205 TANYA JAWAB AQIDAH AHLUS SUNNAH.
BAGIAN-14: BAB XV.
KEISTIMEWAAN DAN MU’JIZAT MUHAMMAD Shallallahu ‘alaihi wasallam.
095.
Tanya:
Mengapa Allah mengistimewakan nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dibandingkan nabi-nabi yang lain?

Jawab:
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki berbagai kekhususan sehingga menduduki posisi istimewa, diantaranya sebagai penutup para nabi. Selain itu, beliau pun adalah pemimpin (penghulu) anak cucu Adam, sebagaimana firman Allah berikut ini:
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat ...”(Al Baqarah: 253).

Ungkapan sebagian yang ditinggikan dimaksudkan kepada Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:
“Aku adalah penghulu (sayyid) anak cucu Adam dan tidak karena berbangga diri.”

Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pun diutus Allah untuk seluruh umat manusia dan jin sebagaimana difirmankan Allah berikut ini:

“Katakanlah: ‘Hai manusia Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, Yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia ...”(Al A’raaf: 158).

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”(Saba’: 28).

Dalam suatu riwayat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Demi Dzat Yang diriku ada ditanganNya, tak seorangpun dari umatku yang mendengar (seruanku), baik dia itu seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian mati dan tidak mengimani apa-apa yang aku diutus untuknya, kecuali dia itu termasuk ahli neraka.”
Masih banyak keistimewaan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallamyang tidak disebutkan disini, tetapi dapat kita temukan didalam nash lain.

096.
Tanya:
Apa yang dimaksud dengan mu’jizat para nabi itu?
Jawab:
Mu’jizat adalah perkara yang berada diluar kebiasan dan berhubungan dengan upaya penunjukan kekuasaan Allah dalam rangka mempertegas hujjah bagi golongan penentang. Sifat mu’jizat itu ada yang hissiyyah (inderawi), seperti keluarnya unta betina dari batu besar, berubahnya tongkat menjadi ular, keluarnya ucapan dari benda-benda mati, dan lain-lain serta bersifat ma’nawiyyah  yang hanya diakui oleh bashirah (mata hati), seperti Mu’jizat Al Qur’an. Mu’jizat-mu’jizat lain yang diberikan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, diantaranya adalah terbelahnya bulan, rindunya batang (pohon) kurma, memancarnya air dari sela-sela jemari beliau, berbicaranya lengan beliau, bertasbihnya makanan, dan mu’jizat-mu’jizat lain yang diriwayatkan dalam akhbar mutawatir dan shahih.

Pemberian mu’jizat tersebut, baik kepada Nabi Muhammad maupun nabi-nabi lain disesuaikan dengan tuntunan zaman ketika  itu dan sifatnya tidak semua kekal (kecuali untuk ditafakuri dan diambil hikmahnya). Mu’jizat Nabi Muhammad yang kekal adalah Al Qur’an yang keajaibannya tidak putus oleh perbedaan tempat dan zaman. Maha Benar Allah yang berfirman:
“Yang tidak datang kepadanya (Al Quran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.”(Fushshilat: 42).

097.
Tanya:
Dalil apa yang menegaskan masalah mu’jizat Al Qur’an?

Jawab:
Dalil tersebut diturunkan dalam rentang waktu lebih dari 20 tahun yang ditujukan untuk menjawab berbagai tantangan, baik dari kalangan kafir Quraisy ketika itu maupun dari generasi sesudahnya sepanjang masa.
Ketika itu, masyarakat Arab, khususnya Makkah, sangat membanggakan bahasa Arab sehingga mereka mengagumi orang yang pandai menyusun bahasa Arab dengan indah. Para pujangga berlomba-lomba menyajikan syair dan karangan yang terpilih diberi kehormatan untuk digantungkan didinding Ka’bah. Bersamaan dengan itulah, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam diutus dengan membawa Al Qur’an dalam bahasa yang mereka pahami tetapi tak dapat mereka tandingi dalam hal kekuatan kalamnya, balaghahnya, maupun ketinggian makna yang dikandungnya. Untuk itu, Allah subhanahu wata’ala berfirman:

“... Katakanlah: ‘(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar’.”(Huud: 13).
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain’.”(Al Israa’: 88).

“Atau (patutkah) mereka mengatakan ‘Muhammad membuat-buatnya’. Katakanlah: ‘(Kalau benar yang kamu katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar’.”(Yuunus: 38).
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.”(Ath Thuur: 34).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda:
“Tidak ada seorang nabi pun diantara para nabi kecuali dia diberi bukti-bukti keagungan Allah yang karenanya manusia beriman. Adapun yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah kepadaku. Aku berharap pada hari kiamat nanti aku mempunyai pengikut paling banyak.”(Shahihain).

Dalam menghadapi mu’jizat Al Qur’an ini, mausia berkelompok-kelompok, baik dari aspek lafazhnya maupun maknanya, begitu juga dengan berita-berita masa lampau maupun yang akan datang serta kejadian-kejadian gaib. Namun, pada dasarnya, mereka tak mampu menjangkaunya kecuali bagaikan burung yang mengambil sesuatu dengan paruhnya dilautan lepas.



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------