GOLONGAN-GOLONGAN
PENENTANG
AHLI
SUNNAH WALJAMA`AH, Ke-2
Golngan
Kedua : Rafidlah dan Syiah
Syi`ah
atau Rafidlah juga timbul setelah terbunuhnya Utsman Ibnu `Affan. Mereka
menyembunyikan sikap tersebut disebabkan mereka tidak memiliki jama`ah dan
imam, tidak memiliki negeri, dan tidak pula mempunyai kekuatan untuk memerangi
kaum muslimin. Akan tetapi, mereka tidak kalah berbahaya dibandingkan Khawarij,
jika kita tidak mau menganggapnya sebagai golongan yang paling berbahaya
terhadap Ahli Sunnah Waljama`ah.
Syi`ah
telah muncul pada masa Ali Ra, tapi mereka masih menyembunyikan pendapat atau
perkataan mereka. Begitupun terhadap Ali dan pengikutinya. Mereka ada tiga
golongan:
Golongan
pertama adalah
mereka yang mengatakan bahwa Ali itu Tuhan. Ketika Ali dapat membekuk mereka,
lalu beliau membakar mereka dengan api dan menggali parit-parit untuk mereka di
pintu Masjid Al-Kindah. Telah diriwayatkan bahwa Ali member waktu tiga hari
kepada mereka.
Golongan
kedua adalah
golongan Syi`ah yang suka mencaci maki Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Berita
pencacimakian dari Abi Sauda` terhadap Abu Bakar dan Umar itu telah sampai ke
telinga Ali, hingga Ali mencarinya untuk membunuhnya, namun ia melarikan diri.
Golongan
ketiga adalah
golongan Al-Mufadilah, yaitu mereka yang menganggap Ali lebih utama daripada
Abu Bakar dan Umar.
Telah
diriwayatkan dengan khabar mutawatir dari Ali Ra.: “Sebaik-baik umat ini
sesudah Nabinya adalah Abu Bakar, kemudian Umar.” Bukhari meriwayatkan hal ini
dalam kitab shahihnya, dari Muhammad bin Hanafiyah bahwa ia bertanya kepada
ayahnya:”Siapa manusia terbaik setelah Rasulullah Saw?” Ali menjawab :”Abu
Bakar.” Muhammad bertanya lagi :”Kemudian siapa lagi ?” Ali menjawab :”Umar.”
Syi`ah
terdahulu tidak berselisih tentang pengutamaan Abu Bakar dan Umar. Mereka hanya
berselisih tentang Ali dan Utsman. Itulah sebabnya Syarik bin Abdullah berkata:
“Sesungguhnya manusia yang paling utama setelah Rasulullah adalah Abu Bakar dan
Umar.” Dikatakan kepadanya: “Engkau berkata demikian, sementara engkau sendiri
Syi`ah?” ia pun menjawab :”Dahulu Syi`ah berpaham demikian. Ali sendiri yang
mengatakan demikian di atas mimbarnya. Apakah kita akan mendustakan
perkataannya?”
Sofyan
Ats`Tsauri mengatakan: “Barang siapa melebihkan Ali di atas Abu Bakar dan Umar,
maka ia pun telah meremehkan kaum Muhajirin dan Anshar, dan aku berpendapat
bahwa orang semacam itu tidak sampai amalannya kepada Alla” (HR, Abu Daud di
dalam kitab Sunannya). Ucapan ini seaka-akan menyindir Hasan bin Shaleh bin
Hayyi, karena kelompok Zaidiyah ash-Shalihah –kelompok Zaidiyah yang lurus-
dinasabkan kepadanya.
Syi`ah
ketika itu tidak mempunyai jama`ah dan imam, tidak memiliki Negara, tidak
mempunyai pedang untuk di hunus terhadap kaum muslimin. Namun, yang tampak
ketika itu hanyalah golongan Khawarij, karena mereka mempunyai jama`ah, imam,
dan Negara (kekuasaan) yang terpisah dari Ahli Sunnah Waljama`ah. Mereka
menamakan negeri mereka dengan Dar al-Hijrah, sementara menamakan negeri kaum
muslimin dengan sebuah Dar al-Kufr wal-Harb.
Kedua
golongan ini mencela bahkan mengkafirkan para penguasa kaum muslimin. Jumhur
Khawarij mengkafirkan Utsman dan Ali beserta para pendukung mereka. Sedangkan
Rafidlah melaknat Abu Bakar, Umar, Utsman, dan para pendukung kepemimpinan
mereka. Meskipun demikian, kerusakan yang lebih menonjol tampak pada golongan
Khawarij, karena mereka melakkukan pertumpahan darah, merampas harta, dan
keluar menghunus pedang. Oleh karena itu, dalam hadits-hadits shahih terdapat
perintah untuk memerangi mereka.
Adapun
lafazh rafidlah pertama kali muncul dalam Islam ketika Zaid bin Ali bin
Al-Husain, pada awal abad kedua Hijriyah, memberontak melawan pemerintahan
Hisyam bin Abdul Malik. Ketika itu Syi`ah mengikutinya. Kemudian Zaid dimintai
pendapatnya mengenai Abu Bakar dan Umar, maka beliau mendukung kedua sahabat
itu dan mendoakan agar mereka diberi rahmat oleh Allah Swt. Tetapi, kaumnya
berpaling dan menolaknya. Maka Zaid berkata: “Kalian menentangku, kalian
menolakku.” Setelah peristiwa itu mereka dikenal dengan sebutan Rafidlah.
Rafidlah mengakui kepemimpinan Abu Ja`far Muhammad bin Ali _-saudara Zaid-
sebagai imam. Sedangkan Zaidiyah mengakui Zaid sebagai imam –mereka menisbatkan
golongannya dengan Zaid. Sejak itulah Syi`ah terpecah menjadi Zaidiyah dan
Rafidlah Imamiyah. (Juz 13:33-36)
Syi`ah
bersikap melampaui batas terhadap imam-imam mereka dengan menganggap mereka
sebagai orang yang ma`shum dan mengetahui segala sesuatu. Sehingga mereka
mewajibkan agar mengembalikan seluruh ajaran yang dibawa Rasulullah kepada para
imam. Mereka tidak lagi merasa perlu untuk kembali kepada Al Qur`an dan as-Sunnah,
dan lebih mementingkan perkataan para imam yang mereka anggap ma`shum itu. Pada
akhirnya mereka mempercayai para imam yang hakikatnya tidak berwujud.
Syi`ah
lebih sesat dibandingkan Khawarij, karena Khawarij masih mau kembali kepada Al
Qur`an dan Sunnah sekalipun salah dalam mengamalkannya. Di samping itu,
golongan Khawarij masih suka berkata benar, sementara syi`ah selalu berdusta
dalam setiap perkataan mereka. Ajaran Khawarij yang paling menonjol adalah
tentang pemisahan diri mereka dari jama`ah muslimin dan menghalalkan darah
serta harta mereka. Walaupun sebenarnya Syi`ah juga memilih jalan ini, namun
mereka tidak dapat melakukannya, seperti kelompok Zaidiyah. Begitupun dengan
kelompok Imamiyah, kadang kala mereka melakukannya dan kadang-kadang mengatakan:
“Kami tidak membunuh kecuali bernaung di bawah panji-panji Imam yang ma`shum.”
Syi`ah
memberi peluang bagi musuh-musuh Islam, seperti Atheisme, Bathiniyah, dan
lainnya. Oleh karena itu, kaum Mulhid, seperti Qaramithah yang di Bahrain,
adalah sekafir-kafir makhluk. Demikian juga kaum Qaramithah di Maghrib dan
Mesir yang bersembunyi di belakang tasyayyu` (mengaku Syi`ah). Mereka berwasiat
agar memasuki kaum muslimin melalui pintu tasyayyu`, karena melalui pintu
inilah musuh-musuh Islam –seperti kaum musyrikin, Ahli Kitab, dan kaum munafik-
mempunyai peluang untuk menghancurkan Islam. Merekalah kelompok yang paling
jauh penyimpangannya dari AlQur`a dan hadits.
Rasulullah
bersabda: “Sesungguhnya aku tinggalkan bagi kaum tsaqalain, yaitu Kitabullah.
Cukup hanya dengan Kitabullah.” Beliau juga bersabda :” Dan itrahku adalah
Ahlul Baitku (beliau ulang tiga kali).” Maka beliau pun mewasiatkan kepada kaum
muslimin agar berbuat baik kepada mereka, dan tidak menjadikan mereka imam-imam
yang dijadikan panutan. Dalam hal ini, Khawarij mengaku beriman kepada
Kitabullah, sedangkan Syi`ah mengaku beriman kepada Ahlul Bait. Akan tetapi,
pada hakikatya kedua kelompok tersebut tidak mengikuti apa yang mereka akui.
Karena Khawarij menentang Sunnah, padahal Al Qur`an memerintahkan untuk
mengikutinya. Mereka juga mengkafirkan kaum muslimin, padahal Al Qur`an
memerintahkan kita untuk mencintai mereka. Oleh karena itu, Sa`ad bin Abi
Waqash menakwilkan ayat berikut berkenaan dengan mereka:
“Dan
tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik. Yaitu
orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan
memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya
da membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al
Baqarah 26-27)
Mereka
mengakui ayat dalam Al Quran yang mutasyabihat, tetapi mereka menakwilkannya
secara tidak benar, tanpa mengetahui maknanya, tidak mempunyai ketetapan dalam
ilmu, dan tidak pula mengikuti As-Sunnah. Mereka tidak merujuk kepada jama`ah
muslimin yang memahami Al Qur`an. Sedangkan kelompok Syi`ah banyak bertentangan
dengan Ahlul Bait yang justru mereka imani. (Juz 13: 209)
Kaum
Rafidlah, jika tidak lebih jahat daripada Khawarij, setidak-tidaknya setingkat
kejahatannya. Karena mereka mengkafirkan Abu Bakar, Umar dan Utsman, serta
kebanyakan kaum muslimin dari golongan Muhajirin dan Ansahr. Mereka
mengkafirkan sebagian besar umat Muhammad, baik dari generasi terdahulu maupun
generasi sesudahnya. Merekapun mengkafirkan para peimpin agama, menghalalkan
darah orang Islam yang keluar dari golongan mereka, dan menamakan madzhab
mereka sebagai madzhab jumhur. Mereka juga menganggap bahwa kaum muslimin itu
kufur, dan kekufuran mereka lebih berat dibandingkan kekufuran Yahudi dan Nashrani.
Karena, menurut mereka, kaum Yahudi dan Nashrani adalah kafir asli, sedangkan
kekafiran umat Islam adalah murtad, dan kafir murtad itu lebih berat daripada kafir
asli.
Mereka
membantu orang-orang kafir dalam menghadapi jumhur kaum muslimin. Dengan
demikian, jelas mereka lebih berbahaya terhadap Islam dan pemeluknya, bahkan
lebih jauh menyimpang dari syari`at Islam dibandingkan Khawarij Al-Hururiyah.
Karena mereka termasuk golongan sempalan umat yang paling berdusta. Dalam
banyak hal, Rafidlah meniru Yahudi, lebih-lebih dalam berbicara. Mereka juga
menyerupai Nashrani dalam hal bertindak ekstrem dalam mengkultuskan manusia dan
ibadah-ibadah yang mereka ciptakan, serta dalam hal kemusyrikan dan lainnya.
Mereka
mendukung dan berwalikan Yahudi, Nashrani, dan orang-orang musyrik yang
bersekongkol menghadapi kaum muslimin. Inilah sifat khas kaum munafik. Mereka
tidak mengadakan shalat jumat dan shalat berjama`ah, sebab sebab menganggap
tidak perlu terhadap masjid-masjid yang oleh Allah diperintahkan untuk ditinggikan
dan disebutkan nama-Nya di dalamnya. Mereka adalah sejahat-jahat ahli hawa
nafsu dan lebih layak diperangi daripada Khawarij.
Itulah
sebabnya, di kalangan umum mereka dikenal dengan sebutan Rafidlah: para ahli
bid`ah, yang secara umum terdapat
padanya istilah bahwa orang yang melawan Sunni adalah Rafidlah. Karena, pada
mereka lebih tampak permusuhannya terhadap Sunnah Rasulullah dan syari`at
Dinnya daripada ahli hawa umumnya. Di kalangan mereka terdapat zindiq-zindiq
dan para pendengki yang tidak bisa seorang pun menghitung jumlahnya kecuali
Allah. Demikian juga imam-imam mereka termasuk zindiq. Mereka menampakkan sikap
perlawanan (sifat rafidli) sebagai siasat untuk merobohkan Islam. (Juz
28:477-483)
Adapun
pokok pendapat Rafidlah adalah sebagaimana yang mereka katakana bahwa Nabi Saw
telah menetapkan nash secara qath`i tentang Ali Ra sebagai pengganti beliau,
dia ma`shum, dan bagi siapa yang menentangnya terhukum kafir. Dan sesungguhnya
kaum Muhajirin dan Anshar, menurut mereka, telah menyembunyikan nash dan
mengingakri adanya imam yang ma`shum. Mereka juga, menurut Rafidlah, mengikuti
hawa nafsu, mengganti agama, mengubah syari`at, berlaku zhalim dan melampaui
batas. Bahkan mereka mengkafirkan para sahabat, kecuali beberapa orang saja
–hanya belasan atau lebih sedikit dari mereka. Kemudian mereka mengatakan bahwa
Abu Bakar, Umar, dan sahabat lainnya tetap sebagai munafik. Mereka juga
mengatakan bahwa para sahabat dari Muhajirin dan Anshar itu beriman, tetapi
kemudian kafir lagi. Kebanyakan para sahabat tersebut dikafirkan karena
menyalahi atau menentang pendapat mereka, sementara mengklaim diri mereka
sendiri sebagai orang-orang beriman. Mereka menjadikan negeri-negeri atau
kota-kota Islam yang tidak mengikuti paham mereka sebagai Dar Riddah (Negeri
Murtad), suatu negeri yang paling buruk keadaannya dari kota-kota orang musyrik
dan Nashrani.
Oleh
sebab itu, mereka mendukung (bermuwalah) kepada Yahudi, Nashrani, dan
orang-orang musyrik, untuk menghadapi sebagian jumhur kaum muslimin, serta
memusuhi dan memerangi mereka, Rafidlah bersekongkol dengan kaum kafir musyrik,
dengan Nashrani bangsa Eropa, dan bersekongkol dengan Yahudi untuk melawan
Jumhur kaum muslimin.
Di
antara mereka ada yang menampakkan induk-induk zindiq dan nifak, seperti
Qaramithah al-Bathiniyah dan sejenisnya. Tidak diragukan lagi bahwa mereka
merupakan kelompok ahli bid`ah yang paling jauh menyimpang dari Kitab dan
Sunnah. Oleh karena itu, mereka lebih dikenal umum sebagai para penentang
as-Sunnah. Sehingga di kalangan umum tidaklah dikenal lawan Sunnni kecuali
Rafidli, bahkan jika di antara mereka ada yang mengatakan: “Saya adalah Sunni,”
berarti dia bukan Rafidli. Mereka lebih jahat daripada Khawarij. Khawarij di
mata Islam merupakan pedang yang senantiasa terhunus untuk memecah jama`ah,
akan tetapi persekongkolan Rafidli dengan orang-orang kafir lebih berbahaya
dibandingkan pedang-pedang Khawarij.
Sesungguhnya
Qaramithah, Isma`iliyah, dan lainnya merupakan Ahlul Muharabah bagi Ahli
Jama`ah dan menasabkan diri kepadaya. Sedangkan Khawarij adalah orang-orang
yang dikenal masih memegang perkataan jujur, sementara Rafidli lebih dikenali
karena kedustaannya. Khawarij telah sesat dari Islam, sementara Rafidli dengan
terang-terangan menentang Islam. (Juz 3:356)
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------