BULAN RAMADLAN BULAN PENUH BERKAH
KITA SAMBUT DSENGAN JIWA YANG BERSIH
----------------------------------------------------------
BAGIAN 1:
IKUT PEMERINTAH DALAM PENENTUAN MASUK DAN KELUARNYA RAMADLAN
Oleh:
Ustadz Abu Abdillah Ahmad Zain, Lc
بسم الله الرحمن
الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و
صحبه أجمعين, أما بعد
Saya melihat Pemerintah Indonesia adalah pemerintah yang dipimpin
oleh seorang muslim, yaitu bapak SBY beserta jajarannya, semoga Allah Ta’ala
selalu membenarkan langkah-langkah beliau dalam mengurus Negara ini.
Saya melihat kementrian Agama Republik Indonesia sudah sesuai
sunnah dalam menentukan masuknya bulan Ramadhan, yaitu dengan ru’yah hilal.
Saya juga telah membaca hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam:
« الصَّوْمُ يَوْمَ
تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ ». رواه
الترمذى
“Puasa itu pada hari kalian semua berpuasa, berbuka pada hari
kalian semua berpuasa dan dan hari ‘iedul Adhha ketika kalian semua berkurban”.
(HR Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Silsilat Al Ahadits Ash
Shahihah no. 224)
Berkata Al Mubarakfury rahimahullah di dalam Tuhfatul Ahwadzi:
“Sebagian Ulama menafsirkan bahwa puasa dan berbuka sesungguhnya hanya bersama
sekumpulan besar manusia (dari kaum muslimin-pent)”.
Saya juga sangat kagum dengan Indahnya perkataan Al Muhaddits
Al-Albani rahimahullah tentang kewajiban mengikuti pemimpin yang sah dan
kesatuan kaum muslimin di dalam memulai berpuasa dan berbuka (yaitu
mengakhirinya-pent), dan setiap individu hendaknya mengikuti kesatuan kaum
muslimin, beliau berkata:
“و هذا هو اللائق بالشريعة السمحة التي
من غاياتها تجميع الناس و توحيد صفوفهم ، و إبعادهم عن كل ما يفرق جمعهم من الآراء
الفردية ، فلا تعتبر الشريعة رأي الفرد – و لو كان صوابا في وجهة نظره – في عبادة
جماعية كالصوم و التعبيد و صلاة الجماعة ، ألا ترى أن الصحابة رضي الله عنهم كان
يصلي بعضهم وراء بعض و فيهم من يرى أن مس المرأة و العضو و خروج الدم من نواقض
الوضوء ، و منهم من لا يرى ذلك ، و منهم من يتم في السفر ، و منهم من يقصر ، فلم
يكن اختلافهم هذا و غيره ليمنعهم من الاجتماع في الصلاة وراء الإمام الواحد ، و
الاعتداد بها ، و ذلك لعلمهم بأن التفرق في الدين شر من الاختلاف في بعض الآراء ،
و لقد بلغ الأمر ببعضهم في عدم الإعتداد بالرأي المخالف لرأى الإمام الأعظم في
المجتمع الأكبر كمنى ، إلى حد ترك العمل برأيه إطلاقا في ذلك المجتمع فرارا مما قد
ينتج من الشر بسبب العمل برأيه ، فروى أبو داود ( 1 / 307 ) أن عثمان رضي الله عنه
صلى بمنى أربعا ، فقال عبد الله بن مسعود منكرا عليه : صليت مع النبي
صلى الله عليه وسلم ركعتين ، و مع أبي بكر ركعتين ، و مع عمر ركعتين ، و مع عثمان
صدرا من إمارته ثم أتمها ، ثم تفرقت بكم الطرق فلوددت أن لي من أربع ركعات ركعتين
متقبلتين ، ثم إن ابن مسعود صلى أربعا ! فقيل له : عبت على عثمان ثم صليت أربعا ؟
! قال : الخلاف شر . و سنده صحيح . و روى أحمد ( 5 / 155 ) نحو هذا عن أبي ذر
رضي الله عنهم أجمعين .
فليتأمل في هذا الحديث و في الأثر المذكور أولئك الذين لا يزالون
يتفرقون في صلواتهم ، و لا يقتدون ببعض أئمة المساجد ، و خاصة في صلاة الوتر في
رمضان ، بحجة كونهم على خلاف مذهبهم ! و بعض أولئك الذين يدعون العلم بالفلك ، ممن
يصوم و يفطر وحده متقدما أو متأخرا عن جماعة المسلمين ، معتدا برأيه و علمه ، غير
مبال بالخروج عنهم ، فليتأمل هؤلاء جميعا فيما ذكرناه من العلم ، لعلهم يجدون شفاء
لما في نفوسهم من جهل و غرور ، فيكونوا صفا واحدا مع إخوانهم المسلمين فإن يد الله
مع الجماعة “.
“Hal inilah yang paling sesuai dengan syari’at yang mudah, yang
mana tujuannya mengumpulkan manusia dan menyatukan barisan mereka, menjauhkan
mereka dari setiap hal yang memecah belahkan kesatuan mereka, syari’at Islam
tidak menganggap pendapat personal -meskipun benar di dalam pandangannya- di
dalam ibadah yang dilakukan secara bersama-sama, seperti; berpuasa, berhari raya,
shalat berjama’ah.
Bukankah Anda melihat para shahabat nabi radhiyallahu ‘anhum,
sebagian mereka shalat dibelakang yang lainnya, padahal di antara mereka ada
yang berpendapat bahwa menyentuh wanita dan kemaluan serta keluarnya darah
membatalkan wudhu, sedangkan di antara mereka ada yang tidak berpendapat
demikian, di antara mereka ada yang menyempurnakan shalat ketika safar dan
diantara mereka ada yang mengqashar, tidak menjadikan perbedaan mereka dalam
permasalahan ini atau yang lainnya, melarang mereka untuk bersatu di dalam
perkara shalat di belakang satu imam dan menganggap shalatnya sah. Yang
demikian itu, karena pengetahuan mereka bahwa berpecah belah di dalam perkara
agama adalah lebih buruk daripada hanya sekedar berselisih di dalam beberapa pendapat.
Bahkan perkara bersatu ini, sampai kepada bahwa sebagian mereka
tidak menganggap pendapat yang menyelisihi pendapat pemimpin yang utama di
dalam kesatuan umat yang sangat besar, seperti keadaan ketika di Mina, yang
menyebabkan meninggalkan pendapat mereka. Sampai-sampai ada yang benar-benar
meninggalkan beramal dengan pendapatnya di kumpulan masyarakat tersebut, agar
terlepas dari sesuatu yang mengakibatkan keburukan karena beramal dengan
pendapatnya.
Abu Daud meriwayatkan (1/307): bahwa Utsman radhiyallahu ‘anhu
pernah mengerjakan shalat di Mina empat raka’at (dengan menyempurnakannya tanpa
di qashar-pent), berkatalah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu seraya
mengingkari atas perbuatan Utsman radhiyallahu ‘anhu: “Aku pernah shalat (di
Mina-pent) bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dua raka’at, bersama Abu
Bakar dan Umar dua raka’at, lalu bersama Utsman radhiyallahu ‘anhu di awal
kepemimpinan dua raka’at kemudian setelah itu Utsman menyempurnakan menjadi
empat raka’at, kemudian terpecah belah jalan bagi kalian. Maka aku berharap
dari empat raka’at ini, dua raka’atnya semoga diterima”. Lalu Abdullah bin
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu shalat empat raka’at (mengikuti Utsman radhiyallahu
‘anhu -pent), maka ada yang berkata: “Engkau menegur Utsman radhiyallahu ‘anhu
atas empat raka’atnya tetapi engkau sendiri shalatnya empat raka’at (ketika di
Mina-pent), beliau menjawab: “Perbedaan itu adalah buruk”. (Sanadnya shahih dan
Imam Ahmad meriwayatkan juga seperti ini dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhum seluruhnya)
Maka orang-orang yang masih saja berbeda pada shalat mereka dan
tidak mengikuti imam di beberapa masjid, hendaklah memperhatikan tentang hadits
dan riwayat yang disebutkan tadi, khususnya pada shalat witir dengan alasan
bahwa imam tidak sesuai dengan madzhab mereka! juga sebagian mereka yang
mengaku mengetahui ilmu hisab, sehingga berpuasa dan berbuka sendirian, baik
itu mendahului atau terlambat dari kesatuan kaum muslimin, bersandarkan dengan
pendapat dan pengetahuannya, tanpa memperhatikan bahwa ia telah keluar dari
kesatuan kaum muslimin.
Sekali lagi, hendaklah orang-orang tesebut memperhatikan dari apa
yang telah kami sebutkan dari ilmu pengetahuan, semoga saja mereka mendapatkan
obat penawar bagi kebodohan dan kekeliruan yang ada pada diri mereka. Yang mana
pada akhirnya, mereka menjadi satu barisan dengan kaum muslimin, karena
sesungguhnya Tangan Allah bersama kesatuan (kaum muslim)”. (Lihat kitab
Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, (1/50) dalam penjelasan hadits no. 229)
Oleh karenanya, mari Ikuti Pemerintah kita dalam penentuan masuk
dan keluarnya Bulan Ramadhan agar kesatuan kaum muslimin di Indonesia tetap
terjaga.
Selamat menunaikan Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan Penuh Berkah
tahun 1432H. Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan hidayah dan taufik-Nya
kepada kaum muslim.
Ahmad Zainuddin
Dammam, KSA
RAMADLAN BULAN PENUH BERKAH
BAGIAN-2 : TELAH DATANG RAMADLAN..BULAN PENUH BERKAH
بسم الله الرحمن الرحيم,
الحمد لله رب العالمين, و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه
أجمعين, أما بعد:
Tulisan ini mengajak kepada penulis dan pembaca agar menyambut
Ramadhan, Bulan Penuh Berkah, dengan: suka cita dan penuh keimanan serta
bertekad bulat untuk semangat beribadah di dalamnya karena iman dan berharap
pahala.
عنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَتَاكُمْ
رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ
تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ
وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ
أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah datang kepada kalian Ramadhan
bulan penuh berkah, Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan atas kalian untuk
berpuasa padanya, di dalamnya
1. dibukakan pintu-pintu langit,
2. ditutup pintu-pintu neraka,
3. dibelenggu pemimpin setan,
4. dan di dalamnya Allah memiliki 1 malam yang lebih baik dari
seribu bulan, siapa yang diharamkan dari kebaikannya maka sungguh dia telah-benar-benar
diharamkan kebaikan”.
Hadits riwayat An Nasai, dinyatakan shahih lighairi di dalam kitab
Shahih At Targhib wa At Tarhib.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ
أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ
الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ
وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِي
مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أَقْصِرْ
وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنْ النَّارِ وَذَلكَ كُلُّ لَيْلَةٍ. رواه الترمذي و صححه
الألباني.
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika pada awal malam bulan Ramadhan
maka
1. para syetan dan pemimpin jin terbelenggu
2. dan tertutup pintu-pintu neraka dan tidak satu pintupun terbuka
3. dan dibukakan pintu-pintu surga dan tidak satu pintupun
tertutup
4. lalu ada suara yang menyeru: “Wahai pencari kebaikan,
sambutlah! Dan wahai pencari keburukan, cukuplah!
5. Dan Allah mempunyai orang-orang yang dimerdekakan dari neraka
dan yang demikian itu pada setiap malam!”.
Hadits riwayat Tirmidzi, dishahihkan di dalam kitab Shahih Al
Jami’.
Subhanallah…luar biasa…!
Jadi, bagaimana kita sambut bulan ini…???
قال أبن
باز رحمه الله: “هذا الشهر شهر عظيم مبارك فاستقبلوه رحمكم الله بالفرح و السرور و
العزيمة الصادقة على صيامه و قيامه و المسابقة فيه إلى الخيرات و المبادرة إلى
التوبة النصوح من سائر الذنوب و السيئات و التناصح و التعاون على البر و التقوى و
التواصي بالأمر بالمعروف و النهي عن المنكر و الدعوة إلى كل خير لتفوزوا بالكرامة
و الأجر العظيم”. (مجموع فتاوى أبن باز رحمه الله 15/38)
Ibnu Baz rahimahullah berkata: “Bulan ini adalah bulan yang agung
penuh dengan berkah, sambutlah bulan ini…
1. Dengan kegemberiaan dan suka cita.
2. Dengan tekad yang bulat untuk berpuasa dan
beribadah di malam harinya.
3. Dengan berlomba-lomba untuk mengerjakan kebaikan.
4. Dengan segera bertaubat yang nasuha (sebenarnya).
5. Dengan saling menasehati dan tolong menolong atas
kebaikan dan taqwa.
6. Dengan saling memberi wasiat agar beramar ma’ruf
dan nahi mungkar.
7. Dengan berdakwah kepada setiap kebaikan.
Agar kalian menang dengan mendapatkan kemuliaan dan pahala yang
sangat besar”. (Majmu’ fatawa Ibnu Baz, 15/38).
Ahmad Zainuddin
Rabu, 19 Sya’ban 1432H
Dammam, KSA
BAGIAN KE-3:
HADITS TENTANG MEMGKHUSUSKAN BERMAAF-MAAFAN MENJELANG BULAN
RAMADLAN
Oleh: Ustadz Abu Abdillah Ahmad Zain, Lc
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Adakah riwayat yang menceritakan seperti di bawah
ini,
Marhaban Ya Ramadhan, Do’a Malaikat Jibril adalah
sbb:
“Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum
memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut: Tidak memohon
maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada); Tidak
berma’afan terlebih dahulu antara suami istri; Tidak berma’afan terlebih dahulu
dengan orang-orang sekitarnya. Dan barang siapa yang menyambut bulan Ramadhan
dengan suka cita , maka diharamkan kulitnya tersentuh api neraka.
Mohon maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat, diucapkan, atau
diniatkan
Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb
Jawaban:
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh
بسم الله
الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و
آله وصحبه أجمعين
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
« أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ
عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ
أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ لِلَّهِ فِيهِ لَيْلَةٌ
خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ ». رواه النسائي
Artinya: “Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Telah datang kepada kalian
bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah, Allah telah mewajibkan atas kalian
berpuasa di dalamnya, dibuka pintu-pintu langit dan ditutup pintu-pintu neraka
jahim serta dibelenggu pemimpin-pemimpin setan, di dalamnya Allah mempunyai
satu malam yang lebih baik dari seribu bulan siapa yang dihalangi untuk
mendapatkan kebaikannya maka ia telah benar-benar dihalangi dari kebaikan”.
(Hadits riwayat An Nasai dan dishahihkan di dalam kitab Shahih At Targhib Wa At
Tarhib)
Dari hadits ini, bisa diambil kesimpulan bahwa Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada kaum muslimin
tentang datang suatu bulan yang penuh berkah yaitu bulan Ramadhan.
Adapun untuk meminta maaf khusus menjelang bulan Ramadhan, maka
tidak didapatkan riwayat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ataupun
riwayat-riwayat dari para shahabat, jadi yang lebih baik dan seharusnya, kita
mencukupkan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, karena itu yang paling baik dan paling sempurna.
Seseorang harus tidak berani untuk menganjurkan umat ini akan
suatu perkara yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam padahal beliau shallallahu ‘alaihi wasallam sangat mampu untuk
mengerjakannya dan tidak ada penghalang untuk mengerjakan hal itu, apa lagi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendapati bulan Ramadan selama hiduap
beliau sebanyak 8/9 kali dan selama itu tidak ada riwayat beliau menganjurkan
untuk meminta maaf baik antara sesama muslim atau orang tua atau suami istri
menjelang bulan Ramadhan. Ini adalah jawaban untuk pertanyaan pertama.
Tapi perlu diingat baik-baik, Islam mengajarkan bahwa siapapun
yang mempunyai kesalahan terhadap orang lain, pernah menyakiti atau menzhalimi
orang lain, maka bersegeralah meminta halal dan maaf dan jangan menunggu nanti
penyelesaiannya di hadapan Allah Ta’ala. Karena nanti di hadapan-Nya yang ada
hanyalah; “Terimalah ini pahala saya”, atau “Terimalah dosa orang yang pernah
kamu zhalimi”, tidak ada emas dan perak untuk menyelesaikannya!
عنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى
الله عنه – قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ كَانَتْ
لَهُ مَظْلَمَةٌ لأَحَدٍ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَىْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ
الْيَوْمَ ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ ، إِنْ كَانَ لَهُ
عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ
حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ » .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang pernah mempunyai
kezhaliman terhadap seseorang, baik terhadap kehormatannya atau apapun, maka
minta halallah darinya hari ini!, sebelum tidak ada emas dan perak, (yang ada
adalah) jika dia mempunyai amal shalih, maka akan diambil darinya sesuai dengan
kezhalimannya, jika dia tidak mempunyai kebaikan, maka akan diambilkan dosa
lawannya dan ditanggungkan kepadanya”. (Hadits riwayat Bukhari)
Sedangkan untuk permasalahan meminta maaf ketika ‘iedul fithri:
mari kaum muslim untuk melihat beberapa riwayat dan perkataan para ulama:
Imam Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah, seorang ulama hadits dan
besar madzhab syafi’iyyah berkata:
وروينا في المحامليات
بإسناد حسن عن جبير بن نفير قال كان أصحاب رسول الله صلى الله عليه و سلم إذا
التقوا يوم العيد يقول بعضهم لبعض تقبل الله منا ومنك
“Diriwayatkan kepada kami di dalam kitab Al Muhamiliyat, dengan
sanad yang hasan (baik) dari Jubair bin Nufair, beliau berkata: “Senantiasa
para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika bertemu pada hari
‘ied, sebagian mereka mengatakan kepada yang lain: “Taqabbalallahu minna wa
minka” (semoga Allah menerima amal ibadah dari kita dan dari anda). (lihat
kitab Fath Al Bari 2/446)
Dan Ibnu Qudamah (seorang ahli fikih dari madzhab hanbali)
rahimahullah menukilkan dari Ibnu ‘Aqil tentang memberikan selamat pada hari
‘ied, bahwasanya Muhammad bin Ziyad berkata: “Aku bersama Abu Umamah Al Bahili
(seorang shahabat nabi) radhiyallahu ‘anhu dan selainnya dari para shahabat
nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mereka jika pulang dari shalat ‘ied
berkata kepada sebagian yang lain: “Taqabbalallahu minna wa minka”. Imam Ahmad
bin Hanbal rahimahullah berkata: “sanad hadits Abu Umamah adalah sanad yang
baik,dan Ali bin Tsabit berkata: “Aku telah bertanya kepada Malik bin Anas
rahimahullah akan hal ini dari semenjak 35 tahun yang lalu, beliau menjawab:
“Masih saja kami mengetahui akan hal itu dilakukan di kota Madinah”. (Lihat
Kitab Al Mughni 3/294)
Dan Imam Ahmad rahimahullah: “Tidak mengapa seseorang mengatakan
kepada orang lain pada hari ‘ied: “Taqabbaalallahu minna wa minka”.
Harb berkata: “Imam Ahmad rahimahullah ditanya tentang perkataan
orang-orang di hari ‘ied (‘iedul fithri atau ‘iedul adhha) “Taqabbalallahu
minna wa minkum, beliau menjawab: tidak mengapa akan hal tersebut orang-orang
syam meriwayatkan dari shahabat nabi Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu. (lihat
kitab Al Mughni 3/294)
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Adapun
memulai mengucapkan selamat pada hari ‘ied adalah bukan merupakan sunnah yang
diperintahkan dan juga bukan sesuatu yang dilarang, maka barangsiapa yang
melakukannya ia mempunyai pekerjaan yang dijadikan sebagai tauladan dan kalau
ada yang meninggalkan ia juga mempunyai orang yang dijadikan sebagai teladan.
wallahu a’lam”. (lihat kitab Majmu’ Al Fatawa 24/253)
Dari penjelasan di atas semoga bisa dipahami bahwa mengkhususkan
meminta maaf pada hari ‘ied bukan merupakan pekerjaan para shahabat nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam radhiyallahu ‘anhum, akan tetapi yang
mereka lakukan adalah mendoakan satu dengan yang lainnya sebagaimana penjelasan
di atas dan ini yang paling baik dilakukan oleh kaum muslimin (ini untuk
jawaban kedua).
Terakhir saya akan sebutkan sebuah perkataan indah dari Abdullah
bin Mas’ud (seorang shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam)
radhiyallahu ‘anhu:
عن ابن مسعود – رضي الله
عنه – قال : «مَن كانَ مُسْتَنًّا ، فَلْيَسْتَنَّ بمن قد ماتَ ، فإنَّ الحيَّ لا
تُؤمَنُ عليه الفِتْنَةُ ، أولئك أصحابُ محمد – صلى الله
عليه وسلم – ، كانوا أفضلَ هذه الأمة : أبرَّها قلوبًا ، وأعمقَها علمًا ،
وأقلَّها تكلُّفًا ، اختارهم الله لصحبة نبيِّه ، ولإقامة دِينه ، فاعرِفوا لهم
فضلَهم ، واتبعُوهم على أثرهم ، وتمسَّكوا بما استَطَعْتُم من أخلاقِهم وسيَرِهم ،
فإنهم كانوا على الهُدَى المستقيم».
Artinya: ” Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Barangsiapa yang bersuri tauladan maka hendaklah bersuri tauladan dengan orang
yang sudah meninggal, karena sesungguhnya orang yang masih hidup tidak aman
dari tertimpa fitnah atasnya, merekalah para shahabat Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, mereka adalah orang-orang yang termulia dari umat ini, yang
paling baik hatinya, paling dalam ilmunya dan paling sedikit untuk berbuat yang
mengada-ngada, Allah telah memilih mereka untuk bershahabat dengan nabiNya,
untuk menegakkan agamaNya, maka ketauhilah keutamaan mereka yang mereka
mililki, ikutilah jalan-jalan mereka, dan berpegang teguhlah semampu kalian
akan budipekertibudi pekerti mereka dan sepak terjang mereka, karena
sesungguhnya mereka diatas petunjuk yang lurus”. (Diriwayatkan dengan sanadnya
oleh Ibnu Abdil Barr di dalam Kitab Jami’ bayan Al ‘Ilmi wa Ahlih (2/97) dan
disebutkan oleh Ibnu Atsir di dalam Jami’ Al Ushul Fi Ahadits Ar Rasul (1/292))
Dengan nama-nama Allah Yang Husna dan sifat-sifat-Nya yang ‘Ulya,
semoga Allah Azza wa Jalla memberikan taufik-Nya kepada kita dan seluruh kaum
muslim, untuk benar-benar berpuasa karena keimanan dan mengharapkan pahala
dari-Nya. Allahumma amin. wallahu a’lam
Ahmad Zainuddin
Kamis, 20 Sya’ban 1432
Dammam, KSA.
Artikel terkait:
BAGIAN KE-4: BERHARAP JANGAN SAMPAI TIDAK DIAMPUNI ALLAH DI BULAN
PENUH AMPUNAN
23 JULI 2011, Oleh: Ustadz Abu Abdillah Ahmad Zain, Lc
بسم الله الرحمن الرحيم,
الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صحبه
أجمعين, أما بعد:
Tulisan ini mengingatkan kepada kaum muslim, agar benar-benar
menggunakan waktu di bulan Ramadhan dengan sebaik-baiknya.
Para pembaca yang budiman…
Di setiap malam bulan Ramadhan Allah Ta’ala mengampuni dan
memerdekakan hamba-hamba-Nya dari api neraka…subhanallah, semoga kita termasuk
di dalamnya. Allahumma amin.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا
كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ
الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ
وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِى
مُنَادٍ يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ أَقْصِرْ
وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika pada awal malam bulan Ramadhan
maka
1.
para syetan dan pemimpin jin terbelenggu
2. dan tertutup pintu-pintu neraka dan tidak satu pintupun terbuka
3. dan dibukakan pintu-pintu surga dan tidak satu pintupun
tertutup
4. lalu ada suara yang menyeru: “Wahai pencari kebaikan,
sambutlah! Dan wahai pencari keburukan, cukuplah!
5. Dan Allah mempunyai orang-orang yang dimerdekakan dari neraka
dan yang demikian itu pada setiap malam!”.
(Hadits riwayat Tirmidzi, dishahihkan di dalam kitab Shahih Al
Jami’)
Oleh sebab inilah…
Jangan biarkan bulan Ramadhan ini berlalu begitu saja sebelum kita
diampuni dan dimerdekakan oleh Allah Ta’ala dari api neraka.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « رَغِمَ
أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَىَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ
دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ
أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ
الْجَنَّةَ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh sangat terhina dan rendah
seseorang yang disebutkanku, lalu dia tidak bershalawat atasku, Sungguh sangat
terhina dan rendah seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan
tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya), Sungguh sangat
terhina dan rendah seseorang yang mendapati kedua orangtuanya lalu keduanya
tidak memasukkannya ke dalam surga”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al
Albani di dalam kitab Shahih Al jami’)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ،
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم صَعِدَ الْمِنْبَرَ ، فَقَالَ :
آمِينَ ، آمِينَ ، آمِينَ ، فَقِيلَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، إِنَّكَ حِينَ صَعِدْتَ
الْمِنْبَرَ قُلْتَ : آمِينَ ، آمِينَ ، آمِينَ ؟ قَالَ : إِنَّ جِبْرِيلَ آتَانِي
فَقَالَ : مَنْ أَدْرَكَ شَهْرَ رَمَضَانَ فَلَمْ يُغَفَرْ لَهُ فَدَخَلَ النَّارَ
فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ ، قُلْ آمِينَ فَقُلْتُ : آمِينَ ، وَمَنْ أَدْرَكَ
أَبَوَيْهِ ، أَوْ أَحَدَهُمَا فَلَمْ يُبِرَّهُمَا فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ
فَأَبْعَدَهُ اللَّهُ ، قُلْ : آمِينَ ، فَقُلْتُ : آمِينَ ، وَمَنْ ذُكِرْتَ
عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ فَمَاتَ فَدَخَلَ النَّارَ فَأَبَعْدَهُ اللَّهُ , قُلْ : آمِينَ , قُلْتُ : آمِينَ.
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah naik ke atas mimbar, lalu
bersabda: “Amin, amin, amin”, lalu beliau ditanya: “Wahai Rasulullah,
sesungguhnya ketika engkau naik ke atas mimbar, engkau mengucapkan: “Amin,
amin, amin”, kenapa?”, beliau menjawab: “Sesungguhnya Jibril telah mendatangiku,
lalu berkata: “Siapa yang mendapati bulan Ramadhan lalu tidak diampuni baginya,
maka akhirnya masuk neraka dan dijauhkan Allah (dari surga), katakanlah: “Amin
(Kabulkanlah, Ya Allah)”, maka akupun mengucapkan: “Amin”, lalu Jibril berkata
lagi: “Siapa mendapati kedua orangtuanya atau salah satunya dan tidak berbakti
kepada keduanya, lalu dia mati dan tidak diampuni baginya, maka akhirnya masuk
neraka dan dijauhkan Allah (dari surga)”, katakanlah: “Amin”, maka akupun
mengucapkan: “Amin”, Jibril berkata lagi: “Siapa yang disebutkan aku lalu dia
tidak bershalawat atasku, lalu dia mati dan tidak diampuni baginya, maka
akhirnya masuk neraka dan dijauhkan Allah (dari surga)”, katakanlah: “Amin”,
maka akupun mengucapkan: “Amin”. (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan di dalam
kitab Shahih Al Jami’)
Maksud dari : “رغم أنف”
(Sungguh sangat terhina dan rendah), ini adalah sebuah ungkapan yang
menunjukkan kepada kiasan tentang puncaknya kehinaan dan kerendahan seseorang
karena dia tidak menggunakan kesempatan sebaik-baiknya. (Lihat kitab Mir’at Al
Mafatih Syarh Misykat Al Mashabih, karya Ubaidullah Al Mubarakfury)
Maksud dari: “…seseorang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian
berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya)”, adalah:
“Berlalu bulan Ramadhan sebelum diampuni baginya dosa-dosanya
karena dia tidak bertaubat dan tidak mengagungkan bulan Ramadhan dengan
bersungguh-sungguh di dalam ketaatan sehingga diampuni baginya dosa-dosanya”.
(Lihat kitab Tuhfat Al Ahwadzi, karya Muhammad Al Mubarakfury)
“Sungguh terhina seseorang yang mengetahui bahwa, kalau dia
menahan dirinya dari hawa nafsu selama sebulan pada setiap tahun, dan
mengerjakan apa yang diwajibkan baginya yaitu berupa puasa dan shalat tarawih,
maka akan diampuni dosanya yang telah lalu, tetapi dia malah meremehkan dan
tidak beribadah (sebagaimana mestinya), sampai selesai dan berlalu bulan
tersebut. Maka siapa yang mendapati kesempatan yang sangat besar ini, yaitu
dengan mengerjakannya karena iman dan mengharapkan pahala, maka Allah akan
memuliakannya, sedangkan yang tidak mengagungkan-Nya maka Allah akan
menghinakan dan merendahkannya”. (Lihat kitab Faidh Al Qadir Syarh Al Jami’ Ash
Shaghir, karya Al Munawi)
Para pembaca yang budiman…
Sekali lagi ketauhilah…semoga kita selalu dalam rahmat-Nya.
Bulan Ramadhan cuma sebulan, maka jangan biarkan dia berlalu tanpa
kita isi dengan amal ibadah dan ketaatan kepada Allah karena iman dan berharap
pahala dari-Nya.
Terakhir…sebagai peringatan! Hadits tentang bulan Ramadhan yang
berbunyi:
وَهُوَ
شَهْرٌ أَوَّلُهُ رَحْمَةٌ، وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَةٌ، وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ
النَّارِ
Artinya: “Dan dia adalah bulan pertamanya rahmat, pertengahannya
ampunan dan akhirnya kemerdekaan dari apin neraka”.
Hadits ini derajatnya mungkar, yaitu hadits lemah menyelisihi
hadits yang shahih, karena di dalamnya ada seorang perawi yang bernama Ali bin
Zaid bin Jad’an, Imam Ahmad mengatakan dia adalah perawi yang lemah, Ibnu
Khuzaimah mengatakan: “Aku tidak bersandar dengan haditsnya karena lemahnya
hapalannya”, disamping itu riwayat ini menyelisihi hadits shahih yang
disebutkan di atas, yang mana kemerdekaan dari api neraka di setiap malam bulan
Ramadhan. (Lihat kitab Silsilat Al Ahadist Adh Dha’ifah wa Al Maudu’ah, no.
871)
Wallahu a’lam.
Ahmad Zainuddin
Sabtu, 22 Sya’ban 1432H
Dammam, KSA
BAGIAN KE-5: PUASA BUKAN SEKEDAR MENAHAN MAKAN DAN MINUM
Oleh: Ustadz Abu Abdillah Ahmad Zain, Lc
بسم الله
الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و
آله و صحبه أجمعين, أمابعد:
Para pembaca budiman… Jika Anda berpuasa maka berpuasalah juga
dari:
1. Dusta, saksi palsu dan yang semisalnya.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ
وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ » .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang tidak meninggalkan perkataan
dusta dan perbuatannya, maka Allah tidak mempunyai sebuah keperluanpun untuk
meninggalkan makan dan minumnya”. (HR. Bukhari)
Ibnu Hajar rahimahullah berkata: “Maksud dari “قول الزور” (Qaul Az zur): Perkataan dusta. (Lihat
kitab fath Al Bari)
2. Perkataan dan perbuatan sia-sia: Ghibah, mengadu domba dan
semisalnya.
3. Perkataan dan perbuatan yang menjurus kepada meningkatkan
syahwat dan hawa nafsu seksual; berkata-kata porno, berbuat porno, melihat
wanita/lelaki tidak menutup aurat yang bukan mahramnya baik berupa media cetak
atau elektronik.
عَنْ
أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- :« لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرْبِ
إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ. فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ
جَهِلَ عَلَيْكَ فَقَلْ : إِنِّى صَائِمٌ ».
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukanlah puasa hanya menahan makan dan
minum tetapi sesungguhnya puas juga menahan dari perbuatan sia-sia dan Ar
Rafats, dan jika ada seorang yang menghinamu datau berbuat bodoh kepadamu, maka
katakanlah: “Aku sedang berpuasa”. (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al Baihaqi serta
dishahihkan di dalam kiatb Shahih At Targhib wa At Tarhib)
Maksud dari: “الرفث” (Ar
Rafats): adalah perkataan jorok atau porno dan kadang disebutkan dengan arti
bersetubuh dan segala bentuk mukaddimah, kadang juga disebutkan dengan arti
seorang wanita dan segala yang berkaitan dengannya”. (Lihat kitab Fath Al Bari)
4. Perkataan dan perbuatan kasar: seperti berkelahi, bertengkar,
berseteru dan yang semisalnya atau mencaci, mencela, menghina, melaknat,
mengangkat suara karena bertengkar dan semisalnya.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- :«… وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ
يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ
إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “…Dan jika pada hari puasa
salah seorang dari kalian, maka janganlah dia berbuat ar rafats dan yastkhab,
dan jika seorang mencelanya atau memeranginya maka katakanlah: “Aku adalh
seorang yang berpuasa”. (HR. Bukhari)
Maksud dari: “يصخب”
(yashkhab): Mencela, mencaci maki, melaknat, mengangkat suara karena bertengkar
dan semisalnya. (Lihat kitab Fath Al Bari)
Jadi…kalau berpuasa, maka berpuasa jugalah, pendengaran,
penglihatan dan lisanmu!
وقال
جابر – رضي الله عنه –
(إذا صمت فليصم سمعك، وبصرك، ولسانك، عن الكذب،
والمحارم، ودع أذى الجار، وليكن عليك وقار وسكينة يوم صومك، ولا تجعل يوم صومك
ويوم فطرك سواء))
Artinya: “Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: “Jika Anda berpuasa
maka puasakanlah pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu dari dusta, janganlah
menyakiti tetangga, hendaknya kamu penuh ketenangan dan wibawa pada hari
puasamu dan jangan jadikan hari puasamu sama dengan hari berbukamu”. (Lihat
kitab Lathaif al Ma’arif, karya Ibnu rajab Al Hambaly)
Jaga lisanmu, jaga lisanmu, jaga lisanmu…maka kamu selamat!
عَنْ
عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «
مَنْ صَمَتَ نَجَا ».
Artinya: “Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang diam maka dia
selamat”. (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash
Shahihah, no. 536)
Tulisan Ini semua bertujuan agar puasa kita tidak hanya
mendapatkan lapar dan haus saja tanpa tidak mendapat pahala.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوعُ وَالْعَطَشُ ، ورُبَّ
قَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ قِيَامِهِ السَّهَرُ “.
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Berapa banyak orang yang berpuasa
bagiannya dari puasanya hanyalah lapar dan haus saja dan berapa banyak orang
yang bangun malam untuk beribadah bagiannya hanya bedagang”. (HR. Ibnu
Khuzaimah dan Ahmad serta di shahihkan di dalam kitab Shahih Al jami’, no.
4390)
Jika puasanya tidak juga berpuasa dari hal-hal yang diharamkan
maka seperti orang yang mengerjakan amalan sunnah tapi meninggalkan amalan
wajib.
قال ابن رجب رحمه الله: ((أن التقرّب إلى الله
تعالى بترك المباحات لايكمل إلا بعد التقرب إليه بترك المحرمات،فمن ارتكب
المحرّمات ثم تقرّب بترك المباحات كان بمثابة من يترك الفرائض ويتقرّب بالنوافل)) .
Artinya: “Berkata Ibnu Rajab Al Hambaly rahimahullah: “Bahwa
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dengan meninggalkan hal-hal yang
diperbolehkan tidak akan sempurna, melainkan setelah mendekatkan diri
kepada-Nya dengan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, maka barangsiapa yang
mengerjakan hal-hal yang diharamkan kemudian mendekatkan diri dengan meninggalkan
hal-hal yang diperbolehkan adalah seperti seseorang yang meninggalkan
perkara-perkara wajib dan mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan-amalan
sunnah”.
Dan para pembaca sekalian…berpuasa adalah meninggalkan hal-hal
yang diperbolehkan seperti makan dan minum serta syahwat kepada istrinya.
Jadi… BERPUASALAH YANG BUKAN HANYA MENINGGALKAN MAKAN DAN MINUM.
Wallahu Al Muwaffaiq.
Ahmad Zainuddin
Sabtu, 22 Sya’ban
Dammam, KSA.
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------