MENCAPAI TSABAT (TEGUH DALAM KEIMANAN) : BAG-4

(10). Dekat dengan Ulama dan senantiasa Menjalin Ukhuwah Islamiyah
Rosululloh saw. bersabda:
Di antara manusia itu ada orang-orang sebagai kunci kebaikan dan penutup kejahatan. (Hadits Hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas, 237)
Bergaul dengan para ulama, orang-orang sholih dan para da’i yang mukmin merupakan faktor penunjang tsabat yang besar. Sejarah Islam telah mencatat bahwa telah terjadi fitnah yang di dalamnya Alloh meneguhkan orang-orang mukmin dengan ulama.
Di antaranya adalah seperti yang dikatakan oleh Ali bin Al Madini rohimahulloh, “Di hari Riddah Alloh telah memuliakan dien ini dengan Abu Bakar Ash Shidiq, dan di hari Mihnah dengan Imam Ahmad.” (Siyaru A’lamin Nubala’ XI : 196)

Perhatikan apa yang telah dikatakan Ibnul Qoyyim rohimahullloh tentang peran syekhnya, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam menunjang tsabat, “bila kami ditimpa rasa kekhawatiran yang dahsyat, mempunyai paraduga yang jelek dan merasakan kesempitan, maka kami datang kepadanya. Setelah melihat beliau dan mendengarkan nasihatnya, semuanya itu lenyap dari kami. Lalu perasaan menjadi lega, tumbuh keyakinan dan ketenangan. Maha suci Alloh yang telah memperlihatkan surga-Nya kepada hamba-Nya sebelum menemui-Nya dan membukakan pintunya kepada mereka di dalam Daarul Amal, serta memberikan baunya yang harum yang membangkitkan kekuatan mereka untuk mencari dan berlomba-lomba mendatanginya.” (Al Wabilus Shohib)

Di sini nampak ukhuwah Islamiyah sebagai sumber tsabat yang asasi. Para ikhwan yang sholih, suri tauladan dan murobbi, mereka itu adalah penolong dalam meniti jalan dan tonggak yang kuat dalam bersandar. Mereka meneguhkan anda dengan apa yang ada pada mereka, yaitu ayat-ayat Alloh dan hikmah. Oleh karena itu, dekatilah mereka dan hiduplah di tengah-tengah mereka. Waspadalah dengan bersendirian karena syetan akan merenggutmu. Dan sesungguhnya serigala akan menerkam kambing yang terlepas dari kelompoknya.

(11). Yakin dengan Pertolongan Alloh dan Masa Depan Ada di Tangan Islam
Pada suatu saat bila pertolongan Alloh yang kita tunggu (ketika tertimpa bencana) terlambat datang, kita akan banyak membutuhkan tsabat agar pendirian kita tetap tegar dan tidak terpental. Alloh SWT berfirman:
Dan berapa banyaknya Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa mereka selain ucapan: "Ya Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa Kami dan tindakan-tindakan Kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian Kami, dan tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir". Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali Imron: 146-148)

Dan Rosululloh SAW ketika hendak meneguhkan hati para sahabat yang sedang menjalani penyiksaan dan ujian beliau mengabarkan bahwa masa depan ada di tangan Islam. Apa yang dikatakan beliau?
Dalam hadits Khobbab yang diriwayatkan oleh Bukhori disebutkan: “Dan Alloh sungguh akan mengakhiri hal ini sampai orang berani berjalan dari Shon’a menuju Hadromaut tanpa ada rasa takut kecuali kepada Alloh dan khawatir kambingnya diterkam serigala.” (Lihat Fathul Bari VII: 165)

Menyampaikan hadits-hadits yang sifatnya menyampaikan kabar gembira bahwa masa depan ada di tangan Islam terhadap mereka yang sedang tumbuh penting sekali dalam mentarbiyah mereka supaya tsabat.

(12). Mengetahui Hakikat Kebathilan dan Tidak Terperdaya dengannya
Alloh ‘Azza wajalla berfirman:
Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. (QS. Ali Imron : 196)
Dalam ayat tersebut terdapat sesuatu yang bisa menentramkan orang-orang mukmin dan menjadikan mereka tsabat. Sedangan firman Alloh Azza Wajala:
Adapun buih itu akan hilang sebagau sesuatu yang tak ada harganya. (QS. Ar Ra’d : 17)
Ayat di atas mengandung pelajaran bagi orang-orang berakal untuk tidak khawatir terhadap kebatilan dan menyerah kepadanya.
Diantara metode adalah mengungkap ahli kebatilan, menelanjangi tujuan dan segala sarananya.

Dan Demikianlah Kami terangkan ayat-ayat Al-Quran (supaya jelas jalan orang-orang yang saleh, dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa. (QS. Al An’am : 55)
Hal tersebut dimaksudkan agar kaum muslimin tidak terpedaya di saat lengah dan agar mereka mengetahui dari mana islam didatangkan.
Beberapa banyak yang kita dengar dan kita lihat harokah berguguran, dan para da’i yang tersungkur kehilangan sikap tsabat ketika diserang dari arah yang tak terduga, karena kebodohannya terhadap musuh-musuhnya.

(13). Berkumpulnya Akhlaq yang Mendukung Tsabat
Akhlaq pendukung tsabat yang utama adalah sabar. Dalam sebuah hadits disebutkan:
Tidak suatu pemberian yang diberikan kepada seseorang yang lebih baik dan lebih luas dari pada kesabaran. (HR. Bukhori dan Muslim)
Dan kesabaran yang paling besar adalah di saat menghadapi terpaan badai yang pertama. Bila seseorang ditimpa musibah, dia jatuh tersungkur dan kehilangan tsabat bila kehilangan sifat sabarnya.
Perhatikan apa yang dikatakan oleh Ibnul Jauzi rohimahulloh:
“Aku melihat bapak tua umurnya delapan puluhan. ‘Dia rajin sholat. Di saat cucunya meninggal, dia mengatakan, tidak patut bagi seseorang berdoa sebab Alloh tidak mengabulkanya.’” Selanjutnya dia mengatakan: ‘sesungguhnya Alloh SWt memusuhiku. Dia tidak meninggalkan seorang anak pun bagi kami.’” (As Tsabat ‘indal mamat, Ibnul Jauzi : 34) Mahatinggi Alloh setinggi-tingginya dari apa yang dikatakan orang tersebut.

Ketika kaum muslimin mendapatkan musibah dalam perang Uhud, mereka tidak mengira hal tersebut bakal terjadi. Sebab Alloh telah menjanjikan bagi mereka kemenangan. Lalu Alloh memberikan pelajaran kepada mereka dengan darah dan syuhada.
Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Ali Imron: 165) 
Apa gerangan yang terjadi pada mereka sehingga mereka menderita kekalahan? Karena mereka lemah, berselisih, dan mendurhakai perintah Rosululloh setelah Alloh memperlihatkan kepada mereka apa yang mereka sukai, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghendaki dunia.

(14). Wasiat Orang Sholih
Ketika seorang muslim menghadapi fitnah dan diuji oleh Robnya, sebagai faktor penunjang tsabat Alloh mendatangkan kepadanya seorang yang sholih yang memberi nasihat dan meneguhkan hatinya serta meluruskan langkah-langkahnya. Yang mana nasihat-nasihatnya tersebut banyak mengingatkan tentang Alloh, pertemuan dengannya, dan tentang surga dan neraka.

Sebagai contoh, kami kutipkan dari sejarah Imam Ahmad bin Hanbal rohimahulloh yang mengalami suatu ujian (mihnah)
Beliau telah dibawa untuk menghadap Ma’mun dalam keadaan dibelenggu. Sebelumnya Ma’mun telah mengancamnya dengan ancaman yang keras, sampai salah seorang pembantu mengatakan kepada Imam Ahmad, “Wahai Abu Abdillah (Imam Ahmad), saya merasa berat. Ma’mun benar-benar telah menghunuskan pedangya. Dia berjanji jika anda tidak mengatakan Al Qur’an itu makhluk, dia akan membunuh anda dengan pedang tersebut. (Al Bidayah Wan Nihayah I : 332)

Di sini para cerdik pandai ahli Bashroh mengeksploitir kesempatan untuk menemui imam mereka dengan membawa kalimat-kalimat penunjang tsabat. Di dalam Kitab As Siyar oleh Ad Dzahabi XI : 238 disebutkan bahwa Abi Ja’far Al Anbari mengatakan:
“Ketika Imam Ahmad dibawa untuk menghadap Ma’mun, saya diberi informasi. Mendengar hal tersebut saya langsung menyebrangi sungai Euprat, kemuidan saya dapati beliau sedang duduk di sebuah tempat penginapan dan saya beri salam kepada beliau. Kemudian beliau mengatakan: “Wahai Abu Ja’far engkau telah berpayah-payah.” Kemudian saya katakan: “Wahai Imam, sekarang anda seorang pemimpin dan orang-orang meneladani anda. Demi Alloh jika anda mengatakan Al Qur’an itu makhluk pasti mereka akan mengatakan makhluk juga. Dan jika anda tidak mengatakannya, pasti banyak manusia menolak mengatakan makhluk. Namun demikian jika anda tidak dibunuh anda akan tetap mati. Takutlah kepada Alloh dan jangan anda katakan bahwa Al Qur’an itu makhluk.” Hal ini menjadikan Imam Ahmad menangis dan mengatakan: “Maa Sya Alloh.” Kemudian beliau mengatakan: “Wahai Abu Ja’far tolong ulangi.” Lalu saya ulangi kalimat tersebut dan beliau mengatakan: “Maa Sya Alloh.”

Dalam perjalanan menghadap Ma’mun, Imam Ahmad mengatakan: “kami berada di daerah Rohbah.” Lalu kami tinggalkan tempat tersebut di malam hari. Di tengah perjalanan ada orang yang mencegat kami. Dia mengatakan: “Yang mana Ahmad bin Hanbal?” lalu ada yang menunjukkan kepadanya “yang ini”. Lalu dia berkata kepada yang mengendalikan unta: “Tolong dipelankan.” Kemudian dia berkata: “Wahai Ahmad bin Hanbal, jika anda dibunuh di sini surga telah menunggumu.” Dan selanjutnya mengatakan : “aku titipkan anda kepada Alloh.”

Setelah kutanyakan ternyata dia adalah Jabir bin ‘Amir, seorang Arab dari daerah Robiah yang pekerjaaannya membuat wool dan terkenal sholih.” (Siyar A’lamin Nubala’ XI : 241)
Di dalam Al Bidayah Wan Nihayah disebutkan bahwa seorang Badui berkata kepada Imam Ahmad:
“Wahai Ahmad bin Hanbal, sesungguhnya anda adalah duta manusia, maka janganlah anda mencelakakan mereka dan anda adalah pemimpin mereka hari ini. Waspadalah terhadap jawaban yang diinginkan dirimu sebab mereka akan mengikutimu. Dan anda akan mempertanggungjawabkannya kelak di akhirat kelak. Jika anda mencintai Alloh, bersabarlah terhadap pendirianmu, sebab bila anda dibunuh surga telah menunggumu.
Imam Ahmad berkata: perkataannya tersebut telah mengokohkan pendirianku agar tidak menjawab apa yang mereka inginkan dariku. (Al Bidayah Wan Nihayah : 332)
Dalam suatu riwayat Imam Ahmad mengatakan: “Semenjak aku menjalani ujian ini tidak pernah kudengar kalimat yang dikatakan oleh seorang Badui di Rohbah Thouq, dimana dia mengatakan ‘wahai Ahmad jika anda terbunuh di atas Al Haq, anda mati syahid, dan jika anda hidup, hidup anda terpuji dan mulia.” (Siyar A’lamin Nubala’ XI : 241)

Dan Imam Ahmad berkata tentang pemuda yang menemaninya (Muhammad bin Nuh) yang tegar dalam menjalani ujian.
“Saya belum pernah melihat seseorang –umurnya masih muda dan ilmunya banyak-lebih komit terhadap perintah Alloh dari pada Muhammad  bin Nuh. Saya berharap semoga dia berkahir dengan kebaikan.

Pada suatu hari dai berkata kepadaku; “Wahai Aba Abdillah, demi Alloh anda tidak sama denganku. Anda adalah orang yang diteladani. Orang-orang meniru tindak-tanduk anda. Oleh karena itu, bertakwalah kepada Alloh dan tetap tegarlah di atas perintah-Nya.” Tidak ketinggalan pula para tahanan yang sholatnya bermakmum kepada Imam Ahmad ikut serta memperteguh keyakinannya.”

Pernah sekali Imam Ahmad berkata di dalam penjara, bagiku penjara dan rumahku saja. Saya juga tidak peduli dengan eksekusi, namun saya khawatir terhadap fitnah cambuk.” Kemudian hal tersebut didengar oleh sebagian para tahanan, lalu mereka berkata: “Untuk anda tidak wahai Aba Abdulloh, paling-paling cuma dau cambukan.” Seolah-olah beliau ditentramkan. (Siyar A’lamin Nubala’ XI : 240)

Wahai saudaraku yang mulia, berusahalah minta wasiat orang-orang sholih, dan fahamilah bila wasiat itu disampaikan kepadamu.
Mintalah wasiat sebelum bepergian bila engkau merasa khawatir terhadap sesuatu yang mungkin menimpamu.
Mintalah wasiat di saat mengalami ujian atau sebelumnya.
Mintalah wasiat jika engkau diberi jabatan atau menerima harta benda.
Teguhkanlah jjiwamu dan orang lain karena Alloh adalah wali orang mukmin.

(15). Merenungi Kenikmatan Surga, Siksa Neraka dan Mengingat Kematian
Surga adalah tempat yang sarat dengan kenikmatan dan kegembiraan, sebagai pelipur lara dan pos perjalanan orang-orang mukmin. Jiwa seseorang memiliki watak tidak senang berkorban, beramal dan bersusahpayah dalam menghadapi cobaan, kecuali jika ia tahu jika ada imbalan yang dijanjikan, sehingga segala rintangan yang ia temui akan dirasa ringan.
Orang yang yakin akan adanya pahala , segala kesulitan akan terasa mudah baginya. Dan ia yakin jika tidak tsabat, maka akan lenyaplah dari padanya surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Di samping itu jiwa seseorang juga butuh terhadap sesuatu yang bisa mengangkat derajatnya ke alam yang tinggi.

Rosululloh SAW dalm memperteguh keimanan para sahabat juga mengingatkan mereka dengan kenikmatan surga. Dalam sebuah hadits disebutkan  ketika Rosululloh Saw lewat kepada Yasir, isterinya dan Ammar yang sedang disiksa, beliau mengatakan: “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, tempat kalian nanti adalah surga.” (HR. Hakim III: 383, Hasan Shohih)
Begitu juga Rosululloh SAW berkata kepada orang-orang Anshor: “Sesungguhnya kalian sepeninggalku akan menemui suatu keadaan yang tidak kalian inginkan, maka bersabarlah sampai kalain menemuiku di telaga (surga).” (HR. Bukhori Muslim)

Demikian pula halnya dengan mengingat kematian, akan memelihara seorang muslim dari kejatuhan, dan menyelaraskan dirinya untuk tetap tunduk kepada hukum-hukum Alloh. Sebab bila sudah tahu bahwa kematian itu datangnya bisa saja dengan segera, bagaimana bisa terus bergelimang dalam penyimpangan. Oleh karena itu, Rosululloh SAW bersabda: “Banyak-banyaklah mengingat penghancur kelezatan.” (HR. Tirmidzi, dishohihkan dalam kitab Irwa’ul Gholil III : 145)



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------