Hakikat Taqwa, Bag-10 : Cara Mencapai Taqwa (5) Mengenali Tipu Daya Syaithan
Prof. Dr. Ahmad Farid. Penerj. : Abu Fahmi Ahmad.
1.5  Mengetahui Tipu Daya Syaithan.
Ibnu Muflih Al Maqdisi rahimahullah berkata :
Ketahuilah, bahwa syaithan menghalangi orang – orang mu’min dengan tujuh penghalang.Yang pertama adalah kufur. Jika seseorang selamat dari kekufuran, syaithan memberikan rintangan yang lain berupa bid’ah. Jika selamat dari perbuatan bid’ah, maka syaithan merintangi dengan cara yang lain yaitu : melakukan perbuatan dosa - dosa besar. Jika selamat dari dosa - dosa besar, syaithan beralih kepada membujuk manusia untuk melakukan perbuatan dosa-dosa kecil.  Jika selamat dari dosa - dosa kecil, syaithan beralih kepada membujuk manusia berbuat hal-hal yang mubah, sehingga manusia menyibukkan diri dalam perkara ini. Jika tidak bisa ditaklukkan, maka syaithan membujuknya untuk melakukan amalan - amalan fadlail ( yang mengandung keutamaan - keutamaan ). Jika tidak tergoda juga oleh amalan ini, maka syaithan menguasakan musuh-musuh yang durhaka untuk menimbulkan berbagai macam gangguan dan cobaan secara silih berganti. ( Masha’ibul Insan min Maka’idisy Syaithan, hal 69, secara ringkas. Ibnu Qayyim rahimahullah menyebutkan tujuh rintangan ini dalam menafsirkan mu’awwidzatain (surat An Nas dan Al Falaq ) lebih panjang dari uraian di atas, lihat hal : 73 - 76
Maka tidak diragukan lagi, bahwa mengetahui rintangan - rintangan yang dibuat oleh syaithan, dan mengetahui tempat - tempat masuknya ke hati Ibnu Adam merupakan perkara yang membantu kewaspadaan dari bujuk rayu ( tipu muslihat ) syaithan. Dan yang paling penting untuk disebutkan, hendaknya anda mengetahui bahwa syaithan itu musuh bagi Bani Adam, maka tidak mungkin syaihan memerintahkan suatu kebaikan dan mencegah dari kejahatan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إن الشيطان لكم عدو فاتخذوه عدوا  إنما يدعو حزبه ليكونوا من أصحاب السعير
 “Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaithan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala -  nyala.” ( Fathir : 6 )
ياأيها الذين آمنوا لا تتبعوا الشيطان ومن يتبع خطوات الشيطان فإنه يأمر با لفحشاء والمنكر
 “Hai orang - orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah - langkah syaithan. Barang siapa yang mengikuti langkah -  langkah syaithan, maka sesungguhnya syaithan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan munkar.”(An Nur : 21 )
Abul Farj Ibnul Jauzi rahimahullah berkata :
“Iblis masuk ke jiwa manusia melalui segala cara yang mungkin ia lakukan. Dia ( syaithan ) bisa menambah kekuatan atau menguranginya tergantung dari kesadaran, kelalaian, kejahilan, serta ilmu mereka. Dan ketahuilah olehmu, bahwa hati itu bagaikan benteng yang kokoh, dikelilingi oleh pagar dinding, yang memiliki pintu - pintu, dan padanya terdapat bagian yang retak.Penghuninya adalah akal. Malaikat mondar - mandir menuju benteng. Di bagian lain, terdapat pula tempat - tempat perlindungan yang di diami hawa nafsu, dan syaithan - syaithan bebas mendatangi tempat - tempat tersebut tanpa ada hambatan.
Sementara penjaga berdiri tegak di antara penghuni benteng dan tempat hawa nafsu, syaithan tak bosan - bosannya mengelilingi benteng, menanti lalainya penjaga, kemudian syaithan menyeberangi benteng melalui sela - sela tembok yang retak. Maka dalam hal ini penjaga benteng dituntut agar mengetahui keadaan pintu benteng yang telah diserahkan penjagaannya kepadanya, dan ( mengetahui keadaan ) seluruh dinding yang retak. Hendaklah dia tidak menghentikan pengawasan sekejap pun, sebab musuh tidak pernah lengah. Seseorang bertanya kepada Hasan Al Bashri : Apakah Iblis itu tidur ? Dia menjawab: ’Andaikan Iblis tidur, pasti kita mempunyai waktu untuk istirahat.’ Benteng tersebut diterangi oleh dzikir dan disinari oleh iman, di sana terdapat cermin mengkilat, sehingga dapat tampak semua yang lewat. Yang pertama kali dikerjakan oleh syaithan adalah memperbanyak asap sehingga dinding benteng menjadi hitam, dan cermin menjadi gelap. Hanya kesempurnaan berpikir yang dapat menghalau asap, dan hanya cahaya dzikir yang dapat membuat cermin mengkilat lagi. Syaithan mempunyai banyak peluang untuk menyerang. Terkadang masuk ke benteng dan menyerang, namun berhasil diusir oleh penjaganya. Terkadang masuk ke dalam benteng lalu merusaknya. Terkadang berhasil mendudukinya karena kelalaian penjaga. Terkadang, angin yang menghalau asap yang berhenti, sehingga menghitamkan dinding benteng dan cermin, maka berjalanlah syaithan tanpa diketahui oleh penjaga, dan ketika itu pula, syaithan dapat menyerang penjaga hingga terluka, bahkan tertawan dan diperbudak, karena kelalaiannya.” ( Talbis Iblis, 37 - 38, ringkasan)
          Ketahuilah, bahwa langkah pertama yang dilakukan syaithan untuk menyesatkan Ibnu Adam adalah membisikkan kejahatan kepada manusia, sebagaimana firman Allah yang memerintahkan kita untuk berlindung kepada-Nya dari bisikan syaithan.
“Katakanlah:”Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia, sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) kedalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”(An Naas: 1-6)
          Ketika hati hamba lalai dari mengingati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memohon perlindungan-Nya, syaithan pun menjadi tertahan. Manakala ia menolak bisikan syaithan, maka hal itu merupakan bukti keimanan hamba.
          Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata:
“Sekelompok sahabat mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu berkata: Sungguh kami mendapati pada diri kami, apa-apa yang menjadikan salah seorang dari kami berat untuk mengatakannya: Lalu Nabi shallallahu’alaihi wasallam berkata: “Benarkah kamu semua mendapatinya? Mereka menjawab: Ya benar. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: Yang demikian itu menunjukkan benarnya iman kalian.”(HR. Muslim, 1: 153)
Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata:
“Bisikan syaithan merupakan pemicu munculnya iradah (kemauan).
Pada mulanya, hati itu bersih dari kejahatan dan kemaksiatan, lalu syaithan membisikkan dosa dan mengingatkannya, dan timbullah hasrat sehingga menjadi syahwat, yang membuatnya merasa indah, timbul hayalan yang membuat dirinya cenderung untuk melakukannya, lalu bangkitlah kemauannya. Hal seperti ini terus berlangsung, menghayal, melamun, berangan-angan dan lupa akan bahaya, menganggap remeh akibat buruk yang di timbulkannya, sehingga tidak ada lagi yang bisa dilihatnya kecuali kemaksiatan dan kenikmatan sementara. Ia lupa akibat yang akan terjadi di balik itu, maka timbullah hasrat yang kuat untuk segera bertindak, jadilah hasrat kuat itu timbul dari hati, yang menimbulkan semangat perwira untuk berbuat, lalu syaithan bangkit bersama mereka, untuk membantu.  Maka, jika mereka diam, syaithanlah yang menggerakkan mereka, dan jika mereka bermalas-malas melakukannya, maka syaithanlah yang mengusir kemalasan mereka.”Sebagaimana firman Allah:
“Tidakkah kamu lihat, bahwasanya kami telah mengirim syaithan-syaithan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh ?.(Maryam: 83)
          Maksudnya, syaithan itulah yang membuat seseorang bersungguh-sungguh mengusir kemalasannya untuk berbuat maksiat,  manakala mereka tampak mulai lelah atau bermalas-malasan, maka syaithan-syaithan pun bangkit memberi semangat kesungguhan. Seorang hamba tidak henti-hentinya digiring kepada perbuatan dosa dengan tipu muslihat yang halus dan tipu daya yang benar-benar sempurna.
Jelas sudah, pangkal kemaksiatan dan malapetaka, tidak lain adalah bisikan syaithan.(TafsirAl Mu’awwidzatain,)
          Tidak ada jalan lain, bagi seorang hamba, kecuali ia harus menyibukkan diri dengan berbagai bentuk ketaatan dan senantiasa mengingat Allah subhanahu wa Ta’ala.
Hanya dengan cara inilah, syaithan-syaithan tidak akan memiliki kesempatan untuk membisikkan tipu muslihatnya. Manakala seorang hamba lalai dari mengingat Allah dan ketaatan, ketika itu pula syaitan membisikkan tipu muslihatnya, sebagaimana dikatakan Ibnu Qayyim rahimahullah: ”Jika hati seorang hamba lalai sesaat saja dari berdzikir kepada Allah, maka bercokollah syaithan sambil memberikan janji-janji dan membangkitkan angan-angan.”
          Pasal ini kami tutup dengan menyebutkan 9 perkara yang dapat menolong hamba Allah untuk taat kepada-Nya, sehingga ia terjaga dari bisikan-bisikan syaithan.
Kesembilan perkara tersebut adalah:
1.    Memohon perlindungan kepada Allah, seperti firman-Nya:
“Dan jika syaithan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushilat: 36)
Sulaiman bin Shuradin berkata: Ketika saya duduk bersama Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan dua orang lagi yang saling berjauhan, lalu salah satu diantara keduanya merah wajahnya dan naik darah, lalu Nabi shallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya akan aku ajarkan satu kalimat, seandainya kalimat tersebut dibacanya niscaya sirnalah (kemarahan) yang dia dapati. Seandainya mengucapkan A’udzubillahi minasy-Syaithanir Rajim, sirnalah (kemarahan) yang dia dapati.”(H.R. Bukhari, X:518-519, bab Adab; Muslim, XVI:163,bab Al Birr wash-Shilah; Abu Dawud, no.4759, tentang adab)
2. Membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, dan An Nas, sebab Nabi shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda : “Tidak ada perlindungan yang terbaik bagi manusia selain dengan (membaca)nya (yaitu surat Al Ikhlash, Al Falaq, dan An Nas).” ( H.R. An Nasa’i, VIII:251, Isti’adzah ; Ahmad, III:417, shahih menurut Al Albani)
3. Membaca ayat kursi menjelang tidur, seperti terdapat dalam hadits Nabi shallallahu’alaihi wasallam dari Abu Hurairah radliyallahu‘anhu: “Maka barang siapa yang menjelang tidurnya membaca ayat tersebut (ayat kursi), baginya tak terlepas dari penjagaan Allah Subhanahu wata’ala dan syaithan tak kuasa mendekatinya.”
4. Membaca surat Al Baqarah, sebagaimana sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam:
“Sesungguhnya rumah, yang di dalamnya anda membaca surat Al Baqarah, tidak masuk syaithan ke dalamnya.”(H.R. Muslim, VI:86; Tirmidzi, XI:10, tentang Pahala Membaca Al Qur’an, menurut lafazhnya)
5. Membaca ayat-ayat terakhir dari surat Al Baqarah, seperti hadits dari Ibnu Mas’ud Al Anshari, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Barang siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al Baqarah di malam hari, akan terhindar (dari gangguan syaithan).”(H.R. Bukhari, IX:50, Fadlilah Al Qur’an; Muslim,VI:91-92, Shalat Musafirin; Tirmidzi, X:12, Pahala Al Qur’an; Abu Dawud, no. 1384, bab shalat)
6.Membaca kalimat: La Ilaha Illallahu Wahdahu la Syarikalahu  lahul Mulku wa lahul Hamdu wa Huwa ‘ala Kulli Syai’in Qadir: sebanyak 100 kali. Barang siapa yang membacanya pada suatu hari, maka baginya terlindung dari syaithan pada hari itu hingga sorenya.
7. Banyak berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebab seorang hamba melindungi              dirinya dari syaithan dengan berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ini.
8. Berwudlu dan mengerjakan shalat, Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: Perkara ini telah teruji kebenarannya, tanpa memerlukan pengujian dalil lagi.
9. Memelihara berlebih-lebihan dalam pandangan, pembicaraan, makanan, dan pergaulan sesama manusia, sebab syaithan hanya dapat menguasai cucu Adam dan dapat memperoleh apa yang diinginkannya melalui empat pintu masuk tersebut. (Ibnu Qayyim, Tafsir Al Mu’awwidzattain, hal. 82-87, secara ringkas)




0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------