Konflik Timur Tengah Sarat Kepentingan Barat

Wawancara Khusus , Harian Fajar 30 Maret 2011 Halaman 35
Wednesday, 30 March 2011

Wasekjen Komisi Luar Negeri MUI Pusat, Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, MA
Konflik demi konflik melanda sebagian besar negara-negara di Timur Tengah. Khususnya yang mempunyai cadangan minyak mentah dalam jumlah besar. Ini ditengarai akibat tindakan-tindakan tidak mendasar Negara barat.
Seperti apa sebenarnya kondisi politik, hukum, ekonomi, kebudayaan, dan keagaamaan di sana sehingga sangat sensitive?berikut wawancara harian Fajar, Hidayat Ibrahim, dengan Wakil Sekjen Komisi Luar 
Negeri dan Kerjasama Internasional MUI Pusat, Muhammad Zaitun Rasmin, Lc, MA di Kantornya, Minggu 27 Maret.


Anda pernah menetap di Timur Tengah. Menurut Anda, apakah memang sistem pemerintahan di sana mengekang keterbukaan, HAM, dan demokrasi bagi masyarakatnya?
Kalau secara umum sebetulnya tidak. Termasuk Libya. Yang saya dengar dari kawan-kawan, sesungguhnya dari sisi ekonomi Khadafi sudah melakukan banyak perbaikan-perbaikan. Begitu juga untuk aspirasi-aspirasi. Khadafi sudah mencoba untuk memperbaiki itu dengan bertahap.

Mungkin, sebelum-sebelumnya pengekangan itu terjadi, tetapi belakangan Khadafi sudah mulai terbuka. Tetapi bagaimanapun juga pasti ada saja orang-orang yang tidak puas. Mereka ini merasa masih ada tekanan-tekanan, sehingga mereka inilah yang mencoba untuk bangkit. Informasi yang saya peroleh, di sana itu tidak ada partai oposisi. Kalau ada konflik hanya lebih mengarah pada masalah suku.
Bagaimana pandangan Anda tentang iklim kepercayaan masyarakat kepada pemerintahnya?
Di satu sisi ada upaya masyarakat setempat untuk menuntut perbaikan. Itu sejalan dengan semangat yang ada di negara-negara lainnya dalam hal mendapatkan keterbukaan, arus demokrasi, dan HAM. Nah, sekarang juga kita bisa melihat bahwa ini tidak selamanya murni dari masyarakat, tetapi ada campur tangan pihak-pihak yang bekepentingan ikut di dalamnya.

Seperti contoh kejadian di Irak sebelumnya, yang pada akhirnya Irak diporak-porandakan dengan alasan senjata pemusnah massal. Ironisnya, ternyata tidak ditemukan dan bahkan belakangan Amerika juga sudah mengakui bahwa tidak ada senjata itu. Hanya saja kejadian itu bertemu dengan keinginan sebagian rakyat Irak yang menuntut demokrasi. Jadi, soal campur tangan negara-negara barat tak lepas dari kepentingan-kepentingan ekonomi minyak mereka. Misalnya, kalau Khadafi yang tetap berkuasa mungkin saja negara-negara barat merasa kesulitan sehingga mereka bernafsu untuk menurunkan Khadafi dan menaikkan orang-orang yang mereka mampu kendalikan dan bekerja untuk kepentingan mereka.
Menurut Anda, apakah sudah benar tindakan negara-negara barat yang dimotori Amerika Serikat dalam melancarkan serangan ke Libya untuk membantu warga-warga yang masih merasa terkekang agar bisa bangkit mendapatkan hal-hal yang diinginkan?
Kita lihat tindakan itu berlebihan. Kalau memang negara-negara barat ingin membantu masyarakat, harusnya dari awal mereka masuk dan mencoba untuk melakukan negosiasi. Sebab, dengan penyerangan membuat banyak korban jatuh dan infrastruktur rusak. Ini menandakan bahwa serangan Amerika dan sekutunya itu sarat kepentingan, dan saya kira semua orang tahu itu. Alasan membela rakyat, saya kira itu hanya sebagai tameng saja untuk memuluskan rencana mereka. Ini yang kita sangat sayangkan.
Dalam pandangan Islam, bagaimana hukumnya atas tindakan warga yang melakukan pemberontakan terhadap pemerintah?
Sebetulnya Islam itu, memang selalu menekankan perlunya perbaikan negara dan masyarakat. Hal itu tidak berhenti didorong dan di suarakan oleh Islam. Tapi dalam Islam, perbaikan itu harus benar-benar perbaikan mendasar. Dan, dilakukan dengan pondasi yang kuat. Bukan sekedar perubahan, kalau sekedar perubahan, dalam Islam itu tidak dibenarkan apalagi kalau tidak ada keyakinan bahwa keadaan akan lebih baik dan bahkan bisa menelan korban yang banyak. Jadi, silahkan menuntut perbaikan tetapi harus dengan cara-cara yang baik. Kita ambil contoh di Indonesia, orang-orang menumbangkan orde lama dan membentuk orde baru karena hanya menginginkan perubahan. Kemudian tidak suka Orde baru sehingga melakukan lagi reformasi. Sekarang sudah reformasi orang-orang juga masih mengeluh. Oleh karena itu, dalam Islam perbaikan itu harus dilakukan secara mendasar, berpondasi yang kuat dan bertahap. Karena perubahan itu bisa lebih besar mudaratnya daripada manfaatnya. (Ingat Kaidah ushul yang mengatakan, “Daf’ul Mafasid awla min jalbil mashalih; AFA).
Menurut Anda, konflik di Timur Tengah ini apakah akan berkepanjangan dan akan menimpa negara-negara yang tidak pro dengan barat?
Kita tidak bisa memastikan, tetapi kita bisa melihat dampaknya terhadap ekonomi. Hal itu bisa menimbulkan motivasi besar dalam melakukan intervensi. Sama dengan penjajahan dahulu yang menjadikan negara-negara kuat melakukan intervensi karena belum ada PBB. Tapi sekarang dengan adanya PBB intervensi itu dilakukan secara halus.
Jadi, posisi PBB itu benar atau salah?
PBB di kuasai negara-negara tertentu, jadi PBB tidak lepas dari kepentingan negara-negara tersebut.
Indonesia sebagai bagian dari dunia, sumbangsi apa yang sebaiknya diberikan dalam mereda konflik di Timur Tengah?
Pemerintah Indonesia perlu tegas sesuai dengan garis kebijakan politik Indonesia. Sebagaimana yang diamanahkan dalam Undang-undang dasar 1945 yakni bebas aktif, dan tidak menyetujui penjajahan. Harus tegas, bahwa tidak menyetujui serangan itu. Di sisi lain, pemerintah juga bisa memberikan saran-saran ke Khadafi untuk menjaga masyarakat sipil. Jangan dendam kepada masyarakat yang menolaknya. Hal ini bisa menghasilkan win-win solution. Saya kira itu yang harus dilakukan pemerintah kita.
Terakhir Diperbaharui ( Wednesday, 30 March 2011 )



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------