BAB TIGA : FARDIYAH DAN JAMA`IYAH MENURUT PANDANGAN BERBAGAI ALIRAN DAN KONSEP ISLAM

Telah kami kemukakan bahwa setiap kecenderungan fardiyyah dan jama’iyyah itu memiliki pngaruh-pengaruh yang positif dan negatif bagi eksistensi seorang muslim dalam kenyataan hidupnya. Ke arah mana kecenderungan tersebut berpengaruh sangat bergantung kepada Manhaj Tarbiyyah. Jika manhaj itu benar dan lurus maka akan berpengaruh positif, sehingga terjadilah keserasian dan keteraturan. Namun jika manhaj yang dipergunakan itu bengkok jauh dari kebenaran, maka ia akan melahirkan pengaruh negatif, yang akan menimbulkan kekacauan dan kegoncangan.

Manakala manhaj tarbiyyah pada setiap ummat itu bersumber dari aqidahnya. Maka rasanya kita perlu membahas seluruh aliran para pakar pendidikan (yang semata-mata berdasarkan falsafah dan pemikiran). Sedangkan Islam adalah secara jelas dan gamblang berbicara soal individualistis dan sosialistis, baik menyangkut aliran-aliran, keyakinan-keyakinan dan falsafah dimana kita menyandarkan sistem tarbiyyah ini. Di hadapan anda kami paparkan aliran-aliran dan pandangan-pandangan: 

FARDIYYAH DAN JAMA’IYYAH MENURUT PANDANGAN ALIRAN ALIRAN FILSAFAT

Aliran-aliran filsafat memandang kecenderungan individualistis dan sosialistis sebagai pandangan yang keterlaluan (ekstrim), condong kepada satu aspek (dan mengabaikan aspek lain).

Kecondongannya kepada satu aspek tersebut dapatlah kita saksikan dan kita dengarkan dari penjuru dunia hari ini, terjadinya kegelisahan, kegoncangan dan berbagai keraguan jiwa, bahkan sampai ketingkat hina dan rendah diri.

Barangkali sikap ekstrim dan melewati batas ini karena bersumber dari aliran-aliran yang berdasarkan pemikiran manusia belaka. Padahal yang namanya manusia itu, sekalipun tinggi ilmunya, sekalipun telah banyak mengadakan percobaan dan penemuan, maka sebenarnya mereka itu tidak mampu (lemah) berbicara menyngkut unsure-unsur dalam diri manusia dan mengenali hakikat batin manusia, yang mengandung banyak rahasia dan keajaiban.

Yang menarik perhatian adalah komentar Muhammad Quthb berkaitan dengan kecenderungan fardiyyah dan jama’iyyah dengan apiknya ia berkata:

“Nizham berbagai aliran filsafat telah terbukti mengalami kegoncangan serius manakala berbicara fardiyyah dan jama’iyyah. Sebagian dari mereka berpanjang lebar membicarakan individualistis sampai-sampai ke tingkat ananiyah dan rendah sekali, dan bahkan mengacaukan ikatan masyarakat dan menceraiberaikan potensinya. Sebagian lagi lebih memfokuskan kepada sikap sosialitasnya sehingga mengabaikan unsur individualistisnya sampai-sampai hampir diabaikan sama sekali eksistensinya. Sebab individualistis itu dianggapnya sebagai biji kecil yang tak ada gunanya, tak memberikan manfaat kecuali dengan membiarkan sifat kesendiriannya.

Dan kita melihat dalam kondisi seperti itu, di muka bumi ini ada dua aliran yang saling berlawanan secara diametral, yang mana masing-masingnya berdiri sesuai dengan arah-nya.

Kapitalisme di Barat berdiri di atas prinsip individualistis manusia, maka mereka terlalu banyak condong kepada batas-batas keindividualitasnya dan mengabaikan kebebasan menentukan aktifitasnya dalam banyak hal, sampai ke tingkat “mengganggu dan menyakiti” dirinya dan orang lain. Maka individu tidak dapat leluasa melakukan kegiatannya yang bisa melebihi batas yang ditentukan (oleh sistem), dan ia tidak pula berpijak pada pemikiran yang logis. Pribadi telah dilepaskan ikatan nafsu dan syahwatnya.. yang dapat menghancurkan tata nilai dan akhlak serta adat kebiasaan… tidak adanya pengakuan hak seseorang untuk memperoleh pengarahan dan pengendalian tingkah lakunya… harta benda dijadikannya sebagai alat untuk memanfaatkan orang lain, menghisap tenaga dan darah orang lain, dan merubahnya kepada kehidupan mewah penuh durhaka dan kepuasan batin… dan ini merusak tatanan politik pemerintah dan kemasyarakatan … serta merusak konsepsi manusia tentang kehidupan… Bersamaan dengan itu anehnya system kapitalis- menslogankan (tak malu-malunya):

“Kebebasan individu, dan tak ada seorang pun yang dapat menguasai individu seseorang”.  

Sementara di belahan bumi lain (Blok Timur) terdapat system atau aliran komunisme yang berdiri di atas prinsip “sosialistis manusia”, sehingga mereka terlalu banyak mencurahkan sosialistis itu-- secara konkritnya dalam bentuk Negara – dan membelenggu kegiatan individu yang ingin melakukan aktifitasnya, Ya Allah, kecuali pekerjaan yang keras dan kasar diperkenankan untuk menghindari dari kekuatan yang berlebihan. Namun mereka tidak diperkenankan mencampuri urusan pemerintahan dan politik kemasyarakatan. Atas mereka diperlakukan aturan dan upah tertentu, dengan alasan bahwa pemerintah lebih mengetahui kemaslahatan mereka dari pada mereka sendiri. Maka dari itu ditentukanlah bentuk dan jenis pekerjaan, tempat tinggal, juga dalam hal pemikiran, perasaan dan cara melampiaskan perasaan itu.. tiada satu jalan pun untuk memilih. Mereka itu diperintah dengan tangan besi, dengan api, dan mata-mata, (bahkan) melancarkan kritik terhadap pemerintah dianggapnya sebagai penghianatan, (juga) terhadap pendukung mereka. Mereka berhak mendapat hukuman (eksekusi), sebab nasehat itu hanyalah merupakan kecenderungan individu yang tercela, atau berdosa ketika harus berhadapan dengan struktur masyarakat yang (dianggapnya) suci. Siapapun yang menginginkan peran individualistisnya lebih besar, maka tiada kesucian baginya maupun eksistensinya. 

Pandangan filsafat juga telah banyak mengaburkan perkara­perkara ini, dan tidak mampu banyak berbuat untuk merumuskan dalam bentuk hakikat yang mudah dan sederhana, dan sesuai dengan kenyataan.

Aliran­aliran filsafat tersebut memprediksi bahwa jikalau manusia ini dibiarkan mengikuti kecenderungan individualitasnya saja, maka kalau begitu masyarakat dipaksa untuk berada di luar dirinya, menguasai di luar kemauannya, menekan eksistensinya, merusak kepribadiannya… alhasil dia itu sebagai orang yang dipaksa. Oleh karenanya memusnahkannya dan merusak keutuhan adalah halal­halal saja. Atau… bahwa kecenderungan sosialistis merupakan hal yang pokok. Sehingga bagi anak yang dilahirkan itu adalah lemah.. Laa haula wa laa quwwata illaa billah… tak ada arti keberadaannya… kalaulah ia itu berada di dalam suatu masyarakat jama’ah maka baginya tak mampu tumbuh berkembang dan hidup… ia selalu berhajat kepada masyarakat/jama’ah agar ia mampu mempertahankan keberadaannya… dengan demikian maka kecenderungan individualistis adalah kotor dan tak layak mendapat pujian bahkan harus dimusnahkan.. Mengapa?

Sesungguhnya aliran­aliran filsafat ini tidaklah memperdulikan sifat alamiah manusia yang ambivalen. Yang tampak berlawanan ketika dari sisi luar, namun hakikatnya berhubungan satu sama lain, yaitu dimana ia itu menunaikan fungsinya di dalam kehidupan manusia dalam mempertahankan eksistensi kemanusiaannya, secara bersama baik dengan sifat berlawanannya itu atau pun sifat keterikatannya itu. Sebagaimana ia dalam menunaikan tugasnya di dalam hal suka dan tak suka, dalam hal berharap dan takut, negatif dan positif, hissiyah maupun maknawiyyah, percaya pada fakta dan pada yang di luar fakta.. dan akhirnya keluarlah kita ini sebagai mahluk yang memiliki banyak segi, namun satu dalam wujudnya” (Manhaj Tarbiyyah Islamiyyah, 1/162­163, Moh. Quthb).

B. FARDIYYAH DAN JAMA’IYYAH MENURUT PANDANGAM ISLAM

          Islam mempunyai pandangan yang berbeda dengan aliran­aliran filsafat produk manusia tentang individualistis dan sosialistis. Dimana islam memandang masing­masing kecenderungan tersebut merupakan fitrah di dalam pembentukan manusia itu sendiri, bahkan terhadap masing­masingnya merupakan hal yang esensi dan asasi dalam bentuknya. Dari ungkapan inilah haruslah secara sungguh­sungguh dijaga dan dipelihara eksistensinya guna mewujudkan keserasian dan keteraturan antara keduanya, sehingga dengan demikian tidaklah ada kecacatan dan kegoncangan di dalam jiwa, dan tidak (juga) dalam kenyataan hidup. Hal tersebut sangat mungkin, karena manusia adalah ciptaan Allah SWT, dan Dia telah berfirman:

          “Maka siapakah yang hukumannya lebih baik daripada Allah bagi orang­orang yang beriman dan yakin?” (Al Maidah: 50)

          “Apakah Allah yang menciptakan itutidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan kamu rahasiakan) dan Dia Maha Halus dan Maha Mengetahui” (Al Mulk : 14)

          Ustadz Muhammad Quthb berkata:

          “Islam itu merawat dua kecenderungan dengan dosis yang sesuai, maka keduanya secara bersamaan mendapat perhatian, dan menjadikan keduanya saling membutuhkan sebab fitrah tidak akan tegak hanya dengan salah satu kecenderungan tersebut dengan mengabaikan kecenderungan yang lainnya. Oleh karena itu kita tidak boleh hanya memperhitungkan yang satu dan mengabaikan yang lain, dan juga tidak boleh menghilangkan peran masing-masing eksistensinya, dalam pengertian hanya memperhitungkan kemampuan yang satu untuk bias eksis dengan menghilangkan yang satunya lagi. Hal itu tidak boleh dan tidak ada dalam konsepsi islam”[1])

Setelah adanya keseimbangan atau kaitan yang satu dengan lainnya, maka kita bisa memperkuat keyakinan kita bahwa Islam dan hanya Islam-lah satu-satunya Manhaj yang harus dijadikan sandaran dalam segala hal di dalam kehidupan manusia, terlebih lagi dalam hal keserasian dan keseimbangan antara fardiyyah dan jama’iyyah.



[1] ) (manhaj Tarbiyyah Islamiyyah, 1/164).


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------