Materi ke-4
Peringatan dari Majelis yang tidak Disebut nama Allah

Terkait pembahasan ini Allah Ta’ala berfirman:

 مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ ١٨
“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaf: 18)

Hal ini dipertegas lagi dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ قَعَدَ مَقْعَداً لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ، وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجِعَاً لاَ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ
“Barangsiapa yang duduk pada sebuah tempat lalu dia tidak berzikir kepada Allah di situ maka hal itu akan menjadi tirah (penyesalan) baginya di sisi Allah. Barangsiapa yang berbaring pada sebuah tempat lalu dia tidak berzikir kepada Allah di situ maka hal itu akan menjadi tirah (penyesalan) baginya di sisi Allah.” (HR. Abu Dawud)[1]
Makna ‘tiratun’ ialah kerugian, dan ada yang mengatakan konsekuensi.[2]
Semakna dengan hadits di atas, Abu Hurairah juga berkata, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ فِيْهِ، وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةٌ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ
“Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat kepada Nabinya, pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka, maka jika Allah menghendaki bisa menyiksa mereka dan jika menghendaki mengampuni mereka.”(HR. At-Tirmidzi)[3] At-Tirmidzi, 3380. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’, 5607.


Hal ini juga diriwayatkan oleh Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu juga meriwayatkan suatu hadits yang menunjukkan ancaman dari bermajelis yang tidak disebutkan nama Allah Ta’ala. Ia berkata, ‘Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:

لاَ تُكْثِرُوا الْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلاَمِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ، وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسُ مِنَ اللهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي
“Janganlah kalian memperbanyak bicara dengan selain zikir kepada Allah, karena memperbanyak bicara dengan selain zikir kepada Allah membuat hati menjadi keras, sementara hamba yang paling jauh dari Allah adalah yang hatinya keras.” (HR. At-Tirmidzi)[4] At-Tirmidzi, 2411 dan ia berkta, “Hadits Hasan Gharib”. Dihasankan oleh Al-Arnauth dalam Jima’ul Ushul, 11/737.


Kita sudah maklum bahwa setiap manusia pasti memiliki suatu majelis yang di dalamnya mereka berkumpul dan saling bersenda gurau. Namun, sebaik-baik majelis adalah yang di dalamnya disebut nama Allah. Adapun majelis yang di dalamnya tidak disebut nama Allah, tidak ada shalawat kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka ia adalah majelis yang tercela.

Majlis seperti ini (yg di dalamnya tidak disebut Asma` Allah) ditegaskan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa pada hari Kiamat kelak ia akan menjadi kerugian bagi pelakunya, karena mereka telah menghabiskan waktu mereka untuk perkara-perkara yang tidak bermanfaat bagi mereka.

Beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam memberitahukan bahwa majelis seperti ini merupakan sebab kerasnya hati, sehingga hatinya tidak tersentuh dengan nasihat dan tidak mau menerima peringatan.

Kesimpulan dan Faedah Yang Dapat Kita ambil dai uraian di atas antara lain adalah:
1.    Peringatan dari banyak berbicara tanpa disertai berdzikir kepada Allah, seperti istighfar, mengkaji ilmu, dan amar makruf nahi mungkar.
2.    Wajib berhati-hati dari majelis-majelis yang tidak disebutkan nama Allah di dalamnya dan berusaha mencari majelis-majelis yang selalu digunakan untuk berdzikir kepada Allah.
3.    Banyak berbicara tanpa disertai dzikir kepada Allah merupakan salah satu sebab kerasnya hati.






[1] Abu Dawud, 4856, 5059. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Misykat, 2/703.
[2] An-Nihayah, Ibnu Al-Atsir, 1/189.
[3] At-Tirmidzi, 3380. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’, 5607.
[4] At-Tirmidzi, 2411 dan ia berkta, “Hadits Hasan Gharib”. Dihasankan oleh Al-Arnauth dalam Jima’ul Ushul, 11/737.


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------