Penempatan Tertib Ayat dan Surat Dalam Al Quran
(Dr. Ahmad Zein
an Najah, DDII Pusat)
Tertib Ayat
Penempatan
secara tertib urutan ayat-ayat Al-Qur’an ini adalah bersifat tauqifi,
berdasarkan ketentuan dari Rasulullah saw. Menurut sebagian ulama, pendapat ini
merupakan ijma’.
Terdapat
sejumlah hadits yang menunjukkan keutamaan beberapa ayat dari surat-surat
tertentu. Ini menunjukkan bahwa tertib ayat-ayat bersifat tauqifi. Sebab
jika susunannya dapat diubah, tentulah ayat-ayat itu tidak akan didukung oleh
hadits-hadits tersebut.
Tertib Surat
Para ulama
berbeda pendapat tentang tertib surat dalam Al Qur’an:
Pendapat
pertama mengatakan
bahwa tertib surat itu tauqifi dan ditangani langsung oleh Nabi
sebagaimana diberitahukan Malaikat Jibril kepadanya atas perintah Allah.
Susunan Al-Qur’an pada masa Nabi tertib ayat-ayatnya seperti yang ada di tangan
kita sekarang ini, yaitu tertib mushaf Utsman yang tak ada seorang sahabat pun
menentangnya. Ini menunjukkan telah terjadi ijma’ atas susunan surat yang ada,
tanpa ada suatu perselisihan apa pun.
Pendapat
kedua mengatakan
bahwa tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, sebab ternyata ada
perbedaan tertib di dalam mushaf-mushaf mereka.
Pendapat
ketiga mengatakan
bahwa sebagian surat itu tertibnya bersifat tauqifi dan sebagian lainnya
berdasarkan ijtihad para sahabat. Hal ini karena terdapat dalil yang
menunjukkan tertib sebagian surat pada masa Nabi.
Akan tetapi
yang benar adalah pendapat pertama. Adapun pendapat kedua yang menyatakan
tertib surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, tidak bersandar pada suatu
dalil. Sebab, ijtihad sebagian sahabat mengenai tertib mushaf mereka yang
khusus, merupakan ikhtiar mereka sebelum Al-Qur’an dikumpulkan secara tertib.
Sementara
itu pendapat ketiga, yang menyatakan sebagian surat itu tertibnya tauqifi
dan sebagian lainnya bersifat ijtihadi; dalil-dalilnya hanya berpusat pada
nash-nash yang menunjukkan tertib tauqifi. Adapun bagian yang ijtihadi tidak
bersandar pada dalil yang menunjukkan tertib ijtihadi.
Surat-surat
dan Ayat-ayat Al-Qur’an
Surat-surat
Al-Qur’an itu ada empat bagian: 1) Ath-Thiwal, 2) Al-Mi’in, 3) Al-Matsani,
dan 4) Al-Mufashshal.
1) At
Tiwal, ada tujuh yaitu : AL Baqarah, Ali Imran , Al maidah , al an’am , Al
A’raf dan Al Anfal dan at Taubah. (AL ANFAL DAN AT Taubah dianggap satu, yang ke-7,
menurut kajian tafsir ust Abdullah Zein, surat al Humazah))
2) Al Miin.
Yaitu surah-surah yang ayatnya lebih dari seratus atau sekitar itu, seperti Al
Kahfi, dan Al Isra’
3) Al
Matsani, yaitu surah-surah yang jumlah ayatnya dibawah Al Miun, karena
surah ini diulang-ulang bacaannya lebih banyak dari At Tiwal dan Al Miun.
4) Al
Mufashal, terbagi menjadi tiga yaitu: tiwal, aushat dan Qishar.
Rasm Utsmani
Para ulama
berbeda pendapat tentang setatus hukumnya, apakah dia tauqifi atau
bukan. Berikut perinciannya:
1) Merupakan
tauqifi, dan wajib untuk jadi pegangan.
2) Ada yang
berpendapat Rasmu Utsmani bukan tauqifi dari Nabi, tetapi hanya
merupakan satu cara penulisan yang disetujui Utsman dan diterima umat dengan
baik. Sehingga menjadi suatu yang wajib untuk dijadikan pegangan dan tidak
boleh dilanggar. Ini merupakan pendapat yang paling rajih.
3) Ada yang
berpendapat rasm usmani hanyalah sebuah istilah, tatacara dan tidak ada
salahnya menyalahi bila orang telah menggunakan satu rasm tertentu untuk itu
dan rasm itu tersirat luas dikalangan mereka.
Proses
Perbaikan Rasm Utsmani
Mushaf
Utsmani tidak memakai tanda baca titik dan harakat, karena semata-mata
didasarkan atas karakter pembacaan orang-orang Arab yang masih murni, sehingga
mereka tidak memerlukan syakal dengan harakat dan pemberian titik. Ketika
bahasa Arab mulai mengalami kerusakan karena banyaknya percampuran (dengan
bahasa non-Arab), maka para penguasa menganggap pentingnya ada formasi
penulisan mushaf dengan harakat, titik dan lain-lain yang dapat membantu
pembacaan yang benar.
Perbaikan
rasm Mushaf itu berjalan secara bertahap. Pada mulanya syakal berupa titik,
fathah berupa satu titik di atas awal huruf, dhammah berupa satu titik di atas
akhir huruf dan kasrah berupa satu titik di bawah awal huruf.
Kemudian
pada abad ketiga Hijriyah terjadi perbaikan dan penyempurnaan rasm mushaf.
Kemudian
secara bertahap pula orang-orang mulai meletakkan nama-nama surat dan bilangan
ayat, simbol-simbol yang menunjukkan kepala ayat dan tanda-tanda waqaf.
Pemisah dan
Ujung Ayat
Ra’sul ayat adalah akhir ayat yang
padanya diletakan tanda fashl (pemisah) antara satu ayat dengan ayat lain.
Fashilah adalah kalam (pembicaraan ) yang
terputus dengan kalam sesudahnya, jadi setiap ra’sul ayat adalah fashilah,
tetapi tidak setiap fashilah itu ra’sul ayat.
Pembagian fashilah
di dalam Al Qur’an :
1) Fashilah
Muthamatsilah Qs : Ath Thur :1-3
2) Fasilah
Mutaqaribah. Qs : Al Fathihah: 1-4
3) Fasilah
Muthawaziyah. Al Ghasiyah : 13-14
4) Fasilah
Mutawazin. Al Ghasiyah : 15-16
Sumber:
Diringkas oleh tim alislamu.com dari Manna’ Al-Qaththan, Mabaahits fie
‘Uluumil Qur’aan, atau Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, terj. H.
Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA (Pustaka Al-Kautsar), hlm. 177 – 193.
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------