التناصح في الله
At Tanasuh Fillah
Materi Kajian Malam Jum`at, 17 Mei 2012
Ust. Abu Fahmi / Ust. Junika
MANUSIA SANGAT BUTUH TERHADAP DUA KEHIDUPAN

KEHIDUPAN PERTAMA:
Kehidupan badan (jasadi, badani), yang dengan nya maka manusia  mendapat suatu yang bermanfaat maupun yang merugikan dirinya.
Dan dengan nya pula, manusia  lebih mengutamakan sesuatu yang memberikan manfaat pada nya, dan apabila kehidupan jasadi ini  berkurang pada diri nya maka ia akan merasakan sakit dan lemah, gundah gulana dan keluh kesah.

KEHIDUPAN KEDUA:
Kehidupan Rohani dan Hati – setelah adanya kehidupan jasadi -  nya,  yang dengan kehidupan ruhani ini, manusia mampu membedakan antara yang haq dengan yang batil, yang bengkok dan yang lurus, hidayah dan kesesatan, maka ia pun  akan memilih kebenaran dan hidayah, ketimbang penyimpangan  dan kesesatan.
Maka kehidupan seperti ini, mampu memberi kekuatan untuk membedakan antara yang bermanfaat dengan yang mudharat, kekuatan iman, dan kekuatan untuk mencintai kebenaran dan membenci kebatilan.
Sebagaimana kita ketahui, bahwa tak ada kehidupan jasadi pada manusia sampai benar-benar Malaikat meniupkan ruh ke dalam dirinya, dan begitu pula tak aka nada kehidupan ruhani dan hati sampai benar-benar Allah mengutus seorang Rasul-Nya yang meniupkan ruh berupa wahyu (al Qur’an).

52. Dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. QS Asy Syura : 52.
Dengan adanya gabungan kehidupan, antara kehidupan jasadi dan kehidupan ruh penerangan cahaya,  yang ditiupkan dari rasul Malaikat dan rasul Nabi.
Barang siapa yang mendapat dua tiupan ini, maka dia telah mengumpulkan dua kehidupan pada dirinya sekaligus, dan Allah telah menghimpun baginya kehidupan dan cahaya.
Dan ada juga yang hanya mendapat satu tiupan saja,

122. Dan Apakah orang yang sudah mati[*] kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan. QS Al An`am : 122.
[*] Maksudnya ialah orang yang telah mati hatinya Yakni orang-orang kafir dan sebagainya.

ALLAH TELAH MENCIPTAKAN
DUA KEHIDUPAN BAGI MANUSIA

Manusia mengalami dua fase kehidupan, yaitu:
1.    Kehidupan yang dimulai sejak kandungan dan berahkir dengan kematian,
2.    Kehidupan setelah dibangkitkan manusia dari kematiannya (kuburnya) sampai waktu yang tidak ada ahkir nya. Dimana orang mukmin hidup kekal di Surga dan orang kafir hidup abadi di Neraka. QS at Taghabun : 2
Dia-lah yang menciptakan kamu Maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
QS at Taghabun : 2

Adapun  kehidupan yang paling tinggi adalah kehidupan para Nabi dan Rasul, yang mana mereka mengisinya secara tulus dan ikhlas semata menjalankan perintah Allah dan mentaati Nya, beribadah dan berdakwah, dan juga disertai dengan  tawakkal yang sempurna  kepada Nya. Lalu disusul selanjut nya oleh kehidupan para shahabatnya,  kemudian para Tabiin dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik.
Jika hati terbebas dari dominasi kepentingan kehidupan duniawi, harta dan kekuasaan, lalu hati nya selalu terpaut pada kepentingan akhirat dan mempersiapkan diri nya untuk menghadap Allah, maka pada saat itulah  awal pembuka hati dan terpancarnya cahaya (imani).
Maka pada saat itulah hati seorang hamba akan tergerak untuk mengetahui apa-apa yang dicintai Allah yang dengannya mampu mendekatkan diri pada Allah, dan dia berusaha mengetahui apa-apa yang dibenci Allah untuk ia jauhinya. Kondisi seperti ini merupakan pertanda dari ketulusan nya, maka setiap orang yang meyakini akan perjumpaannya dengan Allah dan ia akan ditanya atas perbuatan nya maka pasti ia akan mempersiapkan diri nya untuk mengenal sang Khaliq dan menempuh jalan untuk sampai pada Nya.
Jika seorang hamba memiliki sifat ini maka ia akan dibukakan pintu lezat dan manis nya untuk ber-khalwat (menyendiri) dengan Allah, maka pada saat itulah Allah menggabungkan antara kekuatan hati hamba dan keinginan (kehendak) Nya.
Kemudian dibukakan bagi nya kelezatan dalam beribadah, dan seakan-akan ia tidak pernah kenyang dari nya, karena ia telah mendapatkan kelezatan dan kebahagiaan yang lebih besar dan berlipat dari apa yang didapatkan nya pada permainan dan hal yang sia-sia, jika ia dalam keadaan salat seakan ia tida mau berhenti dari nya.
Kemudian dibukakan bagi nya pintu kelezatan dalam mendengar perkataan (Kalam) Allah, dan ia pun tidak bosan dari nya. Jika ia mendengar Kalam Allah hati nya menjadi tenang, seperti hal nya bayi yang yang diberi sebuah makanan.
Kemudian dibukakan bagi nya pintu untuk melihat keagungan Allah yang Maha sempurna, yang dengan nya ia akan melupakan segala sesuatu karena agung dan sempurna nya kekuasaan Allah itu.
Kemudian dibukakan bagi nya pintu malu terhadap Allah, dan sifat ini merupakan cahaya yang dianugrahkan Allah kepada hati hamba, yang dengan nya ia selalu merasa dalam pengawasan Allah, maka ia pun akan malu dalam setiap keadaan nya, dan dengan nya pula ia akan merasa selalu melihat Allah yang bersemayam di atas Arsy Nya, yang selalu melihat hamba Nya, yang Mahamendengarkan suara, maka pada saat ituah akan hilang sifat ambisi terhadap dunia, dan dia akan berada pada lindungan Rab nya, yang selalu ia lihat dari hati nya.
Selanjutnya baginya akan dibukakan  pintu untuk mengakui kekuasaan Allah, sehingga ia akan mengetahui bahwa yang mengatur seluruh mahluk di muka bumi ini hanya Allah.  Jika ia tetap dalam keadaan seperti ini, maka ia tidak akan menoleh dan mengharapkan sesuatu kecuali dibukakan bagi nya sesuatu yang lebih tinggi dari yang ada pada diri nya saat ini.
Maka hati nya pun tetap berada di bawah tiupan Malaikat, yang selalu memancar kan cahaya kemuliaan, sehingga batin nya pun akan memancarkan cahaya seperti air yang terpancar dari sumber nya, dan ia pun akan mendapatkan jiwa nya berada di puncak ketinggian yang tidak ada sesuatu di atas nya, yang demikian inilah tujuan hidup orang mukmin sebagaimana Allah gambarkan dalam firmanNya berikut : QS an Najm: 42.
Dan inilah inti dari ibadah, yaitu perjalanan menuju akhirat yang ditempuh dengan hati seperti hal nya perjalanan dunia yang ditempuh dengan kedua kaki.
Kemudian Allah menaikkan derajat nya dan memperlihatkan padanya cahaya kemuliaan, dan dalam keadaan inilah ia akan merasakan kecintaan yang khusus untuk hati dan jiwa, maka hati pun akan tetap berada di bawah naungan sang kekasih dan dzat yang berbuat baik pada nya- Allah Jalla Jalaluhu -
Maka orang yang dicintai Allah, akan naik derajat nya seperti derajat para nabi, para nabi akan melihat Allah di surga seperti mereka melihat bulan purnama, karena tinggi nya derajat mereka, dan kedekatan mereka terhadap Allah SWT.
Dan seseorang akan (dikumpulkan) bersama orang yang dicintai nya, setiap perbuatan pasti ada balasan nya, dan balasan cinta adalah cinta dan kedekatan, maka beruntunglah pemilik hati seperti ini.
Wahai hati yang terhalang akan cahaya keindahan , dan agung nya Dzat yang Esa, manusia pada saat ini terfitnah dengan harta, penampilan, dan jabatan. Dan mereka tersiksa sebelum mendapatkan semua itu, dan pada saat mendapatkan nya, begitu pula pada saat setelah mendapatkan nya.
Dan orang yang paling tinggi kedudukan nya adalah yang terlena dengan bidadari surga, dan mereka yang menikmati kenikmatan surga dari makanan, minuman , nikah dan pakaian .
Dan kapan kita sampai kepada derajat yang tinggi seperti ini ?
Jika mengidamkan bidadari dan nikmat surga harus didapatkan dengan mencintai Allah semata, maka kenapa kita mengutamakan kelezatan dunia dari perintah-perintah Allah?
15. Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
16. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu).
17. Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.
18. Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[1]. dan jika seseorang yang berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul dosanya itu Tiadalah akan dipikulkan untuknya sedikitpun meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya[2] dan mereka mendirikan sembahyang. dan Barangsiapa yang mensucikan dirinya, Sesungguhnya ia mensucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. dan kepada Allahlah kembali(mu). QS Fathir : 15-18.

[1] Maksudnya: masing-masing orang memikul dosanya sendiri-sendiri.
[2] Sebagian ahli tafsir menafsirkan bil ghaib dalam ayat ini ialah ketika orang-orang itu sendirian tanpa melihat orang lain.

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan, bahwa naksud dari ayat di atas adalah “Allah SWT menegaskan bahwa Dia Mahakaya dan tidak membutuhkan siapa dan apapun. Seluruh makhluk tunduk patuh di bawah perintah Nya. Allah berfirman, “Hai manusia, kamulah  yang berkehendak kepada Allah.” Yakni seluruh makhluk membutuhkannya dalam seluruh gerakan dan diam mereka. Sedangkan Dzat Allah SWT tidak membutuhkan mereka. Oleh karena itu Allah berfirman, “Allah Dialah Yang Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”. (Tafsir Ibnu Katsir, Asbab Nuzul, hal 415, Jabal Raudloh Jannah).

Jelas bahwa yang berkehendak untuk mendapatkan berbagai nikmat Allah adalah hamba itu sendiri, kita sebagai manusia, yaitu melalui ibadah dengan tulus dan ikhlas semata kepada-Nya, dan memalingkan dari seluruh peribadatan yang ditujukan kepada selain Dia. Sebagaimana Allah berfirman:
17. Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai Balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.
QS As Sajdah: 17,
15. Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud[1] seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
16. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya [2] dan mereka selalu berdoa kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa apa rezki yang Kami berikan. QS as Sajdah: 15-16.

[1] Maksudnya mereka sujud kepada Allah serta khusyuk. Disunahkan mengerjakan sujud tilawah apabila membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah yang seperti ini.
[2] Maksudnya mereka tidak tidur di waktu biasanya orang tidur untuk mengerjakan shalat malam.

Diriwayatkan dari Mu`daz bin Jabal Ra dia berkata, “Kami melakukan perjalanan bersama Rasulullah Saw, aku berkata kepadanya, “Wahai Rasulullah, ceritakan kepada kami tentang amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada surge dan menjauhkan kami dari neraka”, beliau menjawab, “Engkau bertanya tentang sesuatu yang sangat besar, dan hal itu akan mudah bagi orang yang dimudahkan oleh Allah Swt. Ia adalah : Engkau menyembah Allah Swt dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa di bulan Ramadlan, dan melaksanakan haji”, kemudian beliau bersabda, “Maukah aku tunjukkan pintu gerbang segala kebaikan ? Puasa adalah perisai, sedekah dapat menghapuskan kesalahan dan shalatnya seseorang di penghujung malam”. Lalu beliau membaca ayat 16 dari surat al Baqarah:
16. Mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. QS Al Baqarah : 16. (Tafsir IBnu Katsir, Asbab Nuzul, Jabal Raudloh Jannah)

Abu Huirairah Ra berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Allah Swt berfirman, Aku telah mempersiapkan untuk hamba-hamba Ku yang shalih suatu kenikmatan yang belum di dengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di dalam hati manusia,” Dan Abu Hurairah Ra berkata, Bacalah bila kalian masih penasaran, ‘Maka tidak seorangpun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati….” (as Sajdah : 17). HR Bukhari-Muslim. (Tafsir al Wajiiz li Kitabillah al `Aziz, Syaikh Usamah ar Rifa’ii). 
Maka tidaklah pantas kedudukan yang mulia ini kecuali bagi orang-orang yang mengedepankan cinta Allah dan rindu pada Nya di atas segala cinta pada selain Nya,
Ketahuilah barang siapa yang mendapatkan kedudukan ini, maka yakinlah ia akan mendapat nikmat yang tertinggi berupa bidadari, istana dan nikmat-nikmat surga lainnya.
Hamba seperti inilah yang cinta nya tulus walaupun ia mengharapkan kebaikan dunia dan akhirat, seperti firman Allah :
28. Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas. QS al Kahfi : 28
Inilah hakikat  ikhlas yaitu ketergantungan hati kepada Allah dengan sempurna.
Hamba seperti ini yang selalu dinaikkan derajat nya oleh Allah setingkat demi setingkat sampai ia berada pada derajat tertinggi, ataupun ketika ia mati pahala nya pada sisi Allah.

Maka kebahagiaan yang tertinggi  adalah orang yang menghadap Rabb nya, dan tidak menoleh kepada selain Nya, seraya berkhalwat dengan Allah. Perkara ini adalah perkara yang paling diidamkan dari nikmat surga.  Dan seseorang yang keinginannya kepada selain Allah itu kuat, maka ia akan dihalangi dari Allah sesuai keinginannya itu. 
Hal ini bukan berarti manusia tidak boleh mengharapkan sesuatu dari Allah, ataupun dia boleh meremehkan sesuatu yang di agungkan Allah berupa nikmat surga, berupa bidadari, makanan, tempat tinggal dan lain – lain, akan tetapi maksud dari kalimat di atas adalah sekalipun Surga dan Neraka itu tidak ada, maka tetap saja ia tidak terhalang dari Dzat Rabb (dalam mencintainya, beribadah kepada Nya dan berkholwat kepada Nya.
Seandai nya tidak diwajibkan mencintai Allah kecuali karena Allah adalah sang Pencipta (Khaliq), dan Raja (Malik) bagi hamba dan keutamaan nama – nama dan sifat Nya , keindahan dan keagungan Nya…
Bukankah hati manusia telah difitrahkan untuk mencintai gambar yang indah ?, Namun seorang muslim diperintahkan untuk menutup mata nya, supaya gambar tersebut tidak membekas dalam hati nya dan ia pun mengagungkan nya yang dengan nya ia akan terhalang untuk melihat muka indah sang Khaliq Allah Subhanahu wa Ta`ala (kelak di Surga).
Semua rasa cinta selain kepada Allah adalah memalingkan  sesuatu kepada yang bukan hak nya, dan menyebabkan hati menjadi sakit yang dengan nya Allah menyiksa nya, karena ia telah menyelewengkan  fitrah yang telah difitrahkan pada nya dari mencintai ilahul Haq (ma`budul haq).
Nikmat yang paling tinggi di surga adalah melihat Allah, dan menggapai kecintaan dan keridhaan nya, oleh  karena itu kesibukan penduduk surga dalam hal ini lebih agung dari segala sesuatu, seperti dalam hadits,
Kenikmatan ini tidak melalaikan penduduk surga untuk melakukan  hal tersebut karena kenikmatan nya melebihi segala sesuatu.

Dan tuhan mereka memberi  ucapan selamat kepada mereka, Allah melihat mereka, dan mereka pun melihat Allah. Dan Allah bersemayam di atas `Arsy nya yang merupakan atap firdaus, mereka tidak melirik nikmat selama mereka melihat Allah sampai mereka terhalang nya, dan tinggal cahaya  dan berkah atas mereka.
Jiwa yang mulia menyembah Allah karena Allah lah yang berhak untuk diibadahi dan dimuliakan, dicintai dan diagungkan, dipuji dan di hormati, karena memang hanya Dzat Allah sajalah yang berhak untuk ibadah.
Janganlah menjadi seperti pegawai yang jelek, jika ia diberi upah ia bekerja, jika belom dikasih maka ia pun tidak kerja, ini adalah hamba upah bukan hamba yang dilandasi cinta dan keinginan.

`AARIFUN adalah orang yang bekerja untuk mendapatkan kedudukan dan derajat yang tinggi, dan UMMAL yang beramal untuk mendapat pahala dan imbalan, dan sangat jauh perbedaan antara kedua nya.
Bukan arti nya kita tidak boleh meminta surga, karena hamba butuh dengan nya, namun yang dicela adalah menjadikan puncak tujuan ilmu dan puncak keinginan nya adalah surga itu sendiri, dan dia lalai akan hakikat ibadah kepada Allah.
Dan supaya dia tidak menyembah Allah hanya untuk mengharap kebaikan dari hasil ibadah nya tersebut, dan harus tujuan utama nya adalah Allah.
Allah Subhanahu wa Ta`ala melihat hati setiap hamba, dan barang siapa hati nya bergantung kepada selain Nya maka iblis akan menguasai hati nya, Allah berfirman

83. Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma'siat dengan sungguh-sungguh?, QS Maryam : 83


Barang siapa yang mengenal Allah maka kehidupan nya akan bahagia dan suci, dan Allah akan memberikan nya segala sesuatu, dan akan dihilangkan rasa takut dari nya, dan hati nya selalu gembira dengan Allah,dan manusia pun gembira bersama nya.
Dan barang siapa yang mengenal Alah dia tidak mengharapkan sesuatu selain kepada allah, dan Allah akan mencintai nya sejauh mana ia mencintai, takut, harap, dzikir, dan malu nya kepada Allah.
Dan barang siapa yang menjadikan dunia tujuan utama nya maka ia harus siap menanggung banyak musibah.

PECINTA DUNIA TIDAK TERLEPAS DARI TIGA BENCANA
Kegelisahan yang menghantui, ia akan selalu capek, dan kerugian yang tak ada ujung nya.
Yang demikian karena pecinta dunia tidak akan puas dan mengharapkan sesuatu yang lebih banyak, seandai nya anak Adam mempunyai dua lembah niscaya dia tidak akan puas dan mengharapkan yang ketiga.
Pecinta dunia seperti pemabuk, semakin banyak ia meminum arak  maka semakin tambah pula mabuk nya. Orang yang paling bahagia di dunia dan akhirat adalah orang yang beriman , bertakwa, dan ikhlas, yaitu orang yang mengerjakan amalan tidak mengharap kecuali ridho Allah,
Allah berfirman:
17. Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu,
18. Yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya,
19. Padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya,
20. Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha tinggi.
21. Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan. QS al Lail : 17-21

Mereka itu adalah para Nabi dan yang berjalan di atas hidayah bimbingan mereka.
Orang-orang yang bertakwa tidak selayak nya membebankan kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhan nya atau menanggung beban nya, jika ada yang membantunya maka segera diganti dengan kebaikan semisal nya, supaya tidak ada suatu kenikmatan pun yang ada pada diri nya yang didapatkan dari orang lain. Dan supaya segala amalan nya tulus untuk Allah, ia tidak mengerjakan apapun kecuali mengharap ridho Allah.
Sedangkan orang yang mengharap kenikmatan dari orang lain , maka ia akan melakukan apapun yang akan diperintahkan pada nya dan meninggalkan apa yang dilarang nya.
Semua orang yang memberi kenikmatan bisa untuk dibalas kecuali nikmat islam, barang siapa yang diberikan nikmat islam maka ia tidak akan bisa membalas orang yang menunjuki nya (kepada) jalan islam.
Oleh karena itu tidak seharus nya seorang mengharap kenikmatan dari orang lain karena ini bagian dari kesempurnaan ikhlas, supaya semua aktifitas nya hanya mengharap ridha allah
Ini yang dijanjikan oleh allah dalam firman nya (Lihat QS al Lail: 21 di atas).
Semua itu akan terealisasi dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul nya.
Allah berfirman:
69. Dan Barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, Yaitu: Nabi-nabi, Para shiddiiqiin [*], orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya.
70. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan Allah cukup mengetahui.
QS An Nisa’ : 69-70.
[*] Ialah: orang-orang yang Amat teguh kepercayaannya kepada kebenaran rasul, dan Inilah orang-orang yang dianugerahi nikmat sebagaimana yang tersebut dalam surat Al Faatihah ayat 7.

-----------------------
Sumber Kajian:
Mausu`ah Fiqhil Quluub, Syaikh Ibrahim at Tuwaijiri / Syaikh Ali bin Nayif Asy Syahuud,
Pasal “Fiqhud Dunya wal Akhirah – sub : wal Ihsan mudltharrun ilaa Nau`in minal Hayah.

























BERBAGAI KONDISI MANUSIA DI DUNIA
7. Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) Pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,
8. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.
QS Yunus : 7-8
9. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya[670], di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam syurga yang penuh kenikmatan.
QS Yunus: 9

[670] Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk mengerjakan amal-amal yang menyampaikan surga.
2. Dia-lah yang menciptakan kamu Maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
QS at Tahghabun : 2

Manusia sejak menginjakkan kakinya di muka bumi, maka ia berstatus sebagai Musafir menuju Rabb-nya, dengan tenggang waktu perjalanan yang telah ditetapkan sesuai jatah umurnya. Sepanjang malam dan siangnya, ia berkelana menampaki tahap demi tahap safarnya, dari satu tahapan menunju ke tahapan berikutnya dan seterusnya sampai garis finis safarnya (yaitu kematian).
Hamba yang cerdas lagi kreatif adalah siapa saja yang menjadikan seluruh tahapan yang berada di hadapannya, berhasrat kuat untuk memetiknya, dengan sedlamat dan mendapatkan hasilnya. Maka ia itu uakin begitu pendeknya usia (kesempatan) dan begitu cepatnya fase itu berlalu, ia pun begitu mudah meraih amal. Ia senantiasa melakukan hal seperti itu sepanjang tahapan umurnya, usahanya patut mendapat pujian, terus mendulang untuk persediaan pada saat yang terlewatkan
 dan ketika mebutuhkannya.

Manusia Dalam Mengisi Fase-Fase tersebut
Terbagi Menjadi Dua Golongan:

Golongan pertama:
Mereka yang melaluinya seperti halnya musafir menuju Dar asy syaqa’ (negeri kesengsaraan), maka setiap mereka melalui fase tersebut semakin dekatlah mereka menuju negeri itu, dan semakin jauh dari Rabb mereka, dar dari negerio kemuliaan Nya. Mereka menjalani fase-fasenya dengan hal-hal yang mendapatkan murka Allah, memusuhi rasul-rasul Nya, para wali Nya dan Dien-Nya.
8. Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya". QS Ash Shaff : 8
Mereka itu termasuk golongan seburuk-buruknya manusia (makhluk), yang telah menjadikan hari-hari dan malam-malam mereka menjadi fase-fase menjalani safar menuju negeri yang mereka ciptakan bagi mereka, dan melakukan perkerjaan dengan kesia-siaan, mereka bersekongkol ( bersahabat) dengan syaithan-syaithan yang dikirim kepada mereka, berjalan menuju manzilah mereka, yaitu ke neraka, sebagai Allah berfirman:
83. Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat ma'siat dengan sungguh-sungguh ?, QS Maryam : 83

Golongan Kedua :
Mereka yang meniti jalan dalam safarnya, fase demi fase mereka tempuh berjalan menuju Allah Swt dan menuju Negeri Keselamatan/Kedamaian (Dar as Salam), mereka ini terbagi lagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
zhalim linafsihi, muqtashidun, dan saabiqun bil khairat bi idznillah. Mereka itu semuanya mempersiapkan diri untuk sebuah perjalanan (safar) panjang, mereka yakin akan kembali ke pangkuan ilahi Rabbi. Namun mereka beraneka ragam dalam sisi kelebihan satu dengan lainnya. Seperti firman Allah berikut:
32. Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan[*] dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar. QS Fathir : 32
[*] Yang dimaksud dengan orang yang Menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya Amat banyak dan Amat jarang berbuat kesalahan.
Terdapat 4 jenis Upaya dan pergerakan hamba dalam kehidupan tersebut,
25. Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka, 26. Kemudian Sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka. Qs Al Ghasyiyah : 25-26







0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------