SEBAIK
HARTA DI TANGAN ORANG BERTAQWA
Oleh:
Abu Fahmi Ahmad
بسم الله الرحمن
الرحيم
ياأيها الإنسان ما غرّك بربك
الكريم
Hai manusia, Apakah yang
telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah.
Allah Telah Tetapkan
Rezeki Untuk Mukmin Dan Kafir :
Allah Ta’ala
berfirman,
كُلًّا نُمِدُّ هَؤُلَاءِ وَهَؤُلَاءِ مِنْ
عَطَاءِ رَبِّكَ وَمَا كَانَ عَطَاءُ رَبِّكَ مَحْظُورًا
“Kepada
masing-masing golongan baik golongan ini maupun golongan itu, Kami berikan
bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi.”
(QS. Al Isra’: 20).
Kemurahan
yang disebutkan di atas ditujukan pada orang mukmin dan orang kafir. Disebutkan
dalam dua ayat sebelumnya, Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا
لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ
يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
“Barangsiapa
menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di dunia
itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan Kami tentukan
baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.”
(QS. Al Isra’: 18).
Yang kedua adalah
orang-orang beriman, sebagaimana disebut dalam ayat,
وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا
سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا
“Dan
barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan
sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang
yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al Isra’: 19).
SEBAIK BAIK
HARTA BERADA DI TANGAN ORANG SHOLIH
Orang
beriman diberikan rezeki oleh Allah.
Mereka
diberi rezeki yang halal yang digunakan untuk ketaatan dan bersyukur pada
Allah.
Allah Ta’ala
berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُلُوا مِنْ
طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ
تَعْبُدُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya
kamu menyembah.” (QS. Al
Baqarah: 172).
لا
بأس بِالْغِنَى لِمَنِ اتَّقَى وَالصِّحَّةُ لِمَنِ اتَّقَى خَيْرٌ مِنَ الْغِنَى وَطِيبُ النَّفْسِ مِنَ النِّعَمِ
“Tidak apa-apa dengan kaya bagi
orang yang bertakwa. Dan sehat bagi orang yang bertakwa itu lebih baik dari
kaya. Dan bahagia itu bagian dari kenikmatan.” (HR. Ibnu Majah no. 2141 dan
Ahmad 4/69. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu
‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
رُوْحَ القُدُسِ نَفَثَ فِي رَوْعِي إِنَّ نَفْسًا لاَ تَمُوْتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقُهَا ، فَاتَّقُوْا اللهَ وَأَجْمِلُوْا فِي الطَّلَبِ ، وَلاَ يَحْمِلَنَّكُمْ اِسْتَبْطَاءَ الرِّزْقُ أَنْ تَطْلُبُوْهُ بِمَعَاصِي اللهَ ؛ فَإِنَّ اللهَ لاَ يُدْرِكُ مَا عِنْدَهُ إِلاَّ بِطَاعَتِهِ
“Sesungguhnya ruh qudus (Jibril),
telah membisikkan ke dalam batinku bahwa setiap jiwa tidak akan mati sampai
sempurna ajalnya dan dia habiskan semua jatah rezekinya. Karena itu,
bertakwalah kepada Allah dan perbaguslah cara dalam mengais rezeki. Jangan
sampai tertundanya rezeki mendorong kalian untuk mencarinya dengan cara
bermaksiat kepada Allah. Karena rezeki di sisi Allah tidak akan diperoleh
kecuali dengan taat kepada-Nya.” (HR. Musnad Ibnu Abi Syaibah 8: 129 dan
Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir 8: 166, hadits shahih. Lihat Silsilah
Al-Ahadits As-Shahihah no. 2866).
REZKI UTK ORANG KAFIR DIBERI NAMA
KHUSUS OLEH ALLAH, YAITU {متاع}
Sedangkan
orang kafir mendapatkan kesenangan dunia sebagaimana halnya
hewan ternak
yang bersenang-senang di muka bumi.
Kelak mereka
akan disiksa di neraka. Allah Ta’ala berfirman,
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا
بَلَدًا آَمِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آَمَنَ مِنْهُمْ
بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا
ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri
yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya
yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman:
“Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku
paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”.”
(QS. Al Baqarah: 126).
Dalam dua
ayat di atas disebutkan bahwa rezeki itu penyebutan untuk orang beriman.
Sedangkan bagi orang kafir disebut dengan mataa’ atau kesenangan
duniawi.
HASIL USAHA YANG HARAM MENGURANGI
JATAH REZKI HALAL BAGI MANUSIA
قال
النبي صلى الله عليه وسلم:
مَا
مِنْ مُؤْمِنٍ وَلاَ فَاجِرٍ إِلاَّ وَقَدْ كَتَبَ اللهُ تعالى لَهُ رِزْقَهُ مِنَ الحَلاَلِ فَإِنْ صَبَرَ حَتَّى يَأتِيْهِ آتاهُ اللهُ تعالى وَإِنْ جَزَعَ فَتَنَاوَلَ شَيْئًا مِنَ الحَرَامِ نَقَصَهُ اللهُ مِنْ رِزْقِهِ الحَلاَل
“Seorang mukmin dan seorang fajir
(yang gemar maksiat) sudah ditetapkan rezeki baginya dari yang halal. Jika ia
mau bersabar hingga rezeki itu diberi, niscaya Allah akan memberinya. Namun
jika ia tidak sabar lantas ia tempuh cara yang haram, niscaya Allah akan
mengurangi jatah rezeki halal untuknya.” (Hilyatul Auliya’, 1: 326)
Mengenai nama Allah Ar Raaziq
disebutkan dalam hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ
اللَّهَ هُوَ الْمُسَعِّرُ الْقَابِضُ الْبَاسِطُ الرَّازِقُ وَإِنِّى لأَرْجُو أَنْ أَلْقَى اللَّهَ وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يُطَالِبُنِى بِمَظْلَمَةٍ فِى دَمٍ وَلاَ مَالٍ
“Sesungguhnya Allah yang pantas
menaikkan dan menurunkan harga, Dialah yang menahan dan melapangkan rezeki. Aku
harap dapat berjumpa dengan Allah dan tidak ada seorang pun dari kalian yang
menuntutku karena kezaliman pada darah dan harta.” (HR. Abu Daud no. 3451,
Tirmidzi no. 1314, Ibnu Majah no. 2200. Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini
hasan shahih. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kaya
dan Miskin Sama-Sama Ujian
Dari
Al-Hasan Al-Bashri, ia berkata,
كتب عمر بن الخطاب، رضي الله عنه، هذه الرسالة إلى أبي موسى الأشعري: واقنع
برزقك من الدنيا، فإن الرحمن فَضَّل بعض عباده على بعض في الرزق، بل يبتلي به كلا
فيبتلي من بَسَط له، كيف شُكره لله وأداؤه الحق الذي افترض عليه فيما رزقه وخوله؟
رواه ابن أبي حاتم
“Umar bin
Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah menuliskan surat kepada Abu Musa
Al-Asy’ari yang isinya: Merasa cukuplah (qana’ah-lah) dengan rezeki
dunia yang telah Allah berikan padamu. Karena Ar-Rahman (Allah Yang Maha
Pengasih) mengaruniakan lebih sebagian hamba dari lainnya dalam hal rezeki.
Bahkan yang dilapangkan rezeki sebenarnya sedang diuji pula sebagaimana yang
kurang dalam hal rezeki. Yang diberi kelapangan rezeki diuji bagaimanakah ia
bisa bersyukur dan bagaimanakah ia bisa menunaikan kewajiban dari rezeki yang
telah diberikan padanya.” (HR. Ibnu Abi Hatim. Dinuki dari Tafsir Al-Qur’an
Al-‘Azhim, 4: 696)
Kaya
Bisa Jadi Istidraj (Jebakan Berupa Nikmat yang Disegerakan)
Bisa jadi
ada yang mendapatkan limpahan rezeki namun ia adalah orang yang gemar maksiat.
Ia tempuh jalan kesyirikan –lewat ritual pesugihan- misalnya, dan benar ia
cepat kaya. Ketahuilah bahwa mendapatkan limpahan kekayaan seperti itu bukanlah
suatu tanda kemuliaan, namun itu adalah istidraj. Istidraj
artinya suatu jebakan berupa kelapangan rezeki padahal yang diberi dalam
keadaan terus menerus bermaksiat pada Allah.
Dari ‘Uqbah
bin ‘Amir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda:
إِذَا رَأَيْتَ اللهَ
تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى
مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ
“Bila
kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya,
padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa
hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.”
(HR. Ahmad 4: 145. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan
dilihat dari jalur lain).
Syaikh As
Sa’di menyatakan, “Ketika mereka melupakan peringatan Allah yang diberikan pada
mereka, maka dibukakanlah berbagi pintu dunia dan kelezatannya, mereka pun
lalai. Sampai mereka bergembira dengan apa yang diberikan pada mereka, akhirnya
Allah menyiksa mereka dengan tiba-tiba. Mereka pun berputus asa dari berbagai
kebaikan. Seperti itu lebih berat siksanya. Mereka terbuai, lalai, dan tenang
dengan keadaan dunia mereka. Namun itu sebenarnya lebih berat hukumannya dan
jadi musibah yang besar.” (Tafsir As Sa’di, hal. 260).
Kaya
dan Miskin Bentuk Keadilan Allah
Allah Ta’ala
berfirman,
وَاللَّهُ فَضَّلَ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي
الرِّزْقِ
“Dan
Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki.”
(QS. An Nahl: 71)
Dalam ayat
lain disebutkan,
وَلَوْ بَسَطَ اللَّهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهِ
لَبَغَوْا فِي الْأَرْضِ وَلَكِنْ يُنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ
بِعِبَادِهِ خَبِيرٌ بَصِيرٌ
“Dan
jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan
melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya
dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi
Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 27)
Ibnu Katsir rahimahullah
lantas menjelaskan, “Seandainya Allah memberi hamba tersebut rezeki lebih dari
yang mereka butuh, tentu mereka akan melampaui batas, berlaku kurang ajar satu
dan lainnya, serta akan bertingkah sombong.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim,
6: 553)
Selanjutnya
Ibnu Katsir menjelaskan lagi, “Akan tetapi Allah memberi rezeki pada mereka
sesuai dengan pilihan-Nya dan Allah selalu melihat manakah yang maslahat untuk
mereka. Allah tentu yang lebih mengetahui manakah yang terbaik untuk mereka.
Allah-lah yang memberikan kekayaan bagi mereka yang Dia nilai pantas
menerimanya. Dan Allah-lah yang memberikan kefakiran bagi mereka yang Dia nilai
pantas menerimanya.” (Idem)
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------