Musim Hujan Tiba, Bisa Jadi Rahmat Bisa Jadi Adzab

Pahami Dengan Benar Makna Musibah, sebagaimana kaum Salaful ummah memahaminya:

Jika hujan yang turun itu sebagai musibah, maka patut direnungkan bahwa musibah itu datang bisa jadi karena dosa dan maksiat yang kita lakukan. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)

قال صلى الله عليه وسلم: (المصائب والأمراض والأحزان في الدنيا جزاء) حلية الأولياء 8:119 زصححه شيحنا في صحيح الجامع 6717
Nabi shallallahu `alaihi wasallam bersabda: “Berbagai musibah, penyakit dan kesedihan di dunia ini sebagai balasan (atas dosa dann kesalahan hamba)”

وقال صلى الله عليه وسلم : {خمس بخمس ، ما نقض قوم العهد إلا سلط عليهم عدوهم، وما حكموا بغير ماأنزل الله إلا فشا فيهم الفقر، ولا لاظهرت فيهم الفاحشة إلا فشا فيهم الموت، ولا طففوا المكيال إلا منعوا النبات، وأخذوا بالسنين ، ولا منعوا الزكاة إلا حبس عنهم القطر} الطبراني في الكبير 11: 10992 ، وصححه شيخنا في صحيح الجامع 3240.
Beliau Saw juga bersabda: “Lima Perkara berakibat fatal pada lima musibah, (1) Tidaklah satu kaum menentang perjanjian kecuali musuh-musuh mereka akan menguasai (melumpuhkan dan menindas) mereka, (2) Tidaklah suatu kaum yang pemerintahnya berhukum dengan selain Hukum Allah kecuali Allah akan timpakan mereka kafakiran yang menyebar pada mereka, (3) Tidaklah perbuatan keji (perzinaan) telah terjadi merajalela dan masif kecuali pada mereka Allah akan turunkan kematian (pembantaian dan pembunuhan), (4) Tidaklah mereka telah melakukan kecurangan dalam takaran dan timbangan (ketidak adilan) kecuali Allah akan cegah tumbuhnya berbagai tanaman, (5) Dan tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat (yg wajib) kecuali pada mereka akan Allah timpakan musibah berupa tidak turunnya hujan ….. atau hujan turun bukan sebagai rahmat dan rezki, akan tetapi sebagai adzab)…..

Perbuatan-perbuatan dosa bani Adam yang terus menerus terjadi, ternyata juga menjadikan batu hitam (Hajar Aswad di Ka`bah Makkah) yang asalnya putih bagaikan salju, dapat berrubah menjadi hitam, sebagaimana sabda Nabi Saw berikut :
قوله صلى الله عليه وسلم : {نزل الحجر الأسود من الجنة، وهو أشد بياضا من اللبن، فسودته خطايا بني آدم} صحيح أخرجه الترمذي 877 عن ابن عباس وقال حسن صحيح، وفي الباب عن ابن عمر ، وأبي هريرة وأخرجه ابن حزيمة، 637، إلا أنه قال: أشد بياضا من الثلج. وصححه المنذري 2: 194 وشيخنا في صحيح الجامع 6756.
“Hajar Aswad itu Allah turunkan dari Surga, tadinya lebih putih dari pada air susu, lalu menjadi hitamlah ia dikarenakan dosa-dosa bani Adam. HR at Tirmidzi dati Ibnu Abbas Ra. Bahkan Ibnu Uzaimah meriwayatkan juga dari Ibnu Umar, yg dishahihkan oleh syaikh al Albani di dalam shahih al Jami`, 6756: Bahkan ia itu lebih putih dari Salju…

{فكل نقص وبلاء، وشر في الدنيا والآخرة، فسببه الذنوب، ومخالفة أوامر الرب، فليس في العالم شر قط إلا والذنوب وموجبتها} المدارج 1: 424 ... موجبتها : سببها.
“Maka setiap kekurangan dan malapetaka, juga kejahatan di dunia dan di akhirat ini, yang menjadi sebabnya adalah Dosa hamba, dank arena menyeleisihi/menentang perintah-perintah Rabb…. Maka tidak ada satu pun keburukan/kejahatan di alam  ini, kecuali karena dosa dan penyebab-penyebanbnya…… (Ibnu Qayyim rahimahullah, Madarijus Salikin I, 424).

Ada apa di awal-awal pemerintahan Jokowi ini timbul berbagai musibah ? Justru di kantong-kantong pndudkung fanatiknya ?  Apa disana telah terjadi persekongkolan maker anti Islam, bahkan ingin membuang atribut-atribut agama (Islam khususnya), disana bertemunya berbagai kekuyatan islamphobia, ada liberalism, ada salibisme, ada paganism, ada kemunafikan dan kesyirikan, ada Syiah, ada freemasonry, dan entah ada apa lagi…..  “yang sepertinya mereka bersatu padu, padahal pada hati-hati mereka itu bermacam-macam interest dan hasrat ….ingin saling menguasai yang lain”
Hujan turun sebagai adzab, bahkan putting beliung meluluh lantakkan berbagai bangunan, gedung dan tanaman di berbagai kota dan desa…  Rupiyah pun terus terpuruk ….  Para petingi mereka saling tidak sejalan dalam menelurkan kebijakan, bahkan saling menjatuhkan satu dengan lainnya….

78. Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, Kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan[319], mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) Hampir-hampir tidak memahami pembicaraan[320] sedikitpun?
79. Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi.

[319] Kemenangan dalam peperangan atau rezki.
[320] Pelajaran dan nasehat-nasehat yang diberikan.


Simak terlebih dahulu beberapa ayat al Qur`an yang berbicara soal Hujan :
وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِنْ بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنْشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ
Dan Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji.” (QS. Asy Syuura: 28). Yang dimaksudkan dengan rahmat di sini adalah hujan sebagaimana dikatakan oleh Maqotil. (Lihat Zaadul Masiir, 5: 322)

وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
Dan di langit terdapat rezkimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu.” (QS. Adz Dzariyat: 22).

Yang dimaksud dengan rezeki di sini adalah hujan sebagaimana pendapat Abu Sholih dari Ibnu ‘Abbas, Laits dari Mujahid dan mayoritas ulama pakar tafsir. (Lihat Zaadul Masiir, 5: 421)

Kedua ayat di atas secara jelas, bahwa hujan yang Allah turunkan ke bumi merupakan rahmat dan rezki bagi makhluk Nya

Yang dimaksud dengan rezeki di sini adalah hujan sebagaimana pendapat Abu Sholih dari Ibnu ‘Abbas, Laits dari Mujahid dan mayoritas ulama pakar tafsir. (Lihat Zaadul Masiir, 5: 421)
menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).” (QS. Al Anfal: 11)

Ibnu Jarir Ath Thobari rahimahullah mengatakan, “Hujan yang dimaksud di sini adalah hujan yang Allah turunkan dari langit ketika hari Badr dengan tujuan mensucikan orang-orang beriman untuk shalat mereka. Karena pada saati itu mereka dalam keadaan junub namun tidak ada air untuk mensucikan diri mereka. Ketika hujan turun, mereka pun bisa mandi dan bersuci dengannya. Setan ketika itu telah memberikan was-was pada mereka yang membuat mereka bersedih hati. Mereka dibuat sedih dengan mengatakan bahwa pagi itu mereka dalam keadaan junub dan tidak memiliki air. Maka Allah hilangkan was-was tadi dari hati mereka karena sebab diturunkannya hujan. Hati mereka pun semakin kuat. Turunnya hujan ini pun menguatkan langkah mereka. … Inilah pertolongan Allah kepada Nabi-Nya dan wali-wali Allah. Dengan sebab ini, mereka semakin kuat menghadapi musuh-musuhnya.” (Tafsir Ath Thobari, 11: 61-62)

Ath Thobari mengatakan, “Di langit itu diturunkannya hujan dan salju, di mana dengan sebab keduanya keluarlah berbagai rezeki, kebutuhan, makanan dan selainnya dari dalam bumi.” (Tafsir Ath Thobari, 21: 520)

Bukti sebagai rahmat, hujan adalah pertolongan untuk wali Allah sebagaimana disebutkan dalam ayat,
إِذْ يُغَشِّيكُمُ النُّعَاسَ أَمَنَةً مِّنْهُ وَيُنَزِّلُ عَلَيْكُم مِّن السَّمَاء مَاء لِّيُطَهِّرَكُم بِهِ وَيُذْهِبَ عَنكُمْ رِجْزَ الشَّيْطَانِ وَلِيَرْبِطَ عَلَى قُلُوبِكُمْ وَيُثَبِّتَ بِهِ الأَقْدَامَ
“(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan

وَقِيلَ يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءَكِ وَيَا سَمَاءُ أَقْلِعِي وَغِيضَ الْمَاءُ وَقُضِيَ الْأَمْرُ وَاسْتَوَتْ عَلَى الْجُودِيِّ وَقِيلَ بُعْدًا لِلْقَوْمِ الظَّالِمِينَ
Dan difirmankan: “Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,” dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit Judi, dan dikatakan: “Binasalah orang-orang yang zalim.“” (QS. Hud: 44)

Lihatlah pula azab pada kaum ‘Aad,
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)
Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami member balasan kepada kaum yang berdosa.” (QS. Al Ahqaf: 24-25)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Hujan juga bisa turun sebagai Adzab, seperti yang menimpa kaum `Aad…..

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu khawatir dengan mendung hitam, beliau khawatir kan itu adalah azab. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,
وَكَانَ إِذَا رَأَى غَيْمًا أَوْ رِيحًا عُرِفَ فِى وَجْهِهِ . قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْغَيْمَ فَرِحُوا ، رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ ، وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عُرِفَ فِى وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةُ . فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ مَا يُؤْمِنِّى أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ ، وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا ( هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا ) »
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat mendung atau angin, maka raut wajahnya pun berbeda.” ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka.” Beliau pun bersabda, “Wahai ‘Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adaah azab. Dan pernah suatu kaum diberi azab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum ‘Aad) ketika melihat azab, mereka mengatakan, “Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (HR. Bukhari no. 4829 dan Muslim no. 899)


Tuntunan Nabi Saat Turun Hujan Deras: Doa apa yang mesti dibaca

Hujan Lebat Pernah Terjadi di Masa Nabi
Dari Anas bin Malik, beliau menceritakan: Ada seorang laki-laki memasuki masjid pada hari Jum’at melalui arah Darul Qodho’. Kemudian ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dan berkhutbah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian menghadap kiblat sambil berdiri. Kemudian laki-laki tadi pun berkata, “Wahai Rasulullah, ternak kami telah banyak yang mati dan kami pun sulit melakukan perjalanan (karena tidak ada pakan untuk unta, pen). Mohonlah pada Allah agar menurunkan hujan pada kami”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya, lalu beliau pun berdo’a,
اللَّهُمَّ أَغِثْنَا ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا ، اللَّهُمَّ أَغِثْنَا
“Ya Allah, turunkanlah hujan pada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan pada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan pada kami.”
Anas mengatakan, “Demi Allah, ketika itu kami sama sekali belum melihat mendung dan gumpalan awan di langit. Dan di antara kami dan gunung Sal’i tidak ada satu pun rumah. Kemudian tiba-tiba muncullah kumpulan mendung dari balik gunung tersebut.

Mendung tersebut kemudian memenuhi langit, menyebar dan turunlah hujan. Demi Allah, setelah itu, kami pun tidak melihat matahari selama enam hari. Kemudian ketika Jum’at berikutnya, ada seorang laki-laki masuk melalui pintu Darul Qodho’ dan ketika itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berdiri dan berkhutbah. Kemudian laki-laki tersebut berdiri dan menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia mengatakan, “Wahai Rasulullah, sekarang ternak kami malah banyak yang mati dan kami pun sulit melakukan perjalanan. Mohonlah pada Allah agar menghentikan hujan tersebut pada kami.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengangkat kedua tangannya, lalu berdo’a,
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا ، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan”

Setelah itu, hujan pun berhenti. Kami pun berjalan di bawah terik matahari. Syarik mengatakan bahwa beliau bertanya pada Anas bin Malik, “Apakah laki-laki yang kedua yang bertanya sama dengan laki-laki yang pertama tadi?” Anas menjawab, “Aku tidak tahu.” (HR. Bukhari no. 1014 dan Muslim no. 897)

Ibnul Qayyim mengatakan, ”Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta pada Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam untuk memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau membaca do’a di atas.” (Zaadul Ma’ad, 1: 439)
Syaikh Sholih As Sadlan mengatakan bahwa do’a di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan akan membawa dampak bahaya. (Lihat Dzikru wa Tadzkir, hal. 28)
Berarti dapat kita ambil pelajaran bahwa doa di atas dibaca saat hujan itu deras dan membawa dampak bahaya seperti banjir besar atau banjir bandang. Ini bisa terjadi curah hujan itu kecil namun berlangsung dalam waktu yang cukup lama, 3 atau 4 jam di daerah yang rawan banjir. Wallahu a’lam.
Renungan: Barangkali Musibah Datang
Yang patut direnungkan bisa jadi hujan deras atau lebat yang turun ini adalah teguran dari Allah. Barangkali itu adalah musibah. ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah menceritakan,
وَكَانَ إِذَا رَأَى غَيْمًا أَوْ رِيحًا عُرِفَ فِى وَجْهِهِ . قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْغَيْمَ فَرِحُوا ، رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ ، وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عُرِفَ فِى وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةُ . فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ مَا يُؤْمِنِّى أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ ، وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا ( هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا ) »
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat mendung atau angin, maka raut wajahnya pun berbeda.” ‘Aisyah berkata, “Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka.” Beliau pun bersabda, “Wahai ‘Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adaah azab. Dan pernah suatu kaum diberi azab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum ‘Aad) ketika melihat azab, mereka mengatakan, “Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (HR. Bukhari no. 4829 dan Muslim no. 899)

Jika Hujan Menjadi Musibah …
Jika hujan yang turun itu sebagai musibah, maka patut direnungkan bahwa musibah itu datang bisa jadi karena dosa dan maksiat yang kita lakukan. Allah Ta’ala berfirman,
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)

‘Ali bin Abi Tholib radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
مَا نُزِّلَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَلاَ رُفِعَ بَلاَءٌ إِلاَّ بِتَوْبَةٍ
Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Lihat Al Jawabul Kaafi, hal. 87)
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah mengatakan, “Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Idem)

Semoga Allah menurunkan pada kita hujan yang membawa manfaat, bukan hujan yang membawa musibah. Semoga kita dimudahkan untuk kembali taat pada Allah dan diangkat dari berbagai macam musibah. Ampunilah segala dosa dan kesalahan kami, Ya Allah.


10 Tips Agar Tegar Menghadapi Cobaan
1.    Sadarlah bahwa Anda tidak sendirian, ada Allah bersama Anda.
2.    Ingatlah bahwa di balik takdir Allah pasti ada hikmah yang indah.
3.    Tidak ada yang dapat memberi kebaikan dan menyelamatkan dari keburukan kecuali Allah, maka janganlah menggantungkan harapan kecuali kepadaNya.
4.    Apapun yang ditakdirkan menimpamu; ia tidak akan meleset darimu. Dan apapun yang ditakdirkan meleset darimu; ia tidak akan dapat menimpamu.
5.    Ketahuilah hakekat dunia, maka jiwa Anda akan menjadi tenang.
6.    Berbaik-sangkalah kepada Rabb Anda.
7.    Pilihan Allah untuk Anda, itu lebih baik daripada pilihan Anda untuk diri Anda sendiri.
8.    Cobaan yang semakin berat, menunjukkan pertolongan Allah semakin dekat.
9.    Jangan pikirkan bagaimana datangnya pertolongan Allah, karena jika Allah berkehendak, Dia akan mengaturnya yang cara yang tidak terlintas di akal manusia.
10. Anda harus berdoa meminta kepada Allah, yang di tangan-Nya ada kunci-kunci kemenangan.



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------