TAKUT DAN HARAP YANG DILANDASI ILMU (QS AZ ZUMAR: 9)
Oleh : Abu Fahmi Ahmad:
 أمن هو قانت آناء الليل ساجدا وقائما يحذر الآخرة ويرجو رحمة ربه ، قل هل يستوى الذين يعلمون والذين لا يعلمون ، إنمايتذكر أولوا الألباب
(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.  Az Zumar: 9.
إنما يخشى الله من عباده العلماء، إن الله عزيز غفور
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama [1]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Fathir: 28

[1] Yang dimaksud dengan ulama dalam ayat ini ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan
 kekuasaan Allah.

Beda antara prilaku Orang Musyrik dan Mukmin,
Dan  antara orang berilmu dan tak berilmu.

Orang Musyrik pada zaman jahiliyah, mereka itu melakukan kesyirikan pada saat “lapang dan senang”, sementara pada saat “kesusahan, kesulitan sangat, dan terjepit”, maka mereka kembali meng-ikhlaskan diri memanjatkan do`a kepada Allah, padahal yang pada saat-saat lapang mereka sekutukan. Berbeda halnya dengan kaum Syirik zaman modern kini, dimana mereka tetap syirik-baik dalam keadaan susah maupun lapang-  . Artianya kesyirikan orang  sekarang (zaman modern ini) jauh lebih parah daripada orang jahiliyah dahulu. QS Al-Ankabut: 65

Mukmin yang berilmu, di dalam dia beribadah selalu menyertainya dengan “mahabbah” (cinta), “Khauf” (rasa takut akan adzab), dan “roja’ “ (rasa harap akan janji) dari Allah SWT.

Berdasarkan penjelasan dan keterangan para mufassir, dari QS Az Zumar: 9, bahwa orang-orang beriman yang berilmu itu ketika mereka beribadah (sujud dan shalat pada malam hari, baik di awalnya, di tengahnya maupun di akhirnya), mereka itu “Yahdzarul Akhirah” (Takut sangat akan hari akhirat, dimana di sana ada Adzab Allah yang sangat pedih, bagi orang-orang yang durhaka dan maksiat, terlebih lagi bagi yang kafir dan musyrik), namun selalu disertai dengan “Yarjuu rahmata rabbihi” (mengharapkan rahmat Rabb-nya).

Semata Amal shalih di dunia-sebesar apapun- ia tak akan mampu menyelamatkan dari adzab neraka atau masuk surga begitu saja. Namun, hanya rahmat dan karunia Allah lah yang akan memasukkan surga bagi para pelaku amal shalih. (HR Muslim tentang sifat Munafiqiun, 8: 140, dan Bukhari tentang ar-Riqoq, 7: 183), sementara dalam surat Al-A`raf: 43, benar bahwa yang diseru Allah untuk masuk surga itu mereka yang ber-amal shalih.

(Amal sebagai sebab diseru untuk masuk surga). Namun nilai amal jika dibandingkan dengan rahmat Allah, tentu tak bisa disbanding kan. Sehingga nilai Rahmat Allah lah yang menyebabkan pelaku amal shalih itu masuk surga.
------------------------------------------
Dalam keadaan sehat sehari-hari, maka orang-orang beriman yang berilmu itu, haruslah lebih banyak sikap Khaufnya, dengan tetap memiliki sikap Roja’. Sehingga mampu menyeimbangkan antara kemauan kerasnya untuk beramal shalih, dan kemauan keras untuk tidak maksiat kepada-Nya.

Imam Ahmad dalam kitab Musnadnya, dari Anas bin Malik RA, kisah ketika Nabi Saw mengunjungi seseorang yang menjelang kematiannya. Orang tersebut tetap dalam keadaan khauf dan roja’.
 Namun Nabi Saw menasihatinya agar dalam keadaan menghadapi kematian, seyogyanya seseorang hendaknya lebih kuat lagi
dalam sikap ROJA’-nya.
Makna “Qoonit” menurut Ibnu Mas`ud RA adalah “selalu taat kepada Allah dan rasul-Nya”, dan dia lah yang khusyu` dan menyertainya dengan khauf dan roja’ ketika ibadah dan menjalani kehidupnya

Dalam  surat Fathir: 28, mereka yang mampu berlaku seperti di atas, tidak lain adalah para `Alim (yang `arif dan paling banyak mengetahui tentang Allah, keagungan Nya dan  kekuasaanNya),
dan mereka yang paling “Khosyyah” (menjauhi maksiat
karena takutnya akan adzab Allah yang pedih).

Ada 3 Kelompok Manusia Yang terkait dengan Khosyyah ini:

Kelompok Pertama

Mereka yang `alim terhadap Allah dan `alim terhadap perintah-Nya. Mereka itulah yang besar khosyyah-nya kepada Allah dan mengetahui batasan ketentuan dan hukum-hukum Allah serta mengenali mana yang harus dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan, mana yang halal dan mana yang haram. Mereka itulah yang seimbang dalam
 “Khauf” & “roja’nya”

Kelompok Kedua

Mereka Yang `Alim terhadap Allah namun tidak `alim terhadap perintah-Nya. Mereka ini ada perasaan takutnya kepada Allah, namun tak mengenali  batas-batas mana yang harus dikerjakan dan mana yang harus ditinggalkan, mana ketaatan dan mana pelanggaran. Mereka itu yang kuat “Takut” nya namun lemah “Roja’nya

Kelompok Ketiga

Mereka Yang `Alim terhadap perintah Allah namun tidak `alim terhadap Allah. Mereka adalah yang lebih kuat roja’-nya daripada “khauf” nya. Mengetahui batasan ketentuan dan kewajiban Allah, namun lemah khauf kepada Allah.
(Simak “Al Mishbahul Munir fi Tahdziib Tafsir Ibni Katsir, hal. 1130 dan 1180-1181)

TAHDZIR SYADID (Peringatan Keras):
Yang paling dikhawatirkan bagi mereka yang LEMAH khauf  dan roja’-nya adalah : Terjerumus kepada sikap “al-amnu min makrillah” (merasa aman dari makar = siksa Allah) sehingga selalu mengerjakan maksiat namun merasa aman dari adzab-Nya. Juga terjerumus ke dalam sikap “putus asa dari rahmat Allah”, yang pada gilirannya terjatuhn ke dalam syirik kepada Allah. Ketiga-tiga nya tergolong ke dalam “Akbarul Kaba’ir” Sebesar-besarnya Dosa Besar. (Perkataan Ibnu Abbas dan Ibnu Mas`ud RA).

Terhadap orang-orang yang merugi (karena merasa aman dari makar Allah), maka Allah peringatkan keras akan Adzab yang datang dengan tiba-tiba, baik datang ketika sedang nyenyak tidur (padahal dalam penuh maksiat), dan atau ketika saat bermain, berwisata di pantai, atau di lapangan-lapangan Golf, dsj (sementara kemaksiatan menyelimuti kehidupan mereka).
Simak kembali QS al A`raf: 97-99. Solusinya adalah pada ayat: 96 nya.
(Baca materi yang telah lalu di Blog ini, dengan judul AMAN DARI MAKAR ALLAH)


Dan ingat: Allah akan bukakan semua keinginan duniawi orang-orang kafir dan yang ingkar serta melalaikan syari`at Allah, pada batas yang telah Dia tetapkan, dan kemudian barulah Allah akan turunkan adzab terhadap mereka, karena enggan untuk kembali ke jalan-Nya. Walaupun semua keinginan dan kesenangan duniawi akan Allah bukakan untuk mereka yang ingkar, namun ada 2 (dua) pintu yang sama sekali Allah tidak akan buka untuk mereka. Dan kedua-nya hanya akan dibuka bagi orang-orang beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Yaitu :
 THAMA`NINAH  dan BAROKAH.
Perhatikan QS ar Ra`du: 32 dan QS Al An`am: 44; kemudian
 QS Ar Ra`du: 28  (Thama`ninah: ketenangan hidup dan qana`ah) dan
QS 7 : 96 (keberkahan).


Nasihat Ibnul Qayyim al Jauziyyah rahimahullah:
(Dalam Madarijus Salikin, 2: 466-469); Tentang :
KEHARUSAN AMAL ITU MEMILIKI ACUAN &  JUKLAK

(Pertama)
Setiap pekerjaan yang dikerjakan hamba yang tidak memiiki tuntunan (acuan dan panutan), maka ini menunjukkan tanda hidupnya nafsu sang hamba. Artinya : perbuatan yang ia lakukan berdasarkan pada nafsu dan digerakkan olehnya belaka. Dan setiap perbuatan hamba yang mengacu kepada tuntunan, maka ia dalam keadaan “menyiksa nafsu” nya, memenjarakan nafsu dan mengendalikannya untuk tidak menjadi penentu amaliyah-nya. (Perkataan Sahal bin Abdullah rahimahullah)

(Kedua)
Siapa yang beramal satu amalan dengan tanpa mengacu kepada as sunnah, maka tidak sah amalnya alias Batil. (Perkataan Ahmad bin Abil Hawariy rahimahullah).

(Ketiga)
Muhamamd bin Fadl al Bamuji rahimahullah berkata, bahwa Islam bisa Musnah dan Hilang dari 4 (empat) sisi: yaitu apabila kaum muslimin itu (a) Tidak mengerjakan apa-apa yangbtelah mereka ketahuinya (tentang benarnya). (b) Mengerjakan banyak hal tetapi tidak berdasar pada ilmu, (c) Tidak mau belajar tentang apa-apa yang seharusnya (akan) mereka kerjakan, dan (d). Mencegah orang lain (manusia) dari memperoleh proses belajar dan mengajar. Termasuk di dalam-nya memberi kemudahan, menfasilitasi, menciptakan sarana-sarana dan alat-alat Bantu yang memudahkan terjadinya proses belajar-mengajar. Inilah sebenarnya (menurut saya) makna hakiki dari pada perkataan Imam Bukhari: “Ilmu itu mendahului perkataan dan perbuatan”.




0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------