PENUTUP.
Telah kita rasakan betapa bahagianya bersahabat dengan taqwa, ahlinya dan buahnya, yang diuraikan di sepanjang buku ini. Selanjutnya wahai pembaca yang mulia, apakah Anda tidak menginginkan suatu kebahagiaan yang bisa Anda raih dalam sekejap ? Yaitu pada saat Anda bersama dengan kejujuran, di saat itu seorang hamba duduk menghadap jiwanya, dan diantara keduanya tidak ada saling menipu. Memikirkan umurnya yang telah lalu, dan merenungkan perkataan orang : Umur kita yang telah berlalu, sekalipun panjang masanya sudah lenyap kelezatannya dan tinggallah akibatnya, seolah-olah umur panjang itu tidak ada bila sudah tiba saat kematian.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah diancamkan kepada mereka, niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang selalu mereka nikmati.” (Asy Syu’ara : 205-207)

Sebagian salaf membaca ayat tersebut kemudian menangis dan mengatakan : “ Apabila kematian sudah tiba, makalah tidak berguna bagi seseorang, kelezatan dan kenikmatan yang telah dia rasakan.” Ucapan tersebut semakna dengan apa yang dikumandangkan oleh Abul ‘Athiyah kepada khalifar Ar Rasyid ketika dia dan para sahabatnya membangun istana :

Selama engkau sehat, hiduplah di bawah naungan istana yang menjulang tinggi.
Apa yang engkau senangi, senantiasa engkau usahakan di waktu pagi dan
petang.

Apabila nafas telah berbunyi di dalam rongga dada yang menyempit,
Ketika itu Anda baru yakin, bahwa selama ini ternyata Anda dalam tipu daya.

Dunia ini tidak lain hanyalah jembatan dan bukan tempat tinggal, hanyalah perjalanan dan bukan tempat tujuan. Orang yang berbahagia adalah orang yang mengambil pelajaran dari orang lain, dan memanfaatkan kesempatan hidup di dunia untuk mencari bekal menuju akhirat.

Al hasan berkata : sebaik-baik kehidupan dunia adalah untuk orang mukmin, karena di dalamnya dia menikmati sedikit, namun daripadanya dia mengambil bekalnya untuk menuju surga. Dan seburuk-buruk kehidupan dunia adalah untuk orang-orang kafir dan munafik, karena di dalamnya dia menyia-nyiakan umurnya, dan dari padanya dia mengambil bekalnya untuk menuju neraka. Setiap hembusan nafas adalah mutiara yang berharga yang bisa dipergunakan untuk membeli perbendaharaan yang abadi.

Wahai orang yang sibuk dengan dunianya,
dan tertipu oleh angan-angannya yang panjang
Kematian akan datang dengan tiba-tiba,
dan kuburan menjadi kotak amalnya.
Wahai hamba Allah, raihlah keberuntungan dan kesuksesan, yaitu tatkala kejujuran Anda mengingat dosa-dosa yang telah berlalu, kemudian Anda perbaiki masa lalu itu dengan taubat, dan Anda perbaiki masa sekarang dengan amal shalih, selanjutnya Anda perbaiki masa depan dengan tekad yang benar, niat yang murni dan dengan berbekal taqwa, untuk setiap saat menaati Allah ‘Azza wa Jalla.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Rabb Kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat : 30-32)

Nabi shollollohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Katakanlah : saya beriman kepada Allah, kemudian beristiqomahlah.” (HR Muslim, II:8-9, Ahmad, III:413, IV:385; Tirmidzi, IX:249; Ibnu Majah, 3972 dengan lafazh “Qul rabbiyallah...”)
Alangkah sederhananya, alangkah bagusnya, dan alangkah luasnya perkataan tersebut, mencakup dunia dan akhirat. Bagaimana tidak, sebab perkataan itu termasuk ucapan orang yang diberi jawami’ul kalim (perkataan singkat, namun bermakna luas, -ed) oleh Rasulullah shollollohu ‘alihi wa sallam.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
“Mari kita menghadap Allah di Daarus Salaam tanpa rasa letih dan payah, melalui jalan terdekat dan paling mudah. Yaitu di satu waktu di antara dua waktu, yakni umurmu pada waktu sekarang ini, yang berada di antara masa lalu dan masa mendatang. Perbaikilah masa lalu dengan taubat, penyesalan dan istighfar. Pekerjaan ini tidaklah melelahkanmu, ia hanyalah amala hati. Dan tolaklah dosa di masa depanmu. Penolakanmu itu merupakan suatu istirahat dan bukan amalan anggota badan yang menyulitkanmu. Penolakan dosa itu hanya berupa tekad dan keinginan yang kuat, yang manfaatnya bisa menenangkan fisik dan hatimu. Permasalahannya sekarang terletak pada umurmu, yaitu waktu yang diantara dua waktu. Jika engkau sia-siakan umurmu, berarti Engkau telah menyia-nyiakan kebahagiaanmu. Namun jika Engkau memperhatikannya dengan memperbaiki waktu sebelum dan waktu sesudahnya, niscaya Engkau akan menggapai keselamatan, kesenangan dan kenikmatan.” (Al Fawa’id, 151-152)

Kita mohon kepada Allah, semoga kita dapat mengakhiri segala sesuatu dengan kebahagiaan, dan semoga Allah mengaruniakan kepada kita nikmat tambahan (dapat berjumpa dan melihat Allah di surga, -pent), serta menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang berbahagia di dunia dengan berbagai ketaatan dan kecintaan kepada Rabb semesta alam, dan di akhirat berbahagia menikmati surga-surga dan melihat wajah Allah Yang mulia. Dan sebagai do’a penutup, kita ucapkan : Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamiin (Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam).



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------