LANGKAH MENCAPAI TSABAT (TEGUH DALAM KEIMANAN) : BAG-3

(4). Banyak Berdoa Kepada Allah Jalla Jalaluh.
Di antara sifat hamba-hamba Alloh yang beriman, mereka memohon kepada Alloh supaya diberi keteguhan:
(mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)". (QS. Ali Imron : 8)
Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dan tentaranya) berdoa: "Ya Tuhan Kami, tuangkanlah kesabaran atas diri Kami, dan kokohkanlah pendirian Kami dan tolonglah Kami terhadap orang-orang kafir." (QS. Al Baqoroh : 250)
Rosululloh SAW menjelaskan, “Seluruh anak Adam terdapat di antara dua jemari dari jemari Ar Rohman (Alloh) bagai satu hati yang dapat Dia palingkan kemana saja yang Dia kehendaki (HR. Muslim dan Ahmad)

Oleh sebab itu, sangatlah wajar bila Rosululloh SAW banyak memanjatkan doa:
  يا مققلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas dien-Mu (HR. At Tirmidzi)

(5). Dzikir kepada Alloh
Dzikir kepada Alloh merupakan resep yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Perhatikanlah pemaduan dua hal (dzikir dan jihad) dalam firman Alloh Azza Wajalla ini:
ياأيهاالذين آمنوا إذا لقيتم فئة فاثبتوا واذكروا الله كثيرا
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (QS. Al Anfal : 45)

Dalam ayat tersebut Alloh menjadikan dzikrulloh sebagai resep ampuh untuk mencapai tsabat dalam jihad.

Dengan apa Yusuf AS, memohon bantuan untuk mencapai tsabat dalam menghadapi fitnah seorang wanita cantik  dan yang mempunyai kedudukan di saat beliau dirayu? Bukankah beliau berlindung dengan kalimat “ma’adzalloh” (aku berlindung kepada Alloh), lantas gejolak syahwatnya reda.
Demikianlah pengaruh dzikrulloh dalam memberikan keteguhan kepada orang-orang mukmin.

(6). Berusaha untuk menempuh jalan yang benar
Saru-satunya jalan yang benar yang harus ditempuh oleh seorang muslim adalah jalan Ahlussunnah wal Jama’ah jalannya golongan yang pasti mendapatkan pertolongan dan jalannya golongan yang selamat, yaitu jalannya penganut akidah yang murni, manhaj yang lurus dan pengikut sunnah serta jalannya penentang musuh-musuh Alloh dan ahli kebathilan.
Jika anda ingin mengetahui peran serta nilai masalah ii dalam memberikan tsabat peda seseorang, bertanyalah pada diri anda sendiri:
-Mengapa mayoritas orang-orang terdahulu maupun yang akan datang merasa bingung dan tidak teguh di atas jalan yang lurus, lalu meninggal dunia tidak berada di atas jalan tersebut?
-Mengapa mereka baru sampai (kesadarannya) kepada jalan tersebut setelah berlalu mayoritas umurnya dengan menyia-nyiakan waktunya yang berharga itu?

Anda lihat seseorang berpindah-pndah tempat dari satu tempat ke tempat lainnya yang notabene adalah tempat bid’ah da kesesatan. Anda lihat seseorang berpindah dari filsafat ke ilmu kalam, dari mu’tazilah ke ahli tahrif, dari kelompok ahli takwil ke murji’ah, dari th riqot ke dalam kelompok lain dan seterusnya dan seterusnya.

Demikianlah ahli bid’ah merasa kebingungan. Dan perhatikanlah bagaimana ahli kalam dicegah dari tsabat ketika meninggal dunia, dimana ulama salaf berkata, “Manusia yang paling ragu di saat meninggal dunia adalah ahli kalam.”

Akan tetapi coba anda pikirkan apakah ada ahli sunnah wal jama’ah yang membelot setelah mengetahui, memahami dan menalaninya? Mungkin juga ada yang meninggalkan karena hawa nafsu syahwatnya, atau karena adanya syubhat yang menimpa akalnya yang lemah, namun demikian dia tidak meninggalkannya, sebab dia telah melihat yang lebih benar dari padanya.
Sebagai bukti dari hal tersebut adalah dialog antara Heraclius dengan Abi Sufyan tentang pengikut Rosululloh SAW

Heraclius berkata kepada Abi Sufyan: “Apakah ada salah seorang pengikut Muhammad yang murtad karena rasa kebencian kepada diennya setelah dia masuk ke dalamnya?” “tidak ada”, jawab Abi Sufyan. Kemudian Heraclius berkata: “Demikianlah iman ketika telah menghujam je dalam hati.” (Al Fath: 32)

Banyak kita dengar para tokoh pindah dari ahli bid’ah kepada ahli sunnah wal jama’ah karena rasa bencinya kepada madzhab yang dianut sebelumnya, namun apakah kita pernah mendengar yang sebaliknya?
Maka bila anda menghendaki keteguhan (tsabat) dalam diri anda, anda wajib menempuh jalannya orang-orang yang mukmin.

(7). Menjalani Tarbyyah
Tarbiyah imaniyah, tarbiyah ilmiyah, tarbiyah wa’iyah dan tarbiyah yang bertahap merupakan faktor tsabat yang asasi.
Tarbiyah imaniyah adalah tarbiyah untuk menghidupi hati dengan rasa takut, roja’ dan mahabbah serta menghilangkan kekeringan hati yang muncul karena jauh dari nash Al Qur’an dan As Sunnah dan disebabkan karena berpegang kepada perkataan manusia.
Tarbiyah ilmiyah adalah tarbiyah yang berdasarkan pada dalil yang benar, dan menafikan taklid buta yang tercela.

Sedangkan tarbiyah wa’iyah adalah tarbiyah untuk mengetahui jalan orang-orang yang jahat, dan untuk mempelajari langkah da strategi musuh-musuh islam, serta untuk mengetahui fakta dan berbagai peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar.
Adapun tarbiyah yang bertahap adalah tarbiyah yang membawa seseorang setapak demi setapak menuju kesempurnaannya dengan program dan perencanaan yang matang, bukan tarbiyah yang sifatnya terburu-buru dan serabutan.

Untuk mengetahui urgensinya faktor ini dalam mencapai tsabat, selayaknya kita kembali merenungi siroh Rosululloh SAW
--Apa sumber tsabat dari para sahabat Nabi SAW di Makkah pada saat dan setelah penyiksaan?
--Bagaimana Bilal, Khobab, Mush’ab keluarga Yasir dan kaum Dhu’afa yang lain serta para tokoh sahabat bisa tegar dan tsabat dalam menghadapi pemboikotan?
--Apakah mereka mungkin bisa tsabat tanpa tarbiyah yang mendalam dibawah pengawasan Nabi SAW yang membuat kepribadian mereka cemerlang?
Kita ambil contoh seorang sahabat Khobbab bin Al Art sebagai misal.
Tuanya membakar besi sampai memerah, kemudian besi itu disulutkan ke punggungnya yang tak berbaju hingga besi itu padam karena lemak dari punggungnya mengalir mengenainya. Apa yang menjadikan dia sabar terhadap hal tersebut?
Begitu juga halnya dengan Bilal yang ditindih batu di tengah-tengah padang pasir, dan dengan Sumayyah yang diikat.

Lalu muncul pertanyaan lain dari situasi di fase Madinah: siapakah yang mampu tsabat bersama Nabi SAW di peperangan Hunain pada saat kaum muslimin lari kocar-kacir?
Apakah mereka (yang tsabat) itu adalah orang-orang yang masuk islamnya ketika Futuh Makkah, yang tidak tertarbiyah dalam waktu yang cukup dalam madrasah Nabi? Ataukah mayoritas mereka yang ikut berperang karena untuk mencari ghonimah? Tentu saja bukan, mereka yang mampu tsabat adalah orang-orang mukmin pilihan yang menerima tarbiyah yang cukup dari Rosululloh Saw. Seandainya tidak ada tarbiyah, menurut anda apakah mereka bisa tsabat?

(8). Yakin dengan Jalan yang Ditempuh
Tak pelak lagi, setiap kali seorang muslim bertambah yakin dengan jalan yang ditempuh (jalan ahli sunnah wal jama’ah), maka tsabat pun akan bertambah pula.
Ada beberapa wasail yang dapat kita lakukan berkenaan dengan hal tersebut:
--Merasa bahwa jalan yang lurus yang sedang ditempuh bukanlah jalan yang baru, namun jalan itu adalah jalan yang mulia yang telah ditempuh oleh orang-orang terdahulu dari para nabi, shiddiqih, para ulama, para syahid dan orang-orang yang sholih. Dengan demikian, keasingan anda akan lenyap, kebuasan anda akan berubah menjadi kelembutan, kesedihan anda akan berubah menjadi kegembiraan, karena anda merasa bahwa mereka (para pendahulu) itu adalah saudara di dalam jalan dan manhaj.
--Merasa terpilih.

Alloh SWT berfirman:
 Segala puji bagi Alloh dan kesejahteraan atas hamba-Nya yang dipilih-Nya (QS. An Naml : 59)
Kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba Kami (QS. Faathir : 32)
Dan demikianlah Robb kamu telah memilih kamu dan Dia ajarkan kepadamu sebagian dari ta’wil mimpi (QS. Yusuf : 6)

Sebagaimana Alloh memilih para nabi, maka bagi orang-orang yang sholih pun ada bagian dari padanya, yaitu ilmu anbiya’ yang diwariskan kepada mereka.
Bagaimana perasaan anda seandainya Alloh menciptakan anda sebagai benda mati, sebagai bintang atau sebagai orang kafir, penyeru bid’ah atau sebagai orang fasik  atau sebagai seorang muslim yang tidak mau mendakwahkan islam, atau sebagai seorang da’i di atas jalan yang salah?

Apakah anda tidak merasa bahwa jalan Alloh telah memilih dan menjadikan anda sebagai salah seorang da’i ahli sunnah adalah termasuk faktor penunjang tsabat di atas jalan dan manhaj yang anda tempuh? Sebaiknya semua itu anda renungkan kembali.

(9). Berdakwah kepada Alloh Azza Wajalla
Jiwa seseorang jika tidak bergerak akan menjadi rusak. Dan di antara medan pergerakan yang paling agung (agar jiwa tidak rusak) adalah berdakwah kepada Alloh. Karena berdakwah kepada Alloh adalah merupakan tugas para rosul untuk membebaskan jiwa dari adzab. Dengan berdakwah akan terpancarlah segala potensi dan terlaksana tugas. Oleh karena itu, berdakwahlah dan tetaplah pada jalan yang benar sebagaimana yang telah diperintahkan. Tidaklah benar bila dikatakan “Fulan tidak maju dan tidak pula mundur.” Karena jiwa bila tidak disibukkan dengan ketaatan pasti akan disibukkan dengan kemaksiatan, sedangkan iman itu bisa bertambah dan bisa pula berkurang.

Berdakwah kepada manhaj yang benar dengan menggerakkan segala waktu, potensi, pikiran
serta gerak fisik dan lisan, dimana dakwah sudah menjadi tujuan dan kesibukkan, bisa menghalau segala usaha syaithon untuk menyesatkan kita.
Jika di dalam seorang jiwa da’i ada perasaan bahwa dia menghadapi tantangan dari orang-orang yang menentang, ahli bathil ketika dalam perjakalanan dakwahnya, maka akan semakin bertambahlah dan kokoh rasa keimanannyaa.

Berdakwah, disamping pahalanya besar juga merupakan salah satu faktor penunjang tsabat dan bisa memelihara seseorang dari kemunduran. Dan sesungguhnya Alloh bersama para da’i.
Da’i itu bagaikan seorang dokter yang memerangi penyakit dengan pengalaman dan ilmunya. Dengan memerangi penyakit tersebut kepada orang lain, maka dia akan lebih terhindar dari penyakit itu dibandingkan yang lain.



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------