TAKDIR DAN KEHENDAK ALLAH SERTA CARA MENGHADAPINYA
Tanya Jawab Aqidah Ahlus sunnah, Syaikh Hafizh al Hakami
134.Tanya:
Dalil-dalil apa saja yang menegaskan keimanan terhadap takdir?

Jawab:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“... karena Allah hendak melakukan suatu urusan yang mesti dilaksanakan ...”(Al Anfaal: 44).
“... dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi.” (Al Ahzaab: 37).
“... dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.” (Al Ahzaab: 38).
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya ...”(Al Hadiid: 22).
“Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, Maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah ...”(Ali ‘Imraan: 166).
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun’. Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Al Baqarah: 156-157).
Masih banyak ayat Allah yang berhubungan dengan masalah takdir, sebagaimana juga terdapat didalam hadits Jibril ‘alaihissalam ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab masalah tentang iman: “... dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.”(Muttafaq ‘alaih). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pula:
“Ketahuilah, bahwa apa yang pasti akan menimpa kamu tidak akan meleset darimu dan apa yang tidak menimpamu tidak akan mengenaimu.”
“Dan jika suatu musibah menimpamu, maka janganlah engkau berkata: ‘Jika aku berbuat begini tentunya akan begitu dan begitu.’ Namun, katakanlah bahwa Allah telah menentukan takdir, dan apa-apa yang Dia kehendaki, maka Dia melakukannya.”
“Segala-galanya telah ditetapkan dengan suatu ketetapan (takdir yang tidak dapat diubah lagi), hingga pada persoalan kelemahan (ketidakmampuan) dan kemampuan (kecerdikan) kita.”(HR. Muslim).

135. Tanya:
Ada berapa tingkatan iman terhadap takdir itu?

Jawab:Iman terhadap takdir itu ada empat tingkatan. Pertama, mengimani ilmu Allah yang meliputi seluruh persoalan. Tak ada satu pun yang terlewat dari jangkauan ilmuNya sekalipun seberat atom yang ada dilangit maupun dibumi. Dia mengetahui seluruh ciptaanNya sebelum ciptaanNya Dia ciptakan, Dia mengetahui rezeki, ajal, perkataan, perbuatan, gerak-gerik dan diam, rahasia dan pengungkapan seluruh makhluk ciptaanNya, Dia pun mengetahui siapa diantara makhluk ciptaanNya yang akan masuk surga dan yang akan masuk neraka. Kedua, mengimani ketetapan catatan yang ada didalamnya terdapat data seluruh aktifitas makhluk ciptaanNya. Dialah yang mengadakan semuanya. Hal itu semua merupakan ukuran kadar keimanan kita terhadap Lauhul Mahfuzh dan Al Qalam. Ketiga, mengimani segala kehendak Allah (Masyiatullah) yang terlaksana dan kodratNya yang menyeluruh, baik menyangkut hal yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Semua peristiwa terjadi atas kehendak dan kodratNya. Segala yang Dia kehendaki akan terjadi dan segala yag tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“... dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.”(Faathir: 44).
Keempat, mengimani bahwa Allah subhanahu wata’ala adalah Pencipta segala sesuatu yang ada. Karenanya, tak ada sesuatu pun dilangit maupun dibumi atau yang ada diantara keduanya melainkan Allahlah penciptanya. Dia pula yang menciptakan segala bentuk aktifitas dan diamnya. Tiada Pencipta selain Dia; tak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia.

136.Tanya:
Apa yag menjadi dalil beriman terhadap seluruh ilmu Allah?

Jawab:
“Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”(Al Hasyr: 22).
“... dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.”(Ath Thalaaq: 12).
“... Katakanlah: ‘Pasti datang, demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib, Sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu. tidak ada tersembunyi daripada-Nya sebesar zarrahpun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)’.”(Saba’: 3).
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula) ...”(Al An’aam: 59).
“... Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan ...”(Al An’aam: 124).
“... ‘Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepadaNya)?’.”(Al An’aam: 53).
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah  dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”(An Nahl: 125).
“... Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?”(Al ‘Ankabuut: 10).
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: ‘Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui’.” (Al Baqarah: 30).
“...Dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, Padahal ia Amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(Al Baqarah: 216).
Didalam hadits shahih dikatakan:
Ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Apakah sekarang ini sudah bisa diketahui mana ahli surga dan mana ahli neraka?’ Rasulullah bersabda, “Ya”, lalu laki-laki itu bertanya lagi, ‘lalu untuk apakah orang beramal?’ Rasulullah menjawab, “Setiap orang beramal untuk apa yang telah dijadikan Allah baginya, atau untuk mencapai apa yang dimudahkan Allah baginya.”(HR. Bukhari-Muslim).
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang anak-anak kecil golongan musyrik, beliau bersabda:
          “Allah telah mengetahui tentang apa-apa yang mereka perbuat.”
Kemudian, didalam hadits Muslim lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah menciptakan bagi surga (itu) penghuninya, Allah menciptakan mereka untuk mengisi surga sejak mereka berada didalam tulang rusuk bapak-bapak mereka. Dan Allah juga menciptakan bagi neraka (itu) penghuninya, dan Allah menciptakan mereka untuk mengisinya sejak mereka berada dalam tulang rusuk bapak-bapak mereka.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda didalam hadits-hadits lainnya:
“Sungguh adakalanya seorang mengerjakan amal ahli surga pada lahirnya dalam pandangan sementara orang, padahal dia ahli neraka. Dan adakalanya seorang mengerjakan amal ahli neraka pada lahirnya menurut sementara orang yang menyaksikannya, padahal dia ahli surga.” (HR. Bukhari-Muslim).
          Ali radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Ketika kami mengikuti jenazah di Baqi’ Al Ghardad, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam duduk dan kami mengelilinginya. Beliau mengorek-ngorek tanah dengan tongkat kecil yang dipegangnya seraya bersabda, “Tiada seorangpun dari kalian, bahkan tiada suatu jiwa manusia melainkan sudah ditentukan tempatnya disurga atau neraka, nasib buruk atau baik.’ Kemudian seorang diantara yang mengelilingi beliau bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah tidak lebih baik kita menyerah saja pada ketentuan itu dan tidak usah beramal. Jikapun dia untung, dia akan sampai pada keberuntungannya, jika pun celaka, dia akan sampai pada kebinasaannya,’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Adapun orang yang bakal untung maka akan diringankan untuk mengamalkan perbuatan ahli sa’adah (yang berbahagia), sebaliknya jika dia celaka, maka ringan untuk melakukan perbuatan yang membinasakannya.’ Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat, ‘Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. dan Adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, Maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.(Al Lail: 5-10).

137.Tanya:
Apa yang menjadi dalil keimanan kepada catatan yang ada di Lauhul Mahfuzh?

Jawab:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“... Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab Induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).”(Yaasiin: 12).
“Berkata Fir'aun, ‘Maka Bagaimanakah Keadaan umat-umat yang dahulu?’ Musa menjawab: ‘Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku, di dalam sebuah kitab (Lauhul Mahfuzh), Tuhan Kami tidak akan salah dan tidak (pula) lupa’.”(Thaahaa: 51-52).
“... Dan tidak ada seorang perempuanpun mengandung dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya. dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah.”(Faathir: 11).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak ada seorangpun diantara kamu melainkan tempatnya telah ditentukan Allah subhanahu wata’ala, disurga atau dineraka. Dan telah ditetapkan oleh Allah sengsara atau bahagia.”(HR. Muslim).
Suraqah bin Malik berkata kepada Rasulullah:
‘Wahai Rasulullah, jelaskan kepada kami tentang dien (agama) ini, apakah kita diciptakan sekarang sesuai dengan amal hari ini; apakah semua sudah ditetapkan dan ketetapan telah ada di Lauhul Mahfuzh; apakah berkaitan dengan yang akan datang?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tidak, bahkan urusan itu (amal yang kita perbuat) telah tertera (di Lauhul Mahfuzh) dan kita berjalan menurut ketetapan tersebut.” Lalu Suraqah berkata lagi, ‘Lalu apa gunanya kita beramal?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Beramallah kalian, sebab semuanya dimudahkan (didalam riwayat lain dikatakan setiap yang melakukan perbuatan itu diringankan untuk mengerjakannya).”

138.Tanya:
Ada berapa takdir yang masuk dalam tingkatan iman terhadap Lauhul Mahfuzh ini?

Jawab:
Semuanya ada lima jenis takdir dan semuanya kembali kepada ilmu Allah. Pertama, catatan ketetapan setiap makhluk yang sudah Allah tetapkan 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi, yaitu ketika Allah menciptakan Al Qalam sebagai takdir azali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Allah ta’ala telah menetapkan segala ketetapan (takdir) bagi seluruh makhluk, lima puluh ribu tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi; dan (ketika itu) ‘Arsy Allah ta’ala berada diatas air.”(HR. Muslim).
Kedua, takdir umuuri (seumur hidup), yaitu tatkala makhluk diambil sumpah janjinya ‘alastu birabbikum’ (bukankah Aku ini Rabbmu?). Ketiga, masih takdir seumur hidup tatkala Allah menciptakan nuthfah (setetes mani) dirahim. Keempat, takdir Al Hauli (tahunan), yaitu pada setiap malam Qadar. Kelima, takdir harian sebagaimana firmanNya, “... Setiap waktu Dia dalam kesibukan.”(Ar Rahmaan: 29).

139.Tanya:
Bagaimana dalil yang menegaskan tentang takdir azali itu?

Jawab:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya ...”(Al Hadiid: 22).
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang penciptaan takdir sebelum lima puluh ribu tahun penciptaan langit dan bumi dapat juga dijadikan dalil. Selain itu, ada juga sabda-sabda beliau yang lain, misalnya:
“Sesungguhnya yang pertama Allah ciptakan adalah Al Qalam (pena), lalu Dia berfirman kepadanya, ‘Tulislah!’ Lalu pena itu menjawab, ‘Ya Rabb, apa yang harus aku tulis?’ Allah menjawab, “Tulislah ketetapan-ketetapan tentang segala sesuatu hingga hari kiamat’.”
          “Hai Abu Hurairah, Qalam telah kering ...”(HR. Bukhari).

140.Tanya:
Bagaimana dalil yang menegaskan tentang takdir seumur hidup?

Jawab:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah aku ini Tuhanmu?’ mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi’ ...” (Al A’raaf: 172).
Ishaq bin Rahawiyah meriwayatkan:
Seseorang telah berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah amal itu merupakan suatu perbuatan yang baru dimulai ataukah ketentuan yang telah pasti?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah telah mengeluarkan semua keturunan Adam dari punggung Adam, kemudian Allah menuang mereka dengan tanganNya, kemudian Dia menentukan mana bagian surga atau neraka. Adapun ahli surga, mereka diringankan dalam mengerjakan amal ahli surga, dan ahli neraka dimudahkan mengerjakan amal ahli neraka.”(HR. Ibnu Jarir dan Ibnu Mardawih).
Didalam Al Muwaththa’ dikatakan bahwa ‘Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu ditanya seseorang tentang surat Al A’raaf: 172. Dia menjawab:
“Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah menjadikan Adam ‘alaihissalam kemudian mengusap punggungnya dengan tangan kananNya dan mengeluarkan daripadanya keturunan. Lalu Allah berfirman, “Ini untuk surga dan akan mengamalkan amal ahli surga.” Kemudian mengusap kembali punggung Adam dan mengeluarkan keturunan lalu dikatakan ini bagian neraka dan dengan amal neraka mereka beramal.Lalu ada orang yang bertanya,‘Ya Rasulullah, jika demikian adanya, untuk apakah amalan itu?’ Beliau menjawab, ‘Jika Allah menjadikan seorang hamba untuk (masuk) surga, maka digunakan untuk mengerjakan amal ahli surga sehingga dia mati mengerjakan amal ahli surga dan masuk surga. Dan jika menjadikan seorang hamba untuk (masuk) neraka, maka digunakan untuk mengerjakan amal ahli neraka sehingga dia mati mengerjakan amal ahli neraka, maka masuklah ia kedalam neraka’.”(HR. Ahmad, Abu Dawud, An Nasaa’i, dan Turmudzi).
Dan didalam hadits Turmudzi dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar menemui kami sedang di kedua tanganya ada dua kitab. Lalu beliau bertanya, ‘Tahukah kalian tentang dua kitab ini?’ Kami serempak menjawab, ‘Tidak wahai Rasulullah, kecuali jika engkau memberitahukannya kepada kami.’ Lalu beliau bersabda, ‘Kitab yang ada di tangan kananku ini adalah kiab dari Rabb semesta alam yang didalamnya terdapat nama-nama ahli surga, nama bapak-bapak mereka, dan suku-suku mereka, kemudian dihimpunlah satu sama lainnya dan tidak ditambah atau dikurangi untuk selama-lamanya.’ Lalu beliau bersabda, ‘Kitab yang ada ditangan kiriku ini adalah catatan Rabb semesta alam yang didalamnya terdapat nama-nama ahli neraka, nama bapak-bapak mereka, dan nama suku-suku mereka, kemudian satu sama lain disatukan (didalam kitab ini) dengan tidak bertambah ataupun berkurang jumlahnya selama-lamanya.’ Lalu para sahabat berkata, ‘Jika semuanya telah beres (ditetapkan keputusannya) untuk apa kita beramal (didunia ini)?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Tingkatkanlah amalmu dengan baik dan lebih dekatlah dengan kebaikan sebab penghuni surga itu mengakhiri hidupnya dengan amal ahli surga sekalipun beramal apapun. Dan ahli neraka mengakhiri hidupnya dengan amal ahli neraka sekalipun beramal apapun.’ Kemudian beliau mencampakkan kedua kitab tadi dan bersabda, ‘Rabb kamu telah menyudahi dari hamba-hamba ini, sebagian ada disurga dan sebagian ada dineraka’.”(Menurut Turmudzi, hadits ini hasan, shahih, dan gharib).


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------