menanti lalainya penjaga, kemudian syaithan menyeberangi benteng
melalui sela - sela tembok yang retak. Maka dalam hal ini penjaga benteng
dituntut agar mengetahui keadaan pintu benteng yang telah diserahkan
penjagaannya kepadanya, dan ( mengetahui keadaan ) seluruh dinding yang retak.
Hendaklah dia tidak menghentikan pengawasan sekejap pun, sebab musuh tidak
pernah lengah. Seseorang bertanya kepada Hasan Al Bashri : Apakah Iblis itu
tidur ? Dia menjawab:’Andaikan Iblis tidur, pasti kita mempunyai waktu untuk
istirahat.’ Benteng tersebut diterangi oleh dzikir dan disinari oleh iman, di
sana terdapat cermin mengkilat, sehingga dapat tampak semua yang lewat. Yang
pertama kali dikerjakan oleh syaithan adalah memperbanyak asap sehingga dinding
benteng menjadi hitam, dan cermin menjadi gelap. Hanya kesempurnaan berpikir
yang dapat menghalau asap, dan hanya cahaya dzikir yang dapat membuat cermin
mengkilat lagi. Syaithan mempunyai banyak peluang untuk menyerang. Terkadang
masuk ke benteng dan menyerang, namun berhasil diusir oleh penjaganya.
Terkadang masuk ke dalam benteng lalu merusaknya. Terkadang berhasil
mendudukinya karena kelalaian penjaga. Terkadang, angin yang menghalau asap
yang berhenti, sehingga menghitamkan dinding benteng dan cermin, maka
berjalanlah syaithan tanpa diketahui oleh penjaga, dan ketika itu pula,
syaithan dapat menyerang penjaga hingga terluka, bahkan tertawan dan
diperbudak, karena kelalaiannya.” ( Talbis Iblis, 37 - 38, ringkasan)
Ketahuilah, bahwa langkah pertama yang dilakukan syaithan
untuk menyesatkan Ibnu Adam adalah membisikkan kejahatan kepada manusia,
sebagaimana firman Allah yang memerintahkan kita untuk berlindung kepada-Nya
dari bisikan syaithan.
“Katakanlah:”Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara
dan menguasai) manusia. Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan
(bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) kedalam
dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”(An Naas: 1-6)
Ketika hati hamba lalai dari mengingati Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan memohon perlindungan-Nya, syaithan pun menjadi tertahan. Manakala
ia menolak bisikan syaithan, maka hal itu merupakan bukti keimanan hamba.
Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata:
“Sekelompok sahabat mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, lalu berkata: Sungguh kami mendapati pada diri kami, apa-apa yang
menjadikan salah seorang dari kami berat untuk mengatakannya: Lalu Nabi
shallallahu’alaihi wasallam berkata: “Benarkah kamu semua mendapatinya? Mereka
menjawab: Ya benar. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: Yang demikian
itu menunjukkan benarnya iman kalian.”(HR. Muslim, 1: 153)
CARA
MENCAPAI TAQWA (09) (Lanjutan, selesai)
Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata:
“Bisikan syaithan merupakan pemicu munculnya iradah
(kemauan).
Pada mulanya, hati itu bersih dari kejahatan dan
kemaksiatan, lalu syaithan membisikkan dosa dan mengingatkannya, dan timbullah
hasrat sehingga menjadi syahwat, yang membuatnya merasa indah, timbul hayalan
yang membuat dirinya cenderung untuk melakukannya, lalu bangkitlah kemauannya.
Hal seperti ini terus berlangsung, menghayal, melamun, berangan-angan dan lupa
akan bahaya, menganggap remeh akibat buruk yang di timbulkannya, sehingga tidak
ada lagi yang bisa dilihatnya kecuali kemaksiatan dan kenikmatan sementara. Ia
lupa akibat yang akan terjadi di balik itu, maka timbullah hasrat yang kuat
untuk segera bertindak, jadilah hasrat kuat itu timbul dari hati, yang
menimbulkan semangat perwira untuk berbuat, lalu syaithan bangkit bersama
mereka, untuk membantu. Maka, jika
mereka diam, syaithanlah yang menggerakkan mereka, dan jika mereka
bermalas-malas melakukannya, maka syaithanlah yang mengusir kemalasan
mereka.”Sebagaimana firman Allah:
“Tidakkah kamu lihat, bahwasanya kami telah mengirim
syaithan-syaithan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat
maksiat dengan sungguh-sungguh ?.(Maryam: 83)
Maksudnya, syaithan itulah yang membuat seseorang
bersungguh-sungguh mengusir kemalasannya untuk berbuat maksiat, manakala mereka tampak mulai lelah atau
bermalas-malasan, maka syaithan-syaithan pun bangkit memberi semangat
kesungguhan. Seorang hamba tidak henti-hentinya digiring kepada perbuatan dosa
dengan tipu muslihat yang halus dan tipu daya yang benar-benar sempurna.
Jelas sudah, pangkal kemaksiatan dan malapetaka, tidak
lain adalah bisikan syaithan.(TafsirAl Mu’awwidzatain,)
Tidak ada jalan lain, bagi seorang hamba, kecuali ia
harus menyibukkan diri dengan berbagai bentuk ketaatan dan senantiasa mengingat
Allah subhanahu wa Ta’ala.
Hanya dengan cara inilah, syaithan-syaithan tidak akan
memiliki kesempatan untuk membisikkan tipu muslihatnya. Manakala seorang hamba
lalai dari mengingat Allah dan ketaatan, ketika itu pula syaitan membisikkan
tipu muslihatnya, sebagaimana dikatakan Ibnu Qayyim rahimahullah: ”Jika hati
seorang hamba lalai sesaat saja dari berdzikir kepada Allah, maka bercokollah
syaithan sambil memberikan janji-janji dan membangkitkan angan-angan.”
Pasal ini kami tutup dengan menyebutkan 9 perkara yang
dapat menolong hamba Allah untuk taat kepada-Nya, sehingga ia terjaga dari
bisikan-bisikan syaithan.
Kesembilan perkara tersebut adalah:
Memohon perlindungan kepada Allah, seperti firman-Nya:
“Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu gangguan,
maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Fushilat: 36)
Sulaiman bin Shuradin berkata: Ketika saya duduk bersama
Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan dua orang lagi yang saling berjauhan, lalu
salah satu diantara keduanya merah wajahnya dan naik darah, lalu Nabi
shallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya akan aku ajarkan satu kalimat, seandainya
kalimat tersebut dibacanya niscaya sirnalah (kemarahan) yang dia dapati.
Seandainya mengucapkan A’udzubillahi minasy-Syaithanir Rajim, sirnalah
(kemarahan) yang dia dapati.”(H.R. Bukhari, X:518-519, bab Adab; Muslim,
XVI:163,bab Al Birr wash-Shilah; Abu Dawud, no.4759, tentang adab)
2. Membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, dan An Nas, sebab
Nabi shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda : “Tidak ada perlindungan yang
terbaik bagi manusia selain dengan (membaca)nya (yaitu surat Al Ikhlash, Al
Falaq, dan An Nas).” ( H.R. An Nasa’i, VIII:251, Isti’adzah ; Ahmad, III:417,
shahih menurut Al Albani)
3. Membaca ayat kursi menjelang tidur, seperti terdapat
dalam hadits Nabi shallallahu’alaihi wasallam dari Abu Hurairah
radliyallahu‘anhu: “Maka barang siapa yang menjelang tidurnya membaca ayat
tersebut (ayat kursi), baginya tak terlepas dari penjagaan Allah Subhanahu
wata’ala dan syaithan tak kuasa mendekatinya.”
4. Membaca surat Al Baqarah, sebagaimana sabda Nabi
shallallahu’alaihi wasallam:
“Sesungguhnya rumah, yang di dalamnya anda membaca surat
Al Baqarah, tidak masuk syaithan ke dalamnya.”(H.R. Muslim, VI:86; Tirmidzi,
XI:10, tentang Pahala Membaca Al Qur’an, menurut lafazhnya)
5. Membaca ayat-ayat terakhir dari surat Al Baqarah,
seperti hadits dari Ibnu Mas’ud Al Anshari, Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam bersabda:
“Barang siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat
Al Baqarah di malam hari, akan terhindar (dari gangguan syaithan).”(H.R.
Bukhari, IX:50, Fadlilah Al Qur’an; Muslim,VI:91-92, Shalat Musafirin;
Tirmidzi, X:12, Pahala Al Qur’an; Abu Dawud, no. 1384, bab shalat)
6.Membaca kalimat: La Ilaha Illallahu Wahdahu la
Syarikalahu lahul Mulku wa lahul Hamdu
wa Huwa ‘ala Kulli Syai’in Qadir: sebanyak 100 kali. Barang siapa yang
membacanya pada suatu hari, maka baginya terlindung dari syaithan pada hari itu
hingga sorenya.
7. Banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
sebab seorang hamba melindungi dirinya dari syaithan dengan berdzikir kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala ini.
8. Berwudlu dan mengerjakan shalat, Ibnu Qayyim
rahimahullah berkata: Perkara ini telah teruji kebenarannya, tanpa memerlukan
pengujian dalil lagi.
9. Memelihara berlebih-lebihan dalam pandangan,
pembicaraan, makanan, dan pergaulan sesama manusia, sebab syaithan hanya dapat
menguasai cucu Adam dan dapat memperoleh apa yang diinginkannya melalui empat
pintu masuk tersebut. (Ibnu Qayyim, Tafsir Al Mu’awwidzattain, hal. 82-87,
secara ringkas)
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------