Tafsir QS al `Ashr


QS Al `Ashr : 3 Ayat
Oleh : Abu Fahmi, materi Tafsir Kleas VII SMPIT Imam Bukhari Jatinangor

بسم الله الرحمن الرحيم

والعصر ، إن الإنسان لفي خسر ، إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر .
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

معاني الكلمات :
الـعَصْرُ = وَقْتُ صَلاَ ةِ العَصْرِ  ، خُسْرٌ = خَسَارَ ة ، آمَنُوا = آ مَنُـوْا باللهِ وَ بر َسُوْلِهِ وَ بِمَا جَاءَ بِهِ.  الصّالِحَاتُ = عَمَلُ الـخَيْرِ ، تَوَاصَـوْا = نَصَحَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا ،  الـصَّبْرُ = الصَّبرُ عَلَى الـمَكْرُوْ ه والـطَّاعَاتِ .
-----------------------

الـمعْنَى : أَقْسَمَ الله ُ تَعالَى بِالـعَصْرِ ، إِنَّ الإِنْسَانَ لفِيْ خَسَارَ ةٍ ، إِ لاَّ الـمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصَّالِحَات، وَ يُوْصِيْ بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِالـحَقِّ ، وَ يُوْصِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِالصَّبْرِ عَلَى الـْمَكْرُو هِ ، فِيْ سَبِيْلِ الـْحَقِّ


TAFSIR SURAT AL `ASHR:

Zaid bin Aslam mengartikan "al `ashr" sebagai shalat `ashr. Akan tetapi tafsir yang masyhur dari para mufassir tentang "al `ashr" ini adalah masa atau zaman. 
Allah Ta`ala bersumpah dengan menggunakan kata "Demi masa" bahwa sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian dan kebianasaan". "Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih".
Disini Allah mengecualikan dari manusia yang rugi itu orang-orang yang hatinya beriman dan anggota badannya mengerjakan amal shalih. "Dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kebenaran". Maksudnya bersabar atas musibah, takdir yang telah ditetapkan kepadanya, dan gangguann yang diberikan oleh orang-orang yang diperintah kan untuk bertaubat dan menjauhi kemungkaran.

Kesimpulan:
Agar manusia terhidanra dari keruhian, dunia-akhirat, maka ia harus memenuhi 4 perkara:
(1). Beriman dengan ilmu, ma`ritaullah, ma`rifatur Rabbi, ma`rifatud dien. Kenali Allah, kenali Nabimu, dan kenali agammu (Islam) dengan dalil-dalil dari al Qur'an dan as Sunnah.
(2) Beramal shalih, amal dengan ilmu, menyelaraskan amal dengan kebenaran (ilmu).
(3) saling menasihati dalam kebenaran, mengajak orang lain untuk menetapi kebenaran.
(4) bersabar dalam mengajak kepada kebenaran, dari gangguan orang-orang sesat yang menentang kebenaran.
Oleh karena itu Imam Syafii` rahimahullah berkata,
{لَوْ مَا أَنْزَل الله ُحُـجَّةً عَلَى خَلْقِهِ إِ لاَّ هَذِهِ السُّوْرَ ةَ لَـكفَتْهُمْ}
"Andaikan Allah tidak menurunkan hujjah kepada makhluk kecuali surat al `Ashri ini, maka cukuplah bagi makhluk  (manusia; untuk menjalani hidup dengan selamat, di dunia & di akhirat)".
(Ringkasan Tafsir  Ibnu Katsir, Muhammad Nasib ar Rifai, juz 4 hal. 549).

Oleh karena itu pula, al Imam Bukhari rahimahullah sengaja menetapkan salah satu bab-nya di dalam Kitab Shahih Bukharinya dengan "Al `Ilmu ablal qaul wal `amali".
العلم قبل القول والعمل
فا علم أنه لاإله إلا الله واستغفر لذنبك وللمؤمنين والمؤمنات
19. Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, Muhammad: 19
                                                                                        
Dan Umar Ibnu Khaththab Ra pernah mengatakan,
{تَفَقَّهُوْا قَبْلَ أَنْ تَسُوْدُوْا}
"Tuntutlah ilmu (pahamilah agama) sebelum usiamu memasuki dewasa (tua)".

Suatu amal dikatakan shalih, apabila memenuhi dua syarat:

Pertama: Ikhlash karena Allah, dan

Kedua: mengikuti sunnah Rasulullah Sww (Mutaba`ah).
"Tawashau bil haq" artinya saling menasihati untuk menaati kebenaran. Kebenaran ialah syariat. Yakni masing-masing saling menasihati, jika ia melihat ada yang melalaikan kewajiban, maka ia memberinya nasihat. Begitu apabila ia melihat ada orang lain yang melakukan perkara yang diharamkan, juga yang merendahkan agama dan menghinakan agama.
Dan ayat lain "Tawashau bis shabr" maksudnya agar satu sama lain saling menasihati agar tetap bersabar. Sabar itu menahan diri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak patut.

Dan para `ulama membagi sabar menjadi tiga:
(1). Sabar dalam menaati Allah. (2). Sabar dalam menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah, dan
(3) Sabar terhadap takdir Allah. 
(Tafsir Juz `Amma, Syaikh Ibnu Utsaimin, surat al `Ashr).



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------