JUAL BELI (BAGIAN KE-3), 
Oleh Ust. Abu Fahmi

Keenam: Beberapa Jenis Jual Beli Yang Dilarang
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, "Ketahuilah bahwa jual beli barang secara "mulamasah", secara "munabadzah", secara "habalul habalah", jual beli "al hashatu", dan larangan itu semua dan yang lain-lainnya yang masuk ke dalam  kategori jual beli yang telah ditegaskan oleh nash-nash tertentu maka semuanya termasuk jual beli secara gharar. Walau jual beli secara gharar juga disebut secara terpisah" (Al Wajiiz, Abdullah `azim bin Badawi al Khalafi).
Di antara jual-beli gharar dan yang termasuk dilarang oleh nash-nash adalah:

Pertama : Al Mulamasah dan al munabadzah,
dalilnya:
أَنّ النَّبِيّ صلى الله عليه وسلم نَـهَى عَنِ الـمُلاَمَسَة ِ وَ الـمُنَابَذَةِ
"Nabi saw melarang jual beli dengan cara 'mulamasah' dan 'munabadzah' ".  Muttafaq `alaih.

Juga dilarang jual beli dengan cara 'HASHAT" (lemparan krikil). Dengan mengatakan, "Lemparan kan kerikil ini (benda lainnya) hingga mengenai pakaian (barang) yang manapun, pakaian (barang) itu untukmu dengan harga sekian".
Dari Abu Hurairah Ra, ia berkata,
{نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صلّى الله عليه وسلّم عَنْ بَيْعِ الـحَصَا ةوِ وَ عَنْ بَيْعِ الـغَرَرِ}
"Rasulullah saw melarang jual beli dengan lemparan batu kecil, dan jual beli secara gharar (sesuatu yang tidak jelas dan ada unsure spekulatif)".
Hadits hasan : shahih Ibnu Mjah no. 1817.

Kedua :  Jual Beli Barang Haram, Najis, dan Yang menjurus kepada Haram
لَعَنَ اللهُ المُْصَوِّرِيْنَ . رواه البخاري 3: 111, أحمد 4: 308)
“Allah melaknat pembuat patung atau gambar makhluk bernyawa”.
HR Bukhari 3 /111, dan Ahmad dalam Musandnya, 4 /308.
إِنّ الله وَ رَسُولَهُ حَرَّمَ بَيْعَ الـخَمْرِ وا لـمَيْتَةِ والـخِنْزِيْرِ وا لأَ صْنَامِ  
"Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan jual beli arak, bangkai, babi,
dan patung". Hadits Muttafaq `alaih.
"Telah diharamkan minuman keras dan hasil penjualannya, diharamkan bangkai dan hasil penjualannya, dan diharamkan babi dan  hasil penjualannya" HR Abu Dawud.
Dan Nabi Saw juga bersabda:
“Barangsiapa menahan anggur pada hari-hari panennya (untuk maksud) memenuhi kebutuhan orang Yahudi, atau Nashrani, atau orang yang akan menjadikannya sebagai bahan minuman keras (arak dsj), sungguh ia menceburkan diri ke dalam Neraka secara terang-terangan". (HR Al Haitsdami dalam Majma1 az Zawaid, IV/90, Ibnu Hajar dalam Talkhisul Khabir, III/111, hadits hasan, dalam Bulughul Maram)

Dalam hadits lain disebutkan,
إِنّ الله إِذا حَرَّمَ شيئًا حَـرَّمَ ثَـمَنَهُ
Jika Allah mengharamkan sesuatu juga mengharamkan hasil penjualannya" HR Abu Dawud.
(Dr. Shalih Fauzan, al Mulakhkhasul Fihi, Jilid II, hal12-14)

Ketiga :  Jual Beli Barang Yang Belum diterima
مَنِ ابْتَاعَ طَعَامًا فَلاَ يَبِعْهُ حَتَّى يَقْبِضَهُ : قال ابْنُ عبّاس : و َ أَحْسِبُ كُلُّ شَيْءٍ بِمَنْزِلَةِ الطَّعاَمِ}
“Barangsiapa yang membeli makanan, terlarang baginya menjualnya hingga ia menerimanya. Ibnu Abbas berkata, 'Saya menduga segala sesuatu sama statusnya dengan makanan”. Muttafaq `alaih, Fathul Bari IV: 399 no. 2135, Muslim III: 1160 no. 30.
إذَاشْتَرَ  يْتَ  شَيْئًا  فَلاَ تَبِعْهُ حَتَّى تَقْبِضَهُ
“Jika kamu membeli sesuatu, maka kamu tidak boleh menjualnya hingga barang itu kamu terima” (HR Ahmad, III/402, Ad Daruquthni, III/9)

Keempat:  Jual Beli atas Pembelian Saudara;
Seorang Muslim membujuk muslim lain yang telah menjual barangnya  (misal) kepada orang lain seharga  Rp 5 000, agar menarik kembali barangnya, dan ia akan membelinya lebih mahal (misal Rp 6000).  Dari Ibnu Umar Ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
{لاَيَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ}
“Janganlah sebagian dari kalian menjual di atas jual beli sebagian lainnya”
 Muttafaq `alaih: Fathul Bari IV: 373 no. 2165, Muslim III: 1154 no. 1412. Ibnu Majah II: 333 no. 1271.
Dari Abu Hurairah Ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
{لاَ يَسُمِ الـمُسْلِمُ عَلَى سَوْمِ أَ خِيْهِ}
"Janganlah seorang muslim menawar barang yang sedang ditawar oleh saudaranya".
Shahih Irwa'ul Ghalil no. 1298, dan Muslim III: 1154 no. 1515.

Kelima:  Jual Beli Najasy (pura-pura menawar, padahal tidak mau membeli, hanya untuk memancing orang lain, sehingga tertipu oleh rekayasa harga yang ia tawar)
نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صلّى الله عليه وسلّم عَنِ النَّجْشِ, وَقَوْلُهُ: وَلاَ تَنَاجَشُوْا
Rasulullah Saw melarang jual beli najasy”, dan sabdanya lagi:
“Dan janganlah kalian saling melakukan jual beli najasy” (HR Abu Daud, 3438, Tirmidzi, 1304, Ibnu Majah, 2174, An Nasai, VI/71)

Keenam :  Jual Beli “GHOROR”
Seorang muslim yang menjual barang dengan mengandung unsur ketidak jelasan (atau ada sesuatu yang disembunyikan,atau tidak transparan).
Termasuk jual beli yang mengandung gharar dan dilarang oleh agama, seperti ditunjukkan di atas : al mulamasah, al munabadzah, al hashat  dll. Juga membeli barang seperti kucing dalam karung. Misal: system ijon, membeli buah yang belum jelas masak dari pohonnya, membeli ikan langsung dalam kolam tanpa dihitung lebih dahulu (jumlah dan bobotnya) dll.
لاَتَشْتَرُوْاالسَّمَكَ فِيْ الْمَاءِ فَإِنَّهُ غَرَرٌ
“Janganlah kalian membeli ikan yang masih ada di air (dengan borongan, tanpa dtimbang dan dihitung, karena unsur spekulasi), karena ia ghoror”. (HR . Al-Baihaqi dalam As Sunanul Kubra, V/340, Thabrani dalam Mu`jamul Kubro, III/19, dan Ahmad dalam Musnadnya).
Begitu juga beli burung diangkasa, atau memborong buah mangga atau sayuran atau lainnya yang masih ada di pohon atau di kebun tanpa diukur/ditimbang/dihitung. Salah satu pihak ada yang dirugikan, sehingga tidak memenuhi syarat “sama-sama rela”, pasti ada salah pihak yang menyesal karena merasa rugi, atau sebaliknya merasa diuntungkan.
Rasulullah Saw melarang menjual korma sehingga benar-benar masak (bisa dimakan), atau bulu yang masih ada di badan kambing / sapi / Unta , atau susu yang masih berada dalam lambung kambing/sapi, atau mentega di dalam susu” (HR Daruquthni, III/5)
Termasuk membeli buah-buahan yang masih ada di pohonnya, belum masak, atau campur aduk antara yang masak dan yang belum, tanpa mengetahui jumlah dan beratnya.

Ketujuh:  Jual Beli Hutang Dengan Hutang
Seorang Muslim tidak boleh menjual hutang dengan hutang, hal itu sama dengan menjual barang yang tak ada wujudnya dengan barang lain yang tak ada wujudnya juga.
Contoh:  Anda punya piutang beras 2 kwintal pada si A yang akan dibayar pada suatu waktu. Kemudian Anda menjualnya kepada si B seharga
Rp 300 000.- sampai waktu tertentu.
Contoh lain:  Anda memiliki piutang berupa kambing pada si A ketika jatuh tempo ternyata ia tidak dapat membayarnya. Lalu si A berkata kepada Anda, “Juallah kambing ini kepadaku seharga (misal Rp 400 000) sampai waktu tertentu” Inilah yang disebut dengan menjual hutang dengan hutang. Tersebut dalam HR. Ad Daruquthni, III/71, 72:

Kedelapan:  Jual Beli `Inah
`Inah adalah sejenis Riba jahiliyah, yang hingga kini berlaku pada zaman modern.
Yaitu si A mengkreditkan barang kepada B, misal harga  Rp 1000 000.- dicicil 10 kali. Kemudian di tengah-tengah akad sedang berjalan, lalu si A membeli lagi barangnya dari si B dengan tunai seharga Rp 600 000.- Sementara si B masih tetap mencicil melunasinya hingga jumlah Rp 1000 000.- Ini sama dengan meminjami  uang Rp 600 000.- minta kembali
dibayar dengan Rp 1000 000.-
{إِذا بَايَعْتُمْ بِالـعِيْنَةِ، وَ أَ خَذْتُمْ أَذْنَابَ الـبَقَر ، وَ رَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ ، وَ تَرَكْتُم الـجِهَادَ ، سَلَّطَ الله ُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُم}
Dari Ibnu Umar Ra bahwa Nabi saw bersabda: "Apabila kamu berjual beli dengan `inah (termasuk jenis riba), puas dengan peternakan dan pertanian (cat. Sehingga melalaikan dari panggilan syariat), dan kamu telah meninggalkan jihad, maka Allah akan menguasakan atas kamu kehinaan. Dan Dia tidak akan mencabutnya sampai kamu benar-benar kembali kepada agama (Islam)". Shahih Jami`ush Shgahir no. 423 dan `Aunul Ma`bud IX: 335 no. 3445.

 Kesembilan : Orang Kota Membeli Dari Orang Desa
Apabila orang desa atau asing datang ke satu kota dengan tujuan menjual barangnya di pasar dengan harga pasaran hari itu, maka orang kota tidak boleh berkata kepadanya, “Serahkan saja barangmu padaku dan aku akan jual besok atau beberapa hari lagi dengan harga yang lebih mahal dari hari ini. Padahal barangnya hari itu sangat dibutuh kan orang banyak di kota tersebut. Dan hukumnya sama dengan menimbun barang yang sedang dibutuhkan agar naik harganya.

Kesepuluh :  Jual Beli `Urbun (Sejenis Uang Muka)
Imam Malik menjelaskan tentang jual beli `urbun ini: Seseorang membeli sesuatu atau menyewa hewan (kendaraan), kepada penjualnya ia berkata, ‘Engkau aku beri uang satu dinar dengan syarat jika aku membatal kan jual beli, atau sewa, maka aku tidak memberimu uang sisanya”

Kesebelas : Menyewakan dan atau menjual sperma pejantan kepada pemilik hewan betina
Dari Ibnu Umar Ra, ia berkata,
{نَهَى رَسُول الله صلى الله عليه وسلم عَن عَسْبِ الـفَحْلِ}
"Nabi saw melarang (makan) upah (biaya) persetubuhan pejantan (hal ini termasuk menyewakan / menjual sperma pejantan)".
Fathul Bari IV: 461 no. 2284, Mukhtashar Muslim no. 939, `Aunul Ma`b ud IX: 296 no. 3412.

Keduabelas :  Jual, beli secara "habalul habalah".
Dari Ibnu Umar Ra, ia berkata, "Adalah kaum jahiliyah biasa melakukan jual beli daging unta sampai dengan lahirnya kandungan, kemudian unta yang dilahirkan itu bunting. Dan, habalul habalah yaitu unta yang dikandung itu lahir, kemudian unta yang dilahirkan itu bunting, lalu Nabi saw melarang yang demikian itu". Muttafaq `alaih: Fathul Bari IV: 2356 no. 2143, Muslim III: 1153 no. 1514., juga riwayat Tirmidzi, an Nasai dan Ibnu Majah.

Ketigabelas : Jual Beli sesuatu yang belum menjadi miliknya
Dari Hakim bin Hizam Ra, ia berkata, 'Aku berkata,
{يَا رسول الله، الرَّجُلُ يَسْأَلُنِيْ الـبَيْعَ وَ ليْسَ عِنْدِيْ أَ فَأَ بِيْعَهُ ؟ قال : لاَ تَبِعْ مَالَيْسَ عِنْدَكَ}
"Ya Rasulullah, ada seorang akan membeli dariku sesuatu yang belum aku miliki. Bolehkah aku menjualnya ? Maka jawab Nabi saw, 'Jangan kamu jual sesuatu yang belum menjadi milikmu". Shahih Irwa'ul Ghalil no. 1292, Ibnu Majah II: 737 no. 2187, Tirmidzi II: 350 no. 1250, an Nasai VII: 289.

Keempatbelas : (Tengkulak) Mencegat suatu komoditi dari daerah untuk mendapatkan harga lebih murah. Biasanya dijual ke kota (ke pasar) dengan harga tanpa kontrol dan dapat merusak pasar.
Apabila seorang Muslim telah mendengar  suatu komoditi
telah masuk ke daerahnya, Ia tak boleh keluar dari daerahnya untuk menemui penjual (PETANI) dengan (mencegat) di luar daerah tersebut kemudian membelinya disana lalu membawanya masuk ke daerah nya dan kemudian menjualnya dengan semau nya. Hal ini terlarang karena menipu penjual dan merugikan penduduk daerahnya, para pedagang lain,  dan juga merusak pasar, dsb.
Barang lainnya yang tidak boleh diperjual belikan adalah:
Khamr (miras dan sejenisnya, termasuk narkoba, ganja, obat-obat terlarang), anjing, bangkai, babi dan patung, gambar yang bernyawa, buah-buahan yang belum nyata masaknya, biji-bijian  yang belum mengeras.
{أَنّهُ نَهَى عَنْ بَيْعِ الـثَّمْرَةِ حَتَّى يَبْدُوَ صَلاَ حُهَا وَ عَنِ الـنَّخْلِ حَتَّى يَزْ هُوَ وَ ما يَزْهُوَ ؟ قال: يَحْمَارُّ أَو يَصْفَارُّ }
Dari Anas bin Malik Ra dari Nabi Saw bahwa beliau melarang menjual buah-buahan hingga nyata-nyata jadinya dan kurma hingga sempurna". Beliau ditanya, 'apa tanda kesempurnaan nya ? Beliau menjawab, "Berwarna kemerah-merahan atau kuning". Shahih Jami`ush shaghir no. 6928, dan Fathul Bari VI: 397 no. 2167.
{أَنّ رسول الله صلى الله عليه وسلم نَهَى عَنْ بَيْعِ الـنَّخْلِ حَتَّى يَزْهُوَ ، وَ عَنِ الـسُّنْبُلِ حَتَّى يَبْيَضََّ،
وَ يَأْمَنِ الـعَاهَة والـمُشْتَرِيْ}
Dari Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah saw melarang menjual buah kurma hingga nyata jadinya, dan  (melarang) menjual gandum hingga berisi serta selamat dari hama; Beliau melarang penjualnya dan pembelinya". Shahih Mukhtashar Muslim no. 917, Muslim III: 1165 no. 1535. Tirmidzi dan Nsa'ii.
{عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ رضي الله عنه أَنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم نَهَى  عَنْ ثَمَنِ الـكَلْبِ، وَ مَهْرِ الـبَغِيْ وَ حَلْوَانِ الكَاهِنِ}
Dari Abu Mas`ud al-Anshari Ra bahwa Rasulullah saw melarang harga anjing, hasil melacur (PSK, Germo dan sekuritinya), dan upah dukun". Muttafaq `alaih: Fathul Bari IV: 426 no. 2237, Muslim III: 1198 no. 1567, Ibnu Majah II: 730 no. 2159, Tirmidzi II: 372 no. 1293, Nasa'ii V II: 309.



Tak ada batasan minimal dan maksimal keuntungan jual beli:
HR Ahmad dari Urwah, yang menceritakan, “Nabi pernah ditawarkan kambing dagangan. Lalu beliau berikan satu dinar kepadaku. Beliau bersabda, ‘Hai Urwah, datangi pedagang kambing itu, belikan untukku satu ekor kambing. Akupun mendatanginya dan mencoba menawarnya. Ternyata dengan dua dinar itu aku dapat dua kambing. Lalu akupun pulang, sambil menggandeng dua ekor kambing, dan di tengah jalan yang seekor lagi ditawar oleh orang dengan harga 1 dinar. Lalu aku berikan kepadanya. Dan kini akupun pulang kepada Nabi dengan membawa seekor kambing pesanannya dan 1 dinar uang. Dan semuanya diserahkan kepada Nabi. Namun ketika Nabi mendengar ceritanya, justru Nabi bersabda, “Ya Allah, berkatilah keuntungan perniagaan nya”. (Yang 1 dinar diberikan kepada Urwah sebagai hasil keuntungan jual beli) dan Nabi hanya menerima kambing yang dipesannya dengan 1 dinar itu.


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------