Kisah Dusta Tentang Keutamaan Berbakti Kepada Ibu:
Al-Qamah Bersama Ibunya

Ringkasan ceritanya kurang lebih sebagai berikut:

Al-Qamah adalah seorang ahli ibadah. Tatkala sakartul maut, lidahnya tidak dapat mengucapkan kalimat “Laa ilaha illallah”. Rasulullah pun mendatanginya seraya bertanya kepada para sahabatnya: “Apakah ibunya masih hidup?” Jawab mereka: “Masih”. 

Sang Ibu pun dihadirkan, lantas menjelaskan bahwa dirinya telah mengutuk si anak [Al-Qamah] disebabkan  dia lebih mengutamakan istrinya daripada ibunya sendiri. Rasulullah meminta kepad sang  Ibu untuk mencabut kutukannya. Namun dia tidak bersedia, lantaran sudah kadung [terlanjur-ed] sakit hati. Ahirnya Rasulullah pun menyuruh para sahabatnya agar mengumpulkan kayu bakar untuk membakar Al-Qamah supaya lekas mati. Bagaimanapun juga, sebagai seorang ibu, dia tidak tega putranya mengalami nasib seperti itu lalu akhirnya si Ibu mencabut kutukannya. Sedetik kemudian Al-Qamah mampu mengucapkan “Laa ilaha illallah”. Lalu wafatlah dia

Kisah ini sangat masyhur dan laris dipasarkan oleh para khatib di mimbar-mimbar masjid atau  pada Hari Ibu.

Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnul Jauziy dalam Al-Maudhu’at, Al-Uqailiy dalam Adh-Dhu’afa Al-Kabir, Al-Khara’itiy dalam Masawi’ Al-Ahlaq, Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman dan Ath-Thabrani dalam Al-Kabir sebagaimana disebutkan Imam As-Suyuthi dalam Al-‘Ali Al-Mashnu’ah.

Kisah ini bathil sebab kisah ini diriwayatkan dari jalan Faid Abu Warqa’ dari Abdullah bin Aufa. Berikut sekilas komentar ulama tentangnya:

Imam Ahmad berkata: “Matruk [ditinggalkan haditsnya]”. Ibnu Ma’in berkata: “Lemah dan tidak dipercaya”. Abu Hatim berkata: “Hadits-Haditsnya dari ‘Abdullah bin Abi Aufa adalah bathil [termasuk hadits ini-ed]. Seandainya ada orang yang bersumpah bahwa seluruh haditsnya [Faid bin Abu Warqa’] palsu, tidaklah dia disebut serang pengecut”. Al-Hakim berkata: “Dia meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa hadits-hadits maudhu’ [palsu]”. [Lihat Tahdziibut Tahdziib oleh Ibnu Hajar]

Komentar para ulama tentang kisah ini:

1. Ibnul Jauzi juga mencantumkan kisah ini dalam Al-Maudhu’at tanpa menyebut nama Al-Qamah, lalu berkmentar: “Hadits ini tidak shahih dari Rasulullah”
2. Imam Adz-Dzahabi menyebutan kisah ini secara ringaks dan berkata dalam Mizanul I’tidal: termasuk musibah Dawud bin Ibrahim adalah perkataannya: Menceritakan kami Ja’far bin Sulaiman menceritakan kami Faid dari ibnu Abi Aufa”, kemudian beliau [Adz-Dzhabi] menyebutkan kisah ini lalu berkata: “Faid adalah seorang yang hancur”.
3. Al-Hafizh Ibnu Hajar juga mengatakan hal serupa dalam Lisanul Mizan
4. Al-Hafizh Al-Haitsamiy berkata dalam Majma’ Az-Zawaid: “Hadits riwayat Ath-Thabraniy dan Ahmad secara ringkas sekali, tetapi dalam sanadnya terdapat seorang rawi yang bernama Faid Abu Warqa’ dia seorang yang matruk”.

Penelitian tentang Al-Qamah:

Nama Al-Qamah dalam kisah ini tidak jelas dan tersembunyi, Dan yakinnya hanya dibuat-buat oleh para pemalsu hadits sebab sahabat Nabi yang bernama Al-Qamah sangat jauh dari kisah bathil ini. Hal tersebut sangat jelas sekali bagi mereka yang membaca sejaarah sahabat bernama Al-Qamah dalam kitab Al-Ishabah dan Usdul Ghabah oleh Ibnu Atsir. Oleh karena itu kita tidak mendapati secara jelas namanya. Baik ayahnya, kakek, nama kabilah, kuniyahnya dan lain sebagainya.

Kuringkas dari Buletin Majalah  Al-Furqan Edisi 7 Tahun 1 Halaman 10 dengan sedikit perubahan.



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------