Klasifikasi Jual Beli

Dari sisi objek dagangannya :
1.      jual beli umum, yaitu menukar uang dengan barang.
2.      Jual beli ash sharf atau Money changer, penukaran uang dengan uang.
3.      jual beli muqayadloh (barter), yakni menukar barang dengan barang.

Dari sisi cara standarisasi Harga : (1). Jual beli bargainal (tawar-menawar). Penjual tidak memberitahukan besar modal dari barangnya. (2). Jual beli amanah, dimana penjual memberitahukan harga modal jualannya. Jual beli ini terbagi lagi menjadi tiga jenis : (a) JB Murabahah, dimana modal dan keuntungan diketahui. (b). JB Wadli`ah, jual beli dengan harga di bawah modal dan jumlah kerugian yang diketahui. (c). JB Tauliyah, JB dengan menjual barang dalam harga modal, tanpa untung dan rugi.


JB dari Sisi Pembayarannya :
1.   JB dengan penyerahan barang dan pembayaran secara langsung.
2.   JB dengan pembayaran tertunda.
3.   JB dengan penyerahan barang tertunda.
4.   JB dengan penyerahan barang dan pembayaran sama-sama tertunda.
Usaha : adalah keterampilan, profesi dan pekerjaan untuk mencari rezki, QS al Mulk : 15. Usaha untuk menentukan tegaknya kehidupan pribadi, hukumnya fardlu `ain. Dan usaha untuk menegakkan kehidupan umum secara kolektif, maka hukumnya adalah fardlu kifayah.

Pasal Kedua: HAK KHIYAR
Makna Khiyar adalah mencari yang terbaik di antara dua pilihan, yaitu meneruskan atau membatalkan transaksi jual belinya.

ADA TIGA JENIS KHIYAR:
Khiyar Majlis:
Khiyar majlis sah menjadi milik si penjual dan si pembeli semenjak dilangsungkannya akad jual beli hingga mereka berpisah, selama mereka berdua tidak mengadakan kesepakatan untuk tidak ada khiyar, atau kesepakatan untuk menggugurkan hak khiyar setelah dilangsungkannya akad jual beli atau seorang di antara keduanya menggugurkan hak khiyarnya, sehingga hanya seorang yang memiliki hak khiyar. Hadits Muttafaq `alaih: Fathul Bari IV: 332 no. 2112, Muslim III: 1163 no. 44 dan a531, Nasai VII: 249. Juga dalam Shahih Jami`ush Shaghir no. 2895, Tirmidzi II: 360 no. 1265.
Khiyar Syarat:
Khiyar syarat adalah kedua orang yang sedang melakukan jual beli mengadakan kesepakatan menentukan syarat, atau salah satu dari keduanya menentukan hak khiyar sampai waktu tertentu, maka ini dibolehkan meskipun selang waktu berlakunya hak khiyar tersebut cukup lama. Hadits Muttafa `alaih: Fathul Bari IV: 326 no. 2017, Muslim III: 1163 no. 1531 dan Nasai VII: 248.
Khiyar Aib:
Pada pembahasan terdahulu, telah jelas bagi kita tentang larangan menyembunyikan cacat dari barang yang dijual-belikan. Apabila pembeli tidak mengetahui tentang adanya cacat pada barang yang dibelinya, sampai keduanya berpisah, maka pihak pembeli berhak mengembalikan barang dagangan tersebut kepada penjualnya.
Dari Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
{مَنِ اشْتَرَي غَنَمًا مُصَرَّا ةً فَاحْتَلبَهَا فَإنْ رَضِيْهَا أَمْسَكَهَا ، وَ إِ نْ سَخِطَهَا فَفِي حَلْبَتِهَا صَاعٌ مِنْ تَمْرٍ}
"Barangsiapa membeli seekor kambing yang diikat tetek-nya, kemudian memerahnya, maka jika ia suka ia boleh menahannya, dan jika ia tidak suka (ia kembalikan) sebagai ganti perahannya adalah (memberi) satu sha` tamar". Muttafaq `alaih: Fathul Bari IV: 368 no. 2151; Muslim III: 1158 no. 1524, `Aunul Ma`bud IX: 312 no. 3428 dan  Nasai VII: 253.


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------