Hakikat Taqwa, Bag-4 ; Oleh Prof. Dr. Ahmad Fari. 
penerjemah : Abu Fahmi Ahmad,
2.3. Wasiat Seluruh Rasul Allah.
Allah berfirman:
“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul, ketika saudara mereka, Nuh berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertaqwa?’.”(Asy Syur’ara’: 105-106).
“Kaum ‘Ad telah mendustakan para rasul, ketika saudara mereka, Hud berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertaqwa?’.”(Asy Syur’ara’: 123-124).
“Kaum Tsamud telah mendustakan para rasul, ketika saudara mereka, Shalih berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertaqwa?’.”(Asy Syur’ara’: 141-142).
“Penduduk ‘Aikah telah mendustakan para rasul, ketika saudara mereka, Syu’aib berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertaqwa?’.”(Asy Syur’ara’: 176-177).
“Dan (ingatlah) ketika Rabbmu menyeru Musa (dengan firman-Nya) : ‘Datangilah kaum yang zhalim itu,(yaitu) kaum Fir’aun. ‘Mengapa mereka tidak bertaqwa?’.”(Asy Syur’ara’: 10-11).
Tidak diragukan lagi, bahwa seluruh rasul Allah adalah manusia yang paling suci. Seandainya mereka mengetahui bahwa ada satu sifat (lain) yang paling bermanfaat bagi mereka dibandingkan taqwa, niscaya mereka tidak akan menolaknya. Maka tatkala mereka bersepakat menerima sifat taqwa tersebut, yakinlah kita, bahwa begitu penting dan mulianya kedudukan taqwa itu.
Kita bermohon kepada Allah agar Dia menjadikan kita termasuk ahlut taqwa yang bekerja dengan taqwa dan saling menolong atas dasar taqwa.

2.4. Wasiat Salafush Shalih rodhiyallahu ‘anhum
Al Hafidz Ibnu Rajab rahimahullah berkata, bahwa kaum Salafush Shalih selalu berwasiat dengan taqwa ini. Abu Bakar rodhiyallahu ‘anhu berkata dalam khutbahya:
Amma ba’du.Sungguh aku berwasiat kepada kamu sekalian agar kamu bertaqwa kepada Allah, pejilah Dia karena Dialah yang pantas dipuji, dan hendaklah kamu selalu memadukan unsur raghbah (semangat beramal karena mengharap pahala dan ridla-Nya) dan rahbah (takut terhadap siksa-Nya), dan terus-menerus (tidak bosan) dalam berdo’a, sebab Allah Ta’ala telah memuji Zakaria dan ahli baitnya, melalui firman-Nya:
“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo’a kepada Kamidengan harap dan cemas (mengharapkan agar dikabulkan Allah do’anya dan takut terhadap siksa-Nya). Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami.” (Al Anbiya’: 90).
Menjelang wafatnya, Abu Bakar rodhiyallahu ‘anhu menyampaikan amanat kepada Umar rodhiyallahu ‘anhu. Ia mamanggil Umar lalu berwasiat kepadanya. Ucapan yang pertama dalam wasiat Abu Bakar kepada Umar rodhiyallahu ‘anhu  adalah, “Bertakwalah kepada Allah, wahai Umar.”
Dalam surat yang ditujukan kepada putrsnys, Abdullah, Umar menyatakan, “Amma Ba’du.Sungguh aku berwasiat kepadamu dengan wasiat taqwa kepada Allah. Sebab, barangsiapa yang brtaqwa kepada-Nya, maka Dia akan melindunginya, dan barangsiapa yang menggadaikan dirinya kepada-Nya, maka Allah akan membalasnya, dan barangsiapa yang bersyukur kepada-Nya, maka Dia akan menambah karunia-Nya. Hai anakku, jadikanlah taqw itu berada dihadapan matamu dan penerang hatimu.”
Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada seseorang, “Aku berwasiat kepadamu dengan wasiat taqwa kepada Allah, sebab Dia tidak akan menerima amal seseorang kecuali dengan taqwa, dan Dia tidak merahmati kecuali kepada ahlt taqwa, dan dia tidak memberi pahala kecuali atas dasar taqwa ini. Sesungguhnya, banyak orang yang memberi nasiha tentang ketaqwaan, namun sangat sedikit orang yang mengamalkannya. Seemoga Allah menjadikan kita orang-orang yang bertaqwa.” Dan dalam pidatonya, dia memuji Allah dan berkata, “Aku berwasiat kepadamu dengan taqwallah, karena sesungguhnya taqwallah adala akhir segala sesuatu, dan tidak ada lagi yang lebih akhir setelah itu.”
Seseorang berkata kepada Yunus bin Ubaid, “Berilah aku wasiat.” Lalu dia berkata, “Aku berwasiat kepadamu dengan wasiat taqwa kepada Allah dan perbuatan ihsan, sebab Allah bersama orang-orang yang bertaqwa dan berbuat ihsan.”
Seseorang salaf menulis surat kepada salah seorang saudaranya, “Aku berwasiat kepadamu dengan wasiat takwa kepada Allah, sebab taqwa merupakan perkara yang mulia dari perkara-perkara yang kamu rahasiakan, merupakan perhiasan yang bagus yang kamu tampakkan, dan sebaik-baik tabunganmu. Semoga Allah membantu kita untuk melaksanakannya dan memberikan pahala kepada kita.”
Syu’bah menyatakan, bahwa tatkala hendak keluar ia berkata kepada Hakam, ‘Apakah kamu punya keperluan?’ Lalu Hakam berkata, ‘Aku wasiatka kepadamu apa yang diwasiatkan Nabi kepada Muadz bin Jabal, “Bartaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada. Dan iringilah kejelekan itu dengan kebaikan, (karena) akan menghapuskan kejelekan tersebut. Dan berperilakulah kepada manusia denga akhlaq yang baik.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 150-151, kutipan ringkas)
Ibnu Qoyyim rahimahullah berkata, bahwa Ibnu ‘Aun meninggalkan seseorang sambil berpesan, “Hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah, sebab bagi orang yang bertaqwa, tidak ada lagi kesedihan baginya.”
Zaid bin Aslam berkata, “Siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya manusia mencintainya sekalipun mereka membencinya.”
Ats Tsauri berkata kepada Ibnu Abi Dzi’b, “Jika kamu bertaqwa (takut) kepada Allah, maka Dia akan mencukupkanmu dari manusia. Dan jika kamu takut kepada manusia, mereka tidak akan mencukupkanmu dari Allah sedikitpun.” (Disarikan dariJami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 150-151)


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------