OLEH SYAIKH MUHAMMAD ABDUL HADI AL MISHRI.
Penerjemah : Abu Fahmi Ahmad dan Ibnu Marjan, 1992 , updated Februari 2012. 

Bagian-3. 

(11)    Cara Para Sahabat Menerima Al Qur`an dan As-Sunnah     
          Imam Ibnu Qayyim mengatakan bahwa cara Nabi Saw menyampaikan Al Qur`an kepada para sahabat adalah langsung dengan lafazh dan maknanya. Beliau menyampaikan makna kepada mereka sebagaimana beliau menyampaikan lafazhnya. Tidak ada penyampaian lain, kecuali dengan cara tersebut.
          Firman Allah:
“….Dan tiada lain kewajiban Rasul itu, kecuali menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (An Nur 54)
          Ayat di atas mengandung maksud bahwa penyampaian makna merupakan tingkat penjelasan tertinggi. Barangsiapa mengatakan bahwa beliau tidak menyampaiakan makna-makna perkataannya dan perkataan Rabbnya kepada umat, tapi hanya menyampaikan lafazh-lafazhnya dan menyerahkan pemahaman makna-maknanya kepada mereka berdasarkan apa yang disebutkan orang-orang itu, maka orang tersebut tidak membenarkan penyampaian itu.
          Para ahli ilmu dan iman mengakui apa yang dinyatakan Allah, para malaikat, dan generasi terbaik (sahabat) bahwa nabi Saw telah menyampaikan secara jelas dan pasti mengenai makna-makna Al Qur`an dan Sunnah berikut lafazh-lafazhnya. Bahkan, porsi penyampaian makna lebih besar daripada penyampaian lafazh. Sebab, lafazh-lafazh Al Qur`an dan Sunnah hanya dihafal oleh orang-orang tertentu, sedangkan makna disampaikan Nabi untuk umum dan khusus.
          Hubaib bin Abdullah al-Bajali dan Abdullah bin Umar berkata, “Kami belajar beriman, kemudian belajar Alqur`an. Maka bertambahlah iman kami,”
          Demikianlah para sahabat mengambil lafazh-lafazh Al Qur`an dan makna-maknanya dari Rasulullah Saw, bahkan perhatian mereka lebih besar terhadap pengambilan makna daripada lafazh. Mereka terlebih dahulu mengambil makna; setelah itu, baru lafazh. Hal ini dimaksudkan agar makna-makna  tersebut tetap terpelihara dan tidak lepas dari mereka. Jika mereka menerima makna-makna Al Qur`an dari Nabi sebagaimana mereka menerima lafazh-lafazhnya, maka mereka tidak memerlukan bahasa lain sesudah itu. Karena itu, mereka menukil makna-makna Al Qur`an sebagaimana mereka menukil lafazh-lafazhnya.
            Apabila orang-orang terdahulu mengetahui bahwa ini adalah Kitabullah dan kalam-Nya yang diturunkan kepada mereka –dan disuruhnya mereka mengikutinya, maka bagaimana mungkin mereka tidak menjadi antusias untuk memahami dan mengetahui maknanya dari segi kebiasaan umum dan khusus? Demikian pula para sahabat. Mereka hanyya memiliki Al Qur`an yang mereka dengar dan mereka pelajari dari Nabi. Bila berkumpul, yang mereka perbincangkan tidak lain hanyalah Al Qur`an dan Sunnah. Bahkan, bagi mereka, Al Qur`an adalah ilmu yang mereka perhatikan, baik dari segi hafalan, pemahaman, amalan, maupun pengertian.
          Kemauan mereka untuk (mengkaji) Al Qur`an sangat besar, sementara Rasululullah Saw selalu berada di tengah-tengah mereka. Beliaulah yang mengajarkan takwil-takwil, pengertian, dan makna Al Qur`an sebagaimana beliau mengajarkan lafazh-lafazhnya. Karena itu, tidak mungkin para sahabat bergeser pada yang lain; pun tidak mungkin hati mereka tidak bergerak untuk mengetahuinya.
          Begitu pula Rasulullah Saw, beliau tidak mungkin tidak mengajarkan Al Qur`an kepada mereka. Beliau sangat tahu, para sahabat adalah orang-orang yang paling besar kemauannya untuk memperoleh ilmu dan petunjuk. Beliau sangat gigih dalam hal member petunjuk, mengajari, dan membimbing mereka. Bahkan bukan saja untuk mereka, orang kafir pun seringkali beliau beri petunjuk.
          Ihwal penerimaan hadits juga sama. Para sahabat telah mendengarnya langsung  dari Nabi Saw.mereka telah banyak menyaksikan beliau serta mengetahui dengan hati mereka berbagai tujuan dan dakwah beliau. Pengalaman mereka ini jelas tidak dialami oleh generasi sesudah mereka. Dengan demikian, tidak sama orang yang mendengar, mengetahui, dan melihat langsung keadaan pembicara (Nabi) dengan yang hanya mendengar melalui perantara. Oleh karena itu, dalam hal pemahaman hadits, kita wajib merujuk kepada para sahabat.
          Sehubungan  dengan itu, Imam Ahmad mengatakan, “Menurut kami prinsip-prinsip Sunnah adalah berpegang kepada apa  yang dijalankan para sahabat Rasulullah Saw dengan i`tikad bahwa golongan yang selamat (Ahli Sunnah) adalah golongan yang mengikuti Rasulullah Saw dan para sahabatnya. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda: `Mereka adalah orang-orang yang mengikuti jalanku dan para sahabatku`
          Maka jelaslah, dalam menafsirkan Al Qur`an serta mentakwilkannya yang benar-yang menjelaskan keinginan Allah, yakni jalan yang lurus- kita wajib merujuk kepada para sahabat Nabi. Dan telah diketahui bahwa generasi sesudah mereka mengikuti jejak mereka dengan baik, yakni mengambil sesuatu (pengetahuan Al Qur`an dan Sunnah) dari mereka tanpa menyimpang seperti apa yang diajarkan Nabi kepada mereka.” (Mukhtashar ash-Shawa`iqul Mursilah 2:335 dan seterusnya)
(12)    Hadits-Hadits tentang Perpecahan Umat, Golongan yang Benar, dan Kewajiban Mengikuti Jama`ah
Cukup banyak hadits Nabi yang menjelaskan bakal adanya perpecahan umat sepeninggal beliau. Umat ini, menurut hadits, akan terpecah menjadi lebih dari tujuh puluh golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu, yaitu al-jama`ah atau al-Firqah an-Najiyah (Golongan yang selamat). Mereka tidak lain adalah golongan yang mengikuti jalan hidup Rasul Saw dan para sahabatnya.
Di samping itu, terdapat pula beberapa hadits yang menetapkan akan adanya segolongan umat Rasulullah yang lebih unggul, yang mendapat pertolongan, dan senantiasa melaksanakan perintah Allah. Golongan tersebut tidak menghiraukan para penentangnya hingga dating keputusan Allah dan hari kiamat.
Ada pula hadits Nabi yang menyuruh orang-orang agar menjalankan Sunnah,beriltizam (komitmen) dengan jama`ah, dan melarang hidup berpecah belah.
Selain itu, ada sebuah hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah Ra hadits ini oleh Imam Bukhari rahimahullah dimasukkan dalam bab Kaifa al-Amru Idza Lam Takun Jama`ah (Bagaimana Jadinya Jika tak Ada jama`ah ?)
Dalam pembahasan ini, hadits-hadits tersebut akan kami kelompokkan ke dalam empat kelompok. Pertama, hadits tentang perpecahan umat. Kedua, hadits tentang akan adanya golongan yang benar. Ketiga, hadits tentang kewajiban mengikuti jama`ah.  Keempat, hadits-hadits dari Hudzaifah Ra.
A        Riwayat dan Alur Hadits tentang Prpecahan Umat
1        Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda
“Kaum Yahudi terpecah belah mejadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan. Kaum Nashrani terpecah belah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan. Begitu pun umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan. (HR.Abu Daud, Turmudzi, al-Hakim, Ahmad, dan lain-lain) [1]
2        Dari Amir Abdullah bin Luhai ia berkata, “kami berangkat haji bersama Mu`awiyah bin Abi Sufya. Ketika sampai di  Makkah, Mu`awiyah berdiri-saat akan menunaikan shalat dzuhur- dan berkata, sesungguhnya Rasulullah Saw telah bersabda:
“ Sesungguhnya pengikut dua kitab (Yahudi dan Nashrani) terpecah mengenai agama mereka menjadi tujuh puluh dua aliran, dan umat (Islam) ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga aliran. Yakni al-ahwa (mengikuti haea nafsu). Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu, yaitu al-jama`ah. Sungguh akan muncul di kalangan umatku golongan-golongan yang akan diikuti oleh hawa nafsu seperti anjing kejar-kejaran bersama kawannya. Tidak ada urat dan persendian yang tak dimasukinya. Demi Allah, wahai bangsa Arab! Jika kalian tidak menegakkan ajaran Nabi kalian, maka bangsa lain lebih pantas untuk tidak menegakkannya.”(HR. Ahmad, Abu Daud, al-Hakim, dan lain-lain)[2]
3        Dari Abdullah bin Amr. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“ Sungguh akan terjadi pada umatku apa yang pernah terjadi atas Banni Israil, bagaikan sepasang sandal. Jika di antara mereka ada yang menggauli ibunya secara terang-terangan, maka pada umatku pun aka nada orang yang berbuatu demikian. Sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi tujuh puluh dua aliran. Semuanya akan masuk neraka, kecuali satu.
Dan umatku pun akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga aliran: semuanya akan masuk neraka, kecuali satu.” Para sahabat bertanya, `Siapakah golongan itu, wahai Rasulullah?`Beliau menjawab, Yakni mereka yang mengikuti jalan hidupku dan para sahabatku.`”(HR.Turmudzi,Al-Ajuri, Al-Lalaka`i, dan lain-lain)[3]     
4        Dari Auf bin Malik, Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Bani Israil terpecah menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan, sedangkan umat (Islam) lebih satu golongan dari jumlah ini (menjadi 73 golongan). Semuanya masuk neraka, kecuali golongan mayoritas (as-sawadul a`zham.)” Lalu ada seorang laki-laki bertanya kepada,`Wahai Abi Umamah, apakah ini pendapatmu sendiri atau engkau mendengarnya dari Rasulullah Saw? Dia menjawab,`Jika ini pendapatku sendiri, berarti aku orang yang terlalu berani. Aku mendengarnya dari Rasulullah Saw bukan hanya satu, dua atau tiga kali.`” (HR. Ibnu Abi Ashim, Al-Lalaka`i dan Thabrani)
B        Hadits tentang Golongan yang Membela Kebenaran
1        Dari Mu`awiyah. Ia berkata, pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang menjalankan perintah Allah. Mereka tak peduli akan orang-orang yang merendahkan dan menentang mereka, hingga dating keputusan Allah. Dan mereka lebih unggul dari yang lainnya.”(HR.Muslim)
2        Dalam satu lafazh disebutkan:
“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, Ia pun akan difaqihkannya dalam soal agama. Dan akan selalu ada segolongan dan kaum muslimin yang membela kebenaran dan selalu unggul dalam menghadapi musuh-musuhnya, hingga datangnya hari kaimat.”(HR. Muslim)
 3       Dalam Lafazh lain disebutkan:
“Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah, ia pun akan difaqihkannya dalam soal agama. Sesungguhnya aku adalah pembagi, sedangkan Allah pemberi. Urusan (agama) umat ini akan senantiasa lurus hingga datangnya hari kiamat atau datangnya keputusan Allah.”(HR.Bukhari)
4        Dalam Lafazh lain juga disebutkan:
“Kemudian berdiri Malik bin Yukhamir as-Saksaki, dan berkata, `Wahai Amirul Mukminin, saya mendengar Mu`adz bin Jabal berkata, mereka adalah penduduk Syam.`Lalu Mu`awiyah berkata dengan suara nyaring, `Inilah Malik yang mengaku bahwa ia mendengar Mu`adz berkata, mereka adalah penduduk Syam.`”(HR. Ahmad, Ibnu Majah, Abu Daud ath-Thayalisi, dan Al-Lalaka`i).
5        Dari Al-Mughirah bin Syu`bah, dari Nabi Saw, beliau bersabda:
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tampil membela kebenaran sehingga dating keputusan Allah kepada mereka dan mereka menang.”(HR.Bukhari)
6        Dalam lafazh lain disebutkan:
“Akan senantiasa ada sekelompok manusia dari umatku yang berjuang membela kebenaran dan mereka unggul sehingga datang keputusan Allah Azza wa Jalla kepada mereka.” (HR.Ahmad, Ad-Darimi, dan Al-Lalaka`iu)  
  7      Dari Jabir bin Abdullah Ra. Ia berkata, “Aku mendengar Nabi Saw bersabda:
“Akan selalu ada segolongan dari umatku yang membela kebenaran dengan tegas hingga hari kiamat. Kemudian Isaputera Maryam Ra turun. Lalu pemimpin mereka berkata, `Marilah shalat untuk kami (mengimani kami),`Isa menjawab,”Tidak. Sesungguhnya sebagian kamu adalah peimimpin sebagian lainnya. Itulah penghargaan Allah atas umat ini.`”
8        Dari Tsauban Ra. Ia mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:
“Akan senantiasa ada egolongan dari umatku yang tampil membela kebenaran. Mereka tak peduli terhadap orang-orang yang merendahkan mereka, sehingga datang keputusa Allah, sedangkan mereka dalam keadaan seperti itu.”(HR.Muslim)
9        Dalam satu lafazh disebutkan:
“Sesungguhnya Allah mengerutkan (menyempitkan)  bumi untukku (atau beliau mengatakan: sesungguhnya  Rabbku mengerutkan bumi untukku). Lalu aku melihat bagian timur dan baratnya, dan kekuasaan umatku akan mencapai apa yang ditampakkan kepadaku. Aku diberi dua perbedaharaan: yang merah dan yang putih. Dan aku meminta kepada Rabbku-untuk umatku- agar Dia tidak membinasakan mereka dengan bahaya kelaparan dan tidak menjadikan mereka dikuasai musuh yang bukan dari kalangan mereka sendiri, yang merampas kekayaan mereka. Sesungguhnya Rabbku Azza wa Jalla telah berfirman, `Wahai Muhammad, sesungguhnya jika aku sudah menetapka suatu perkara, maka ketetapan-Ku tak dapat ditolak (dan berkata Yunus: tidak bisa ditolak). Aku berikan (janji) kepadamu-untuk umatmu- bahwa Aku tidak akan membinasakan mereka dengan bahaya kelaparan. Aku tidak akan menjadikan mereka dikuasai oleh musuh  yang bukan dari kalangan mereka sendiri, meskipun musuh-musuh itu telah mengepung mereka, sehingga mereka menawan sebagian yang lain.`
Sesungguhnya yang aku khawatirkan atas umatku adalah para pemimpin yang menyesatkan. Jika telah diletakkan pedang pada umatku, maka ia tak dapat diangkat lagi hingga hari kiamat. Dan tidaklah datang hari kiamat kecuali setelah ada beberapa golongan umatku yang berhadapan dengan orang-orang musyrik dan para penyembah berhala.”   
          Selanjutnya beliau bersabda:
“Sesungguhnya akan muncul tiga puluh orang pembohong di kalangan umatku yang masing-masing mendakwakan dirinya sebagai nabi, padahal akulah nabi terakhir. Tidak ada nabi lagi sesudahku. Dan akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang tampil membela kebenaran dan mereka selalu unggul (mendapat pertolongan Allah). Mereka tak mempedulikan orang yang menentang mereka, hingga datang hari kiamat  dan mereka tetap demikian,” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Al-Hakim)
10      Dari Abdurrahman bin Syamasah  al-Mahri, Ia berkata:
“Aku sedang berada di samping Muslim bin Makhlad dan di sebelahnya ada Abdullah bin Amr bin Ash. Lalu Abdullah berkata, “Tidak terjadi kiamat kecuali karena ulah jahat mausia. Mereka lebih jahat daripada orang jahiliah. Tidaklah mereka memohon sesuatu kepada Allah melainkan akan ditolaknya.” (Ketika mereka sedang bercakap-cakap ), tiba-tiba datang Uqbah bin Amir. Kemudian Muslamah berkata kepadanya,`Wahai Uqbah, dengarlah apa yang dikatakan Abdullah!` Uqbah pun menjawab, Dia lebih mengerti, tapi aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:   
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang membela agama Allah dan mengalahkan musuh mereka. Mereka tak mempedulikan orang yang menentang mereka, sehingga dating hari kiamat, sedangkan mereka tetap dalam keadaan seperti itu.` Lalu Abdullah berkata,`Benar! Kemudian Allah mengirim angin yang wangi bagai kesturi dan lembut bagaikan sutera. Maka ia tak membiarkan jiwa seseorang yang dihatinya terdapat iman sebesar biji, melainkan dicabutnya. Kemudian tinggallah manusia-manusia jahat, dan atas mereka itulah terjadinya kiamat.`” (HR.Muslim)
 11     Dari Sa`ad bin Abi Waqqash Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Akan selalu ada penduduk kawasan barat (ahlul-gharbi) yang tegak membela kebenaran hingga datangnya hari kiamat.”(HR.Muslim)
12      Dari Qurrah al-Muzani Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw. bersabda:
“Jika penduduk Syam telah rusak, maka tiada lagi kebaikan pada kalian. Dan akan senantiasa ada orang-orang dari umatku yang mendapat pertolongan. Mereka tidak mempedulikan orang-orang yang mengecewakan mereka, hingga datangnya kiamat.” (HR. Ahmad, Turmudzi, Ibnu Majah, dan Al-Lalaka`i)  
13      Dari Jabir bin Samurah Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Ad-Din (Islam) ini akan senantiasa berdiri dan dibela oleh segolongan dari kaum muslimin sehingga datangnya hari kiamat.” (HR.Muslim)
14      Dari Imran bin Hushai Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang membela kebenaran dan mereka unggul atas musuh mereka, hingga orang terakhir dari mereka memerangi Al-Masih ad-Dajjal.”(HR.Ahmad)
15      Dari Salamah bin Nufail al-Kindi Ra. Ia bersabda:
“Aku sedang duduk di samping Rasulullah Saw. Tiba-tiba ada seorang laki-laki  berkata. `Wahai Rasulullah, orang-orang telah mena mbatkan kuda dan meletakan senjata, serta mereka mengatakan bahwa kini tidak ada lagi jihad karena perang telah usai.` Maka Rasulullah Saw menoleh kepada laki-laki itu seraya berkata,`Mereka berdusta. Sekarang, sekarang ini sedang terjadi peperangan. Dan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berjuang membela kebenaran serta Allah menundukkan hati kaum untuk mereka, member rizki kepada mereka, hingga datang hari yang di janjikan Allah(kiamat). Di pungung-punggung kuda terdapat kebaikan –hingga kiamat. Hal itu menandakan bahwa sebentar lagi aku akan wafat, dan kalian akan menyusul-ku sekelompok demi sekelompok. Sebagian kamu akan membunuh sebagian lainnya. Adapun tempat kaum mukmin adalah Syam.`” (HR.Nasa`i)
          Hadits-hadits tersebut –yang membahas tentang golongan yang membela kebenaran- juga diriwayatkan oleh sejumlah sahabat, seperti Abu Hurairah, Umar bin Khatthab, Zaid bin Arqam, Abu Umamah, dan Marrah bin Ka`ab al-Bahzi.
C        Hadits-hadits yang Mewajibkan Umat agar Koitmen
1        Dari Ibnu Abbas Ra, dari Nabi Saw.Beliau bersabda:
“Barangsiapa tidak menyukai sesuatu dari pemimpinnya, hendaklah ia bersabar. Karena barangsiapa keluar sejengkal saja dari ketaatan pemimpinnya, maka ia pun mati dalam keadaan jahiliah.”(HR.Bukhari)
 2       Dalam satu lafazh disebutkan:
“Barangsiapayang melihat sesuatu yang tidak menyenangkan dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar. Karena barangsiapa meninggalkan jama`ah sejengkal saja, lantas ia mati, maka matinya itu dalam keadaan jahiliah.” (HR.Bukhari Muslim)
3        Dari Abdullah bin Umar Ra. Ia berkata bahwa Umar  bin Khattab Ra pernah berkhutbah  di Al-Jabiyah. Kata beliau, “Rasulullah Saw pernah berdiri di tempatku ini kemudian bersabda:
“Perlakukanlah para sahabatku dengan baik, kemudian orang-orang sesudah mereka, dan sesudahnya lagi. Kelak akan tersiar kebohongan, hingga ada orang yang mulai member kesaksian sebelum diminta. Maka barangsiapa di antara kamu menghendaki tengah-tengah surga, hendaklah ia komitmen dengan jama`ah. Sesungguhnya setan menyertai orang yang menyendiri dan lebih menjauhi dua orang…” (HR.Ahmad, Turmudzi, Hakim, dan Ibnu Abi `Ashim)
4        Dari Abu Hurairah Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Shalat fardhu hinga shalat fardhu berikutnya merupakan tebusan bagi dosa-dosa di antara keduanya. Begitu pun shalat Jum`at hingga shalat Jum`at  berikutnya, bulan Ramadhan hingga bulan Ramadhan  berikutnya merupakan tebusan bagi dosa –dosa diantara keduanya.” Kemudian beliau bersabda,”Kecuali tiga perkara. Tahukah kamu, apakah tiga perkara yang akan terjadi tersebut? Ketiga perkara itu adalah: mempersekutukan Allah, mengingkari jual beli dan meninggalkan sunnah. Adapun mengingkari (meninggalkan ) jual beli adalah engkau berbaiat kepada seseorang lalu engkau mengingkari dan memeranginya dengan pedangmu. Adapun meninggalkan Sunnah ialah keluar dari aljami`ah.” (HR.Ahmad dan al-Hakim).
 5       Dari Samurah bin Jundub Ra. Ia berkata:
“Amma ba`du, sesungguhnya Nabi Saw  menamakan kuda-kuda kami sebagai kuda-kuda Allah jika kami merasa takut. Dan jika kami merasa takut (dalam peperangan), Rasulullah Saw menyuruh kami beriltizam pada jama`ah, bersabar, dan bersikap tenang apabila kami berperang.” (HR.Abu Daud)
6        Dari Ibnu Abbas Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Tangan (pertolongan) Allah bersama al-jama`ah.” (HR.Turmudzi, Thabrani, dan Abi `Ashim)
7        Dari Ibnu Umar Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Allah tidak menyatukan umat ini -atau umatku- di atas kesesatan.” (HR. Turmudzi, Al-Hakim, Ibnu Abi `Ashim, At-Thabrani, dan Al-Lalaka`i)
8        Dalam satu lafazh dan sesudahnya disebutkan:
“Dan ikutilah golongan mayoritas, karena barangsiapa menyendiri ia akan menyendiri pula dalam neraka.” (HR. al-Hakim)
9        Dari Ibnu Mas`ud Ra. Ia berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Tidak halal darah seorang muslim yang bersyahadat bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa aku Rasulullah, kecuali dengan salah satu dari tiga perkara, yaitu: jiwa dibalas dengan jiwa (membunuh), duda dan janda yang berzina, serta orang yang meninggalkan din dan al-jama`ah.” (HR.Bukhari)
10      Dari Al-Irbadl bin Sariyah Ra. Ia berkata:
“Pada suatu hari usai menunaikan shalat shubuh, Rasulullah Saw menasihati kami dengan kata-kata yang sangat dalam dan mengesankan hingga kami  lelaki berkata, `Sesungguhnya ini nasihat orang yang akan berpisah. Maka apakah yang engkau pesankan kepada kami, wahai Rasulullah ?` Beliau menjawab:”
`Kupesankan kepadamu agar bertaqwa  kepada Allah, mendengar dan mentaati (pemimpinmu) sekalipun dari budak Habsyi. Karena barangsiapa yang masih hidup di antara kamu, ia akan melihat banyak perselisihan. Jauhkanlah dirimu dari perkara yang diada-adakan (bid`ah),karena yang demikian itu adalah kesesatan. Barangsiapa di antara kamu mengalami jaman  seperti itu, maka hendaklah berpegang teguh pada Sunnahku dan Sunnah para Khalifah ar-Rasyidin. Peganglah Sunnah itu erat-erat.” (HR.Turmudzi, Abu Daud, dan Ahmad)
11      Dari Jabir bin Abdullah. Ia berkata:

“Jika Rasulullah Saw berkhutbah, kedua matanya memerah, suaranya lantang, dan dengan nada penuh semangat, seakan beliau member peringatan kepada prajurit: Awas, ada musuh dating pada saat pagi dan petang.`Aku diutus, sedangkan jarak antara diutusnya aku dengan hari kiamat seperti dua jari ini,` kata beliau sambil merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Kemudian beliau bersabda:
`Amma ba`du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah: sebaik-sebaik petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Adapun sejelek-jelek perkara adalah yang diada-adakan (bid`ah), dan bid`ah adalah kesesatan.`
Kemudian beliau melanjutkan:`Aku lebih patut dicintai setiap mukmin daripada ia mencintai dirinya sendiri. Barangsiapa  meninggalkan harta, maka keluarganyalah yang berhak memilikinya; dan barangsiapa meninggalkan utang, maka akulah yang mengurusi serta menanggungnya.`”(HR.Muslim)
D        Hadits-Hadits Hudzaifah Ra:  
1        Hudzaifah Ra berkata:
“Orang-orang bertanya kepada Rasulullah Saw tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya tentang kejelekan karena khawatir hal ini akan menimpa diriku. Pertanyaanku, `Wahai Rasulullah, kami dahulu hidup pada jaman jahiliah yang penuh kejelekan, lalu Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah sesudah kebaikan ini akan ada kejelekan?` Beliau menjawab, `Ya,` Aku bertanya lagi, Apakah sesudah kejelekan itu aka nada kebaikan lagi?` Beliau menjawab, `Ya tapi di dalamnya terdapat `kotoran`. `Aku bertanya lagi,`Apakah kotorannya itu?` Beliau menjawab,`Kaum yang member petunjuk dengan selain petunjukku. Engkau mengenali mereka, tapi mengingkarinya.` Aku bertanya lagi,`Apakah sesudah kebaikan (yang terkena kotoran) itu akan ada kejelekan lagi?` Beliau menjawab.`Ya, yaitu orang-orang yang mengajak ke pintu jahannam. Barangsiapa memenuhi ajakan mereka, berarti ia telah dilemparkan ke neraka jahannam.` Aku bertanya, `Ya Rasulullah, terangkanlah kepada kami cirri-ciri mereka, Beliau menjawab, `Beriltizamlah pada jama`ah muslim dan para Imam mereka.` Aku bertanya lagi, `Bagaimana jika mereka tidak mempunyai jama`ah dan imam?` Beliau menjawab,`Jauhilah semua golongan itu meskipun engkau mati dalam keadaan seperti itu.`” (HR.Bukhari dan Muslim)  




[1] Hadits tersebut dishahihkan oleh Turmudzi, Al-Hakim, Ibnu Taimiyah, As-Suyuthi, Al-Munawi, Asy-Syathibi, Adz-Dzahabi, dan Al-Albani)
[2] Hadits tersebut dishahihkan atau disahkan oleh Al-Hakim, Adz-Dzahabi, Al-Iraqi, Ibnu Hajar, Ibnu Taimiyah, dan Al-Albani)
[3] Hadits tersebut hasan dengan syahid-syahidnya. Turmudzi menilainya hasan, sedangkan Al-Iraqi dan Ibnu Taimiyah menukilnya dari Turmudzi serta menjadikannya hujjah.


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------