LANGKAH MENCAPAI TSABAT (TEGUH DALAM KEIMANAN) : BAG-2
Diantara rohmat dan kasih sayang Alloh SWT kepada kita adalah dengan dijelaskannya berbagai resep tsabat yang tercermin dalam Al Qur’an melalui Rosul-Nya juga di dalam Siroh Nabi-Nya. Di antara penjelasan-penjelasan itu antara lain:

(1). Akrab dengan Al Qur’an
Al Qur’an ‘Azhim merupakan resep utama untuk mencapai tsabat, sebab Al Qur’an merupakan tali penghubung yang kokoh antara hamba dengan Robbnya, dan juga merupakan cahaya yang jelas. Barangsiapa yang berpegang teguh kepadanya, niscaya Alloh akan memeliharanya dan barangsiapa yang mengikutinya, Alloh akan menyelamatkannya, dan barangsiapa yang mendakwahkannya maka Alloh akan menunjuki kepadanya jalan yang lurus.
Alloh SWT telah menjelaskan bahwa dengan diturunkannya Al Qur’an tidak sekaligus adalah untuk meneguhkan hati. Sebagaimana Alloh SWT berfirman dalam rangka membantah tuduhan orang-orang kafir:
Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS. Al Furqon : 32-33)

Lalu mengapa Al Qur’an dijadikan sebagai sumber untuk mencapai tsabat?
Pertama, Al Qur’an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa dengan berhubungan kepada Alloh.
Kedua, karena ayat-ayat tersebut diturunkan sebagai pendingin dan penyelamat hati seorang mukmin dan sebagai benteng dari hempasan badai fitnah, juga sebagai penentram hatinya dengan berdzikir kepada Alloh.
Ketiga, Al Qur’an membekali seseorang dengan persepsi dan konsepsi serta nilai-nilai yang dijamin kebenarannya, sehingga ia mampu menilai dan menimbang segala sesuatu serta kondisi yang ada di sekitarnya secara proporsional  dan benar, dan menjadikan ucapannya tidak bertentangan meskipun berbeda peristiwa dan orang yang dihadapi.
Keempat, Al Qur’an menjawab berbagai tuduhan yang dilontarkan oleh orang-orang kafir dan munafik serta musuh Islam yang lainnya.  Seperti yang pernah dialami oleh generasi pertama, misalnya:
--Apa pengaruh firman Alloh Azza Wajalla ini terhadap jiwa Rosululloh SAW: “Robb kamu tidaklah meninggalkan kamu dan tidak pula benci kepadamu.” (Ad Duha: 3), yaitu ketika orang-orang musyrik berkata: “Muhammad ditinggalkan......?
(lihat Shohih Muslim syarah Nawawi XII : 156)
--Apa pengaruh firman Alloh Azza Wajalla: “Padahal bahasa orang-orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Azam, sedangkan Al Qur’an dalam bahasa Arab yang terang” (An Nahl : 103). Yaitu pada saat orang-orang Quraisy nuduh bahwa Al Qur’an itu diajarka kepada Muhammad oleh seorang Romawi tukang besi di Mekkah.
--Apa pengaruh firman Alloh Azza Wajalla ini dalam jiwa orang-orang mukmin: “Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah” (At Taubah : 9) dan juga ketika orang-orang munafik berkata : “berilah saya izin (tidak ikut berperang) dan janganlah kamu jadikan aku terjerumus ke dalam fitnah

Bukankan semuanya itu untuk peneguh hati orang-orang mukmin, sebagai jawaban atas tuduhan ahli bathil? Sudah tentu ....
Sungguh Alloh telah menyiapkan bagi orang-orang mukmin ghonimah yang banyak, yang akan mereka peroleh sepulangnya dari Hudaibiyah (Ghonimah Khoibar). Sedangkan mereka pergi menuju Khoibar tanpa disertai yang lain (orang-orang munafik). Lalu orang-orang munafik memohon untuk ikut bersama mereka, namun orang-orang mukmin mengatakan, “sekali-kali kalian tidak boleh mengikuti kami”. Karena mereka akan tetap merubah janji Alloh, lalu mereka mengatakan kepada orang-orang mukmin, “sebenarnya kamu dengki kepada kami”. Kemudian Alloh menjawab pertanyaan mereka tersebut dengan firman-Nya “bahkan mereka tidak mengerti pembicaraan,” kemudian semuanya itu terjadi di hadapan orang-orang mukmin setapak demi setapak.

Dari sini kita dapat membedakan orang-orang yang akrab dengan Al Qur’an dan orang-orang yang menjadikan perkataan manusia sebagai dasar pijak kehidupannya. Orang-orang yang akrab dengan Al Qur’an mereka menyandarkan kehidupan padanya, membaca, menghafal dan merenunginya. Dan dari padanya mereka bertitik tolak dan kepadanya mereka bernaung.
Betapa agung sekiranya orang-orang yang menuntut ilmu menjadikan Al Qur’an dan tafsirnya sebagai bagian yang besar dari objeknya.

(2). Iltizam dengan Syariat Alloh dan Beramal Sholih
Alloh SWT berfirman:
Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan Ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki. (QS. Ibrohim : 27)
Qotadah berkata: adapun dalam kehidupan dunia Alloh meneguhkan mereka dengan kebaikan dan amal Sholih, dan yang dimaksud dengan kehidupan akhirat adalah alam kubur. (Tafsir Al Qur’anul ‘Azhim, Ibnu Katsir IV : 421)

Dan Sesungguhnya kalau Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampungmu", niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. dan Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka) (QS. An Nisa : 66)

Hal ini jelas sekali, kalau tidak apakah kita akan mengharapkan keteguhan dari orang-orang yang malas dan tidak  melakukan amal sholih bila mereka ditimpa bencana secara berkepanjangan? Namun bagi orang-orang yang beriman dan melakukan amal sholih, dengan keimanannya Alloh akan menunjukkan mereka kepada jalan yang lurus. Karenanya, Nabi SAW senantiasa tetap melakukan amal, dimana amal yang beliau senangi adalah amalan yang kontinyu sekalipun sedikit. Para sahabat beliau bila melakukan suatu amalan mereka akan menjaga agar amalan tersebut berjalan dengan kontinyu, demikian juga dengan Aisyah RA.
Rasulullah pernah bersabda:
Barangsiapa yang memelihara sholat dua belas rokaat (sunnah rowatib) ia dijamin masuk usrga.” (sunan Tirmidzi II : 273)

Dakam hadits Qudsi Alloh berfirman :
Hambaku akan senantiasa mendekatkan diri kepadaku dengan ibadah-ibadah nafilah hingga aku mencintainya.” (HR. Bukhori)

(3). Mempelajari dan Menghayati Kisah-kisah Para Nabi:
Tentang hal ini Alloh SWT berfirman:
Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS. Hud : 120)
Pada masa Rosululloh SAW, ayat tersebut tidaklah turun sekedar untuk main-main, namun untuk tujuan yang agung yaitu untuk meneguhkan hati Rosululloh SAW dan orang-orang mukmin yang bersamanya.

Wahai saudaraku, seandainya anda renungi dan resapi firman Alloh Azza Wajalla ini:
Mereka berkata: "Bakarlah Dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak". Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, Maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. (QS. Al Aniya’ : 68-70)
Ibnu Abbas berkata: perkataan Ibrahim yang terakhir ketika dilemparkan ke dalam api adalah حسبي الله ونعم الوكيل (cukuplah Alloh sebagai penolongku. Dia adalah sebaik-baiknya pelindung).
Seandainya anda renungi firman Alloh di atas, tidakkah anda rasakan makna tsabat  meresap dalam jiwa yaitu ketika berharap dengan para thogut dan pada saat menjalani siksaan-?
Juga tentang kisah Musa AS, Alloh SWT berfirman:

Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah Pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul". Musa menjawab: "Sekali-kali tidak akan tersusul; Sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku". (QS. Asy-Syu’ara’ : 61-62)

Bila anda merenungi kisah tersebut di atas, tidakkah anda merasakan makna tsabat di saat menghadapi orang-orang zholim, dan di saat genting di tengah-tengah orang yang pesimis?
Seandainya anda perhatikan kisah tukang sihirnya Firaun yang tegar dan teguh di atas kebenaran setelah nyata kebenaran tersebut. Tidakkah anda rasakan makna tsabat menghujam dalam jiwa ketika dihadapkan pada ancaman dan tantangan si zholim yang mengatakan, “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka Sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan Sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan Sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya". (QS. Thoha : 71)

Inilah ketegaran-ketegaran kaelompok kaum mukmin yang tidak dihinggapi penyakit membelot sedikitpun, dimana mereka mengatakan: Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada Kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. (QS. Thoha : 72)

Demikian juga kisah seorang mukmin di dalam Surah Yaasin, seorang mukmin dari pengikut Fir’aun serta Ashabul Ukhdud dan kisah-kisah lainnya. Masalah tsabat menjadi pelajaran yang agung secara keseluruhan.


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------