التناصح
في الله
|
At Tanasuh Fillah
|
Materi Kajian Malam Jum`at, 17 Mei 2012
|
Ust. Abu Fahmi / Ust. Junika
|
MANUSIA SANGAT BUTUH TERHADAP DUA KEHIDUPAN
KEHIDUPAN
PERTAMA:
Kehidupan
badan (jasadi, badani), yang dengan nya maka manusia mendapat suatu yang bermanfaat maupun yang
merugikan dirinya.
Dan
dengan nya pula, manusia lebih
mengutamakan sesuatu yang memberikan manfaat pada nya, dan apabila kehidupan jasadi
ini berkurang pada diri nya maka ia akan
merasakan sakit dan lemah, gundah gulana dan keluh kesah.
KEHIDUPAN
KEDUA:
Kehidupan
Rohani dan Hati – setelah adanya kehidupan jasadi - nya, yang dengan kehidupan ruhani ini, manusia mampu
membedakan antara yang haq dengan yang batil, yang bengkok dan yang lurus, hidayah
dan kesesatan, maka ia pun akan memilih
kebenaran dan hidayah, ketimbang penyimpangan
dan kesesatan.
Maka
kehidupan seperti ini, mampu memberi kekuatan untuk membedakan antara yang
bermanfaat dengan yang mudharat, kekuatan iman, dan kekuatan untuk mencintai
kebenaran dan membenci kebatilan.
Sebagaimana
kita ketahui, bahwa tak ada kehidupan jasadi pada manusia sampai benar-benar
Malaikat meniupkan ruh ke dalam dirinya, dan begitu pula tak aka nada kehidupan
ruhani dan hati sampai benar-benar Allah mengutus seorang Rasul-Nya yang
meniupkan ruh berupa wahyu (al Qur’an).
52.
Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami.
sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula
mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang
Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami.
dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. QS
Asy Syura : 52.
Dengan
adanya gabungan kehidupan, antara kehidupan jasadi dan kehidupan ruh penerangan
cahaya, yang ditiupkan dari rasul
Malaikat dan rasul Nabi.
Barang
siapa yang mendapat dua tiupan ini, maka dia telah mengumpulkan dua kehidupan
pada dirinya sekaligus, dan Allah telah menghimpun baginya kehidupan dan
cahaya.
Dan
ada juga yang hanya mendapat satu tiupan saja,
122.
Dan Apakah orang yang sudah mati[*] kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan
kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di
tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada
dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya?
Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah
mereka kerjakan. QS Al An`am : 122.
[*]
Maksudnya ialah orang yang telah mati hatinya Yakni orang-orang kafir dan
sebagainya.
ALLAH
TELAH MENCIPTAKAN
DUA
KEHIDUPAN BAGI MANUSIA
Manusia
mengalami dua fase kehidupan, yaitu:
1.
Kehidupan yang dimulai sejak
kandungan dan berahkir dengan kematian,
2.
Kehidupan setelah dibangkitkan
manusia dari kematiannya (kuburnya) sampai waktu yang tidak ada ahkir nya.
Dimana orang mukmin hidup kekal di Surga dan orang kafir hidup abadi di Neraka.
QS at Taghabun : 2
Dia-lah yang menciptakan
kamu Maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. dan
Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
QS at Taghabun : 2
Adapun
kehidupan yang paling tinggi adalah
kehidupan para Nabi dan Rasul, yang mana mereka mengisinya secara tulus dan
ikhlas semata menjalankan perintah Allah dan mentaati Nya, beribadah dan
berdakwah, dan juga disertai dengan tawakkal yang sempurna kepada Nya. Lalu disusul selanjut nya oleh kehidupan
para shahabatnya, kemudian para Tabiin
dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik.
Jika
hati terbebas dari dominasi kepentingan kehidupan duniawi, harta dan kekuasaan,
lalu hati nya selalu terpaut pada kepentingan akhirat dan mempersiapkan diri
nya untuk menghadap Allah, maka pada saat itulah awal pembuka hati dan terpancarnya cahaya (imani).
Maka
pada saat itulah hati seorang hamba akan tergerak untuk mengetahui apa-apa yang
dicintai Allah yang dengannya mampu mendekatkan diri pada Allah, dan dia
berusaha mengetahui apa-apa yang dibenci Allah untuk ia jauhinya. Kondisi
seperti ini merupakan pertanda dari ketulusan nya, maka setiap orang yang
meyakini akan perjumpaannya dengan Allah dan ia akan ditanya atas perbuatan nya
maka pasti ia akan mempersiapkan diri nya untuk mengenal sang Khaliq dan
menempuh jalan untuk sampai pada Nya.
Jika
seorang hamba memiliki sifat ini maka ia akan dibukakan pintu lezat dan manis
nya untuk ber-khalwat (menyendiri) dengan Allah, maka pada saat itulah Allah
menggabungkan antara kekuatan hati hamba dan keinginan (kehendak) Nya.
Kemudian
dibukakan bagi nya kelezatan dalam beribadah, dan seakan-akan ia tidak pernah
kenyang dari nya, karena ia telah mendapatkan kelezatan dan kebahagiaan yang
lebih besar dan berlipat dari apa yang didapatkan nya pada permainan dan hal
yang sia-sia, jika ia dalam keadaan salat seakan ia tida mau berhenti dari nya.
Kemudian
dibukakan bagi nya pintu kelezatan dalam mendengar perkataan (Kalam) Allah, dan
ia pun tidak bosan dari nya. Jika ia mendengar Kalam Allah hati nya menjadi
tenang, seperti hal nya bayi yang yang diberi sebuah makanan.
Kemudian
dibukakan bagi nya pintu untuk melihat keagungan Allah yang Maha sempurna, yang
dengan nya ia akan melupakan segala sesuatu karena agung dan sempurna nya
kekuasaan Allah itu.
Kemudian
dibukakan bagi nya pintu malu terhadap Allah, dan sifat ini merupakan
cahaya yang dianugrahkan Allah kepada hati hamba, yang dengan nya ia selalu merasa
dalam pengawasan Allah, maka ia pun akan malu dalam setiap keadaan nya, dan
dengan nya pula ia akan merasa selalu melihat Allah yang bersemayam di atas Arsy
Nya, yang selalu melihat hamba Nya, yang Mahamendengarkan suara, maka pada saat
ituah akan hilang sifat ambisi terhadap dunia, dan dia akan berada pada
lindungan Rab nya, yang selalu ia lihat dari hati nya.
Selanjutnya
baginya akan dibukakan pintu untuk
mengakui kekuasaan Allah, sehingga ia akan mengetahui bahwa yang mengatur
seluruh mahluk di muka bumi ini hanya Allah. Jika ia tetap dalam keadaan seperti ini, maka
ia tidak akan menoleh dan mengharapkan sesuatu kecuali dibukakan bagi nya
sesuatu yang lebih tinggi dari yang ada pada diri nya saat ini.
Maka
hati nya pun tetap berada di bawah tiupan Malaikat, yang selalu memancar kan
cahaya kemuliaan, sehingga batin nya pun akan memancarkan cahaya seperti air
yang terpancar dari sumber nya, dan ia pun akan mendapatkan jiwa nya berada di
puncak ketinggian yang tidak ada sesuatu di atas nya, yang demikian inilah
tujuan hidup orang mukmin sebagaimana Allah gambarkan dalam firmanNya berikut :
QS an Najm: 42.
Dan
inilah inti dari ibadah, yaitu perjalanan menuju akhirat yang ditempuh dengan
hati seperti hal nya perjalanan dunia yang ditempuh dengan kedua kaki.
Kemudian
Allah menaikkan derajat nya dan memperlihatkan padanya cahaya kemuliaan, dan
dalam keadaan inilah ia akan merasakan kecintaan yang khusus untuk hati dan
jiwa, maka hati pun akan tetap berada di bawah naungan sang kekasih dan
dzat yang berbuat baik pada nya- Allah Jalla Jalaluhu -
Maka
orang yang dicintai Allah, akan naik derajat nya seperti derajat para nabi, para
nabi akan melihat Allah di surga seperti mereka melihat bulan purnama, karena
tinggi nya derajat mereka, dan kedekatan mereka terhadap Allah SWT.
Dan
seseorang akan (dikumpulkan) bersama orang yang dicintai nya, setiap perbuatan
pasti ada balasan nya, dan balasan cinta adalah cinta dan kedekatan, maka
beruntunglah pemilik hati seperti ini.
Wahai
hati yang terhalang akan cahaya keindahan , dan agung nya Dzat yang Esa, manusia
pada saat ini terfitnah dengan harta, penampilan, dan jabatan. Dan mereka tersiksa
sebelum mendapatkan semua itu, dan pada saat mendapatkan nya, begitu pula pada
saat setelah mendapatkan nya.
Dan
orang yang paling tinggi kedudukan nya adalah yang terlena dengan bidadari surga,
dan mereka yang menikmati kenikmatan surga dari makanan, minuman , nikah dan
pakaian .
Dan
kapan kita sampai kepada derajat yang tinggi seperti ini ?
Jika
mengidamkan bidadari dan nikmat surga harus didapatkan dengan mencintai Allah
semata, maka kenapa kita mengutamakan kelezatan dunia dari perintah-perintah
Allah?
15. Hai manusia,
kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan
sesuatu) lagi Maha Terpuji.
16. Jika Dia
menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru
(untuk menggantikan kamu).
17. Dan yang
demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.
18. Dan orang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[1]. dan jika seseorang yang berat
dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu Tiadalah akan
dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum
kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang
takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya[2] dan mereka
mendirikan sembahyang. dan Barangsiapa yang mensucikan dirinya, Sesungguhnya ia
mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan kepada Allahlah kembali(mu).
QS Fathir : 15-18.
[1]
Maksudnya: masing-masing orang memikul dosanya sendiri-sendiri.
[2]
Sebagian ahli tafsir menafsirkan bil ghaib dalam ayat ini ialah ketika
orang-orang itu sendirian tanpa melihat orang lain.
Dalam
tafsir Ibnu Katsir disebutkan, bahwa naksud dari ayat di atas adalah “Allah SWT
menegaskan bahwa Dia Mahakaya dan tidak membutuhkan siapa dan apapun. Seluruh
makhluk tunduk patuh di bawah perintah Nya. Allah berfirman, “Hai manusia,
kamulah yang berkehendak kepada Allah.”
Yakni seluruh makhluk membutuhkannya dalam seluruh gerakan dan diam mereka.
Sedangkan Dzat Allah SWT tidak membutuhkan mereka. Oleh karena itu Allah
berfirman, “Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha
Terpuji”. (Tafsir Ibnu Katsir, Asbab Nuzul, hal 415, Jabal Raudloh Jannah).
Jelas
bahwa yang berkehendak untuk mendapatkan berbagai nikmat Allah adalah hamba itu
sendiri, kita sebagai manusia, yaitu melalui ibadah dengan tulus dan ikhlas
semata kepada-Nya, dan memalingkan dari seluruh peribadatan yang ditujukan
kepada selain Dia. Sebagaimana Allah berfirman:
17. Tak seorangpun
mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai Balasan
bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.
QS As Sajdah: 17,
15. Sesungguhnya
orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila
diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud[1] seraya bertasbih
dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
16. Lambung mereka
jauh dari tempat tidurnya [2] dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan
penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami
berikan. QS as Sajdah: 15-16.
[1] Maksudnya mereka sujud kepada Allah
serta khusyuk. Disunahkan mengerjakan sujud tilawah apabila membaca atau
mendengar ayat-ayat sajdah yang seperti ini.
[2] Maksudnya mereka tidak tidur di waktu
biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam.
Diriwayatkan
dari Mu`daz bin Jabal Ra dia berkata, “Kami melakukan perjalanan bersama
Rasulullah Saw, aku berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah, ceritakan kepada kami
tentang amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada surge dan menjauhkan kami
dari neraka”, beliau menjawab, “Engkau bertanya tentang sesuatu yang sangat
besar, dan hal itu akan mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Swt. Ia
adalah : Engkau menyembah Allah Swt dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu
apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadlan, dan
melaksanakan haji”, kemudian beliau bersabda, “Maukah aku tunjukkan pintu
gerbang segala kebaikan ? Puasa adalah perisai, sedekah dapat menghapuskan
kesalahan dan shalatnya seseorang di penghujung malam”. Lalu beliau membaca
ayat 16 dari surat al Baqarah:
16.
Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah
beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. QS Al
Baqarah : 16. (Tafsir IBnu Katsir, Asbab Nuzul, Jabal Raudloh Jannah)
Abu Huirairah Ra berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Allah
Swt berfirman, Aku telah mempersiapkan untuk hamba-hamba Ku yang shalih suatu
kenikmatan yang belum di dengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di
dalam hati manusia,” Dan Abu Hurairah Ra berkata, Bacalah bila kalian masih
penasaran, ‘Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk
mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati….” (as Sajdah :
17). HR Bukhari-Muslim. (Tafsir al Wajiiz li Kitabillah al `Aziz, Syaikh Usamah
ar Rifa’ii).
Maka tidaklah pantas kedudukan yang mulia ini kecuali
bagi orang-orang yang mengedepankan cinta Allah dan rindu pada Nya di atas segala
cinta pada selain Nya,
Ketahuilah barang siapa yang mendapatkan kedudukan ini,
maka yakinlah ia akan mendapat nikmat yang tertinggi berupa bidadari, istana
dan nikmat-nikmat surga lainnya.
Hamba seperti inilah yang cinta nya tulus walaupun ia
mengharapkan kebaikan dunia dan akhirat, seperti firman Allah :
28.
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di
pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah
kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta
menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. QS al Kahfi :
28
Inilah hakikat ikhlas yaitu ketergantungan hati kepada Allah
dengan sempurna.
Hamba seperti ini yang
selalu dinaikkan derajat nya oleh Allah setingkat demi setingkat sampai ia
berada pada derajat tertinggi, ataupun ketika ia mati pahala nya pada sisi
Allah.
Maka kebahagiaan yang
tertinggi adalah orang yang menghadap
Rabb nya, dan tidak menoleh kepada selain Nya, seraya berkhalwat dengan Allah.
Perkara ini adalah perkara yang paling diidamkan dari nikmat surga. Dan seseorang yang keinginannya kepada selain
Allah itu kuat, maka ia akan dihalangi dari Allah sesuai keinginannya itu.
Hal ini bukan berarti
manusia tidak boleh mengharapkan sesuatu dari Allah, ataupun dia boleh
meremehkan sesuatu yang di agungkan Allah berupa nikmat surga, berupa bidadari,
makanan, tempat tinggal dan lain – lain, akan tetapi maksud dari kalimat di
atas adalah sekalipun Surga dan Neraka itu tidak ada, maka tetap saja ia tidak
terhalang dari Dzat Rabb (dalam mencintainya, beribadah kepada Nya dan
berkholwat kepada Nya.
Seandai nya tidak
diwajibkan mencintai Allah kecuali karena Allah adalah sang Pencipta (Khaliq), dan
Raja (Malik) bagi hamba dan keutamaan nama – nama dan sifat Nya , keindahan dan
keagungan Nya…
Bukankah hati manusia
telah difitrahkan untuk mencintai gambar yang indah ?, Namun seorang muslim
diperintahkan untuk menutup mata nya, supaya gambar tersebut tidak membekas
dalam hati nya dan ia pun mengagungkan nya yang dengan nya ia akan terhalang
untuk melihat muka indah sang Khaliq Allah Subhanahu wa Ta`ala (kelak di Surga).
Semua rasa cinta selain
kepada Allah adalah memalingkan sesuatu
kepada yang bukan hak nya, dan menyebabkan hati menjadi sakit yang dengan nya Allah
menyiksa nya, karena ia telah menyelewengkan
fitrah yang telah difitrahkan pada nya dari mencintai ilahul Haq
(ma`budul haq).
Nikmat yang paling tinggi
di surga adalah melihat Allah, dan menggapai kecintaan dan keridhaan nya, oleh karena itu kesibukan penduduk surga dalam hal
ini lebih agung dari segala sesuatu, seperti dalam hadits,
Kenikmatan ini tidak melalaikan
penduduk surga untuk melakukan hal
tersebut karena kenikmatan nya melebihi segala sesuatu.
Dan tuhan mereka
memberi ucapan selamat kepada mereka, Allah
melihat mereka, dan mereka pun melihat Allah. Dan Allah bersemayam di atas `Arsy
nya yang merupakan atap firdaus, mereka tidak melirik nikmat selama mereka
melihat Allah sampai mereka terhalang nya, dan tinggal cahaya dan berkah atas mereka.
Jiwa yang mulia menyembah
Allah karena Allah lah yang berhak untuk diibadahi dan dimuliakan, dicintai dan
diagungkan, dipuji dan di hormati, karena memang hanya Dzat Allah sajalah yang
berhak untuk ibadah.
Janganlah menjadi seperti
pegawai yang jelek, jika ia diberi upah ia bekerja, jika belom dikasih maka ia
pun tidak kerja, ini adalah hamba upah bukan hamba yang dilandasi cinta dan
keinginan.
`AARIFUN adalah orang yang
bekerja untuk mendapatkan kedudukan dan derajat yang tinggi, dan UMMAL yang
beramal untuk mendapat pahala dan imbalan, dan sangat jauh perbedaan antara
kedua nya.
Bukan arti nya kita tidak
boleh meminta surga, karena hamba butuh dengan nya, namun yang dicela adalah
menjadikan puncak tujuan ilmu dan puncak keinginan nya adalah surga itu
sendiri, dan dia lalai akan hakikat ibadah kepada Allah.
Dan supaya dia tidak
menyembah Allah hanya untuk mengharap kebaikan dari hasil ibadah nya tersebut, dan
harus tujuan utama nya adalah Allah.
Allah Subhanahu wa Ta`ala
melihat hati setiap hamba, dan barang siapa hati nya bergantung kepada selain Nya
maka iblis akan menguasai hati nya, Allah berfirman
83.
Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada
orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma'siat dengan
sungguh-sungguh?, QS Maryam : 83
Barang siapa yang mengenal
Allah maka kehidupan nya akan bahagia dan suci, dan Allah akan memberikan nya
segala sesuatu, dan akan dihilangkan rasa takut dari nya, dan hati nya selalu
gembira dengan Allah,dan manusia pun gembira bersama nya.
Dan barang siapa yang
mengenal Alah dia tidak mengharapkan sesuatu selain kepada allah, dan Allah
akan mencintai nya sejauh mana ia mencintai, takut, harap, dzikir, dan malu nya
kepada Allah.
Dan barang siapa yang
menjadikan dunia tujuan utama nya maka ia harus siap menanggung banyak musibah.
PECINTA DUNIA TIDAK TERLEPAS DARI TIGA BENCANA
Kegelisahan yang
menghantui, ia akan selalu capek, dan kerugian yang tak ada ujung nya.
Yang demikian karena
pecinta dunia tidak akan puas dan mengharapkan sesuatu yang lebih banyak,
seandai nya anak Adam mempunyai dua lembah niscaya dia tidak akan puas dan
mengharapkan yang ketiga.
Pecinta dunia seperti
pemabuk, semakin banyak ia meminum arak
maka semakin tambah pula mabuk nya. Orang yang paling
bahagia di dunia dan akhirat adalah orang yang beriman , bertakwa, dan ikhlas, yaitu
orang yang mengerjakan amalan tidak mengharap kecuali ridho Allah,
Allah berfirman:
17.
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,
18.
Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,
19.
Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus
dibalasnya,
20.
Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang
Maha tinggi.
21.
Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan. QS al Lail : 17-21
Mereka itu adalah para
Nabi dan yang berjalan di atas hidayah bimbingan mereka.
Orang-orang yang bertakwa
tidak selayak nya membebankan kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan nya
atau menanggung beban nya, jika ada yang membantunya maka segera diganti dengan
kebaikan semisal nya, supaya tidak ada suatu kenikmatan pun yang ada pada diri
nya yang didapatkan dari orang lain. Dan supaya segala amalan nya tulus untuk
Allah, ia tidak mengerjakan apapun kecuali mengharap ridho Allah.
Sedangkan orang yang
mengharap kenikmatan dari orang lain , maka ia akan melakukan apapun yang akan
diperintahkan pada nya dan meninggalkan apa yang dilarang nya.
Semua orang yang memberi
kenikmatan bisa untuk dibalas kecuali nikmat islam, barang siapa yang diberikan
nikmat islam maka ia tidak akan bisa membalas orang yang menunjuki nya (kepada)
jalan islam.
Oleh karena itu tidak
seharus nya seorang mengharap kenikmatan dari orang lain karena ini bagian dari
kesempurnaan ikhlas, supaya semua aktifitas nya hanya mengharap ridha allah
Ini yang dijanjikan oleh
allah dalam firman nya (Lihat QS al Lail: 21 di atas).
Semua itu akan terealisasi
dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul nya.
Allah berfirman:
69.
Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu:
Nabi-nabi, Para shiddiiqiin [*], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.
70.
Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.
QS
An Nisa’ : 69-70.
[*]
Ialah: orang-orang yang Amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan
Inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam
surat Al Faatihah ayat 7.
-----------------------
Sumber Kajian:
Mausu`ah Fiqhil Quluub,
Syaikh Ibrahim at Tuwaijiri / Syaikh Ali bin Nayif Asy Syahuud,
Pasal “Fiqhud Dunya wal
Akhirah – sub : wal Ihsan mudltharrun ilaa Nau`in minal Hayah.
BERBAGAI
KONDISI MANUSIA DI DUNIA
7.
Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) Pertemuan
dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram
dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,
8.
Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.
QS
Yunus : 7-8
9.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka
diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya[670], di bawah mereka
mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.
QS
Yunus: 9
[670]
Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan amal-amal yang
menyampaikan surga.
2.
Dia-lah yang menciptakan kamu Maka di antara kamu ada yang kafir dan di
antaramu ada yang mukmin. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
QS
at Tahghabun : 2
Manusia
sejak menginjakkan kakinya di muka bumi, maka ia berstatus sebagai Musafir
menuju Rabb-nya, dengan tenggang waktu perjalanan yang telah ditetapkan sesuai
jatah umurnya. Sepanjang malam dan siangnya, ia berkelana menampaki tahap demi
tahap safarnya, dari satu tahapan menunju ke tahapan berikutnya dan seterusnya
sampai garis finis safarnya (yaitu kematian).
Hamba
yang cerdas lagi kreatif adalah siapa saja yang menjadikan seluruh tahapan yang
berada di hadapannya, berhasrat kuat untuk memetiknya, dengan sedlamat dan
mendapatkan hasilnya. Maka ia itu uakin begitu pendeknya usia (kesempatan) dan
begitu cepatnya fase itu berlalu, ia pun begitu mudah meraih amal. Ia senantiasa
melakukan hal seperti itu sepanjang tahapan umurnya, usahanya patut mendapat
pujian, terus mendulang untuk persediaan pada saat yang terlewatkan
dan ketika mebutuhkannya.
Manusia
Dalam Mengisi Fase-Fase tersebut
Terbagi
Menjadi Dua Golongan:
Golongan
pertama:
Mereka
yang melaluinya seperti halnya musafir menuju Dar asy syaqa’ (negeri
kesengsaraan), maka setiap mereka melalui fase tersebut semakin dekatlah mereka
menuju negeri itu, dan semakin jauh dari Rabb mereka, dar dari negerio
kemuliaan Nya. Mereka menjalani fase-fasenya dengan hal-hal yang mendapatkan
murka Allah, memusuhi rasul-rasul Nya, para wali Nya dan Dien-Nya.
8.
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi
Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir
membencinya". QS Ash Shaff : 8
Mereka
itu termasuk golongan seburuk-buruknya manusia (makhluk), yang telah menjadikan
hari-hari dan malam-malam mereka menjadi fase-fase menjalani safar menuju
negeri yang mereka ciptakan bagi mereka, dan melakukan perkerjaan dengan
kesia-siaan, mereka bersekongkol ( bersahabat) dengan syaithan-syaithan yang
dikirim kepada mereka, berjalan menuju manzilah mereka, yaitu ke neraka,
sebagai Allah berfirman:
83.
Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada
orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma'siat dengan
sungguh-sungguh ?, QS Maryam : 83
Golongan
Kedua :
Mereka
yang meniti jalan dalam safarnya, fase demi fase mereka tempuh berjalan menuju
Allah Swt dan menuju Negeri Keselamatan/Kedamaian (Dar as Salam), mereka ini
terbagi lagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
zhalim
linafsihi, muqtashidun, dan saabiqun bil khairat bi idznillah.
Mereka itu semuanya mempersiapkan diri untuk sebuah perjalanan (safar) panjang,
mereka yakin akan kembali ke pangkuan ilahi Rabbi. Namun mereka beraneka ragam
dalam sisi kelebihan satu dengan lainnya. Seperti firman Allah berikut:
32.
Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan[*] dengan izin Allah. yang demikian itu adalah
karunia yang Amat besar. QS Fathir : 32
[*]
Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang
lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah
orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang
dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah
orang-orang yang kebaikannya Amat banyak dan Amat jarang berbuat kesalahan.
Terdapat
4 jenis Upaya dan pergerakan hamba dalam kehidupan tersebut,
25.
Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, 26. Kemudian Sesungguhnya
kewajiban Kami-lah menghisab mereka. Qs Al Ghasyiyah : 25-26
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------