Cahaya Hidayah Mengantarnya Sebagai (Insya Allah) Syuhada
RENDA TOSHNER

Terlahir di Amerika Serikat dalam keluarga Turki, ia bukanlah
seorang lelaki mualaf, namun demikian ia tidak mengenal sedikitpun
tentang Islam sehingga ia menginjak usia remaja. Kisah hidupnya memberi
banyak pelajaran bagi kita.

Sebelum mengisahkan dirinya, terlebih dahulu saya akan awali
dengan memberikan gambaran tentang komunitas Turki yang bermukim di
sekitar Detroit, Michigan. Orang-orang Turki mulai bermigrasi ke Amerika
di tahun 1970-an. Kini generasi ke-tiga dari mereka berkembang ke seluruh
Amerika. Mereka memiliki pekerjaan dengan tingkat profesionalisme
tinggi dan juga banyak sebagai pengusaha sukses. Sebagian besar dari
mereka bermukim di lingkungan permukiman orang berada di Detroit.
Mereka mapan disegi keuangan dan memiliki hubungan sosial yang baik
dengan orang-orang pemerintahan. Waktu itu saya baru diperkenalkan
kepada mereka karena saya ikut membantu beberapa kali pengurusan
jenazah yang mereka selenggarakan di masjid Tawheed Centre di
Farmington Hills, Michigan. Saya menjadi lebih dekat dengan mereka
ketika saya mulai diundang berkunjung ke rumah-rumah mereka dan juga
diundang untuk menghadiri Turkish Social Club (= Kerukunan Masyarakat
Turki) yang mereka dirikan. Ternyata sebagai Muslim mereka telah
melebur begitu rupa kedalam masyarakat Amerika. Kecenderungan ini
bukanlah hanya terjadi pada masyarakat keturunan Turki, karena berbagai
imigran Muslim datang ke Amerika dari berbagai negri juga meleburkan
diri kedalam masyarakat Amerika sehingga kehilangan jati-diri keIslaman
mereka. Di lain pihak banyak juga Imigran Muslim yang menjadi semakin
baik keIslamannya setiba di Amerika dibanding ketika masih di tanah air
mereka sendiri. Bahkan anak-anak mereka melebihi ketaatan orangtua
mereka dalam menjalani keIslaman mereka dengan dukungan faham
kebebasan beragama di Amerika.

Kedua orangtua Renda adalah anggota terpandang pada komunitas
Turki Amerika ini. Keduanya berprofesi dokter dan berkelimpahan secara
materi. Jadi, Renda terlahir dalam keluarga sangat berkecukupan. Namun
kedua orangtuanya tidak membesarkannya dengan pendidikan Islami.
Setelah lulus SLA Renda melanjutkan ke Universitas. Ia tidak
mengenal Islam sama sekali sampai kemudian ia mulai berbaur dalam
pergaulan dengan para mahasiswa Muslim dari negara lain yang belajar di
kampusnya. Amerika; termasuk juga universitasnya; menawarkan
kebebasan memilih seluas-luasnya bagi masyarakatnya dan tidak pernah
ikut-campur dalam hal pilihan pribadi orang per orang. Renda pada
dasarnya berpembawaan halus, maka pengajaran dan pengamalan Islam
menarik hatinya. Ia terkejut menyadari bahwa dirinya yang sesungguhnya
terlahir dalam keluarga Muslim mendapati kehidupan keseharian
keluarganya menjauhkan dirinya dari pengetahuan dan pengamalan Islam.
Ia pun belajar dan belajar perihal Islam dari hari ke hari dan berusaha
untuk mengamalkannya.
Dalam hal perkuliahan, Ia tergolong mahasiswa yang sangat cerdas.
Ia menekuni bidang studi Arsitektur dan mampu menyelesaikannya dengan
mudah. Selanjutnya ia bergabung dengan firma arsitektur dalam rangka
mempersiapkan diri untuk ujian lisensi Arsitek. Biasanya seorang Arsitek
butuh waktu bertahun-tahun dan berkali-kali menempuh ujian untuk
memperoleh lisensi. Renda yang sangat pandai ini mampu memperoleh
lisensi dalam sekali tempuh.
Begitupun dalam bertumbuh-kembangnya pengetahuan dan
pengamalan keIslamannya berlangsung dengan begitu Istimewa. Ia
memetik manfaat yang amat besar dari aktifitasnya di Masjid Anarbor dan
masyarakat Muslim disana. Bersamaan dengan itu, orangtuanya yang telah
pensiun memutuskan untuk kembali ke Turki, melewatkan hari tua
menetap di negeri asal mereka. Renda memilih untuk tetap tinggal di
Amerika karena ia menyukai kehidupan masyarakat Muslim Anarbor. Ia
ingin lebih meningkatkan keikut-sertaannya dalam kegiatan-kegiatan Islam
disana.

Saya biasa memberikan khutbah Jum’at sekali sebulan di Masjid
Anarbor yang terdapat di lingkungan Unversitas Negeri Michigan
(Michigan State University). Renda biasanya bertindak sebagai muazzin di
masjid besar ini. Saya teringat, suatu kali saya pernah membawakan kisah
Nabi Yusuf AS dalam kesempatan khutbah Jum’at. Dalam kisah ini saya
menyebutkan pakaian Nabi Yusuf AS telah dipergunakan oleh kakakkakaknya
sebagai bukti untuk meyakinkan bahwa Yusuf telah dimakan
oleh binatang buas. Berikutnya, ketika istri Aziz mengajak Yusuf AS
berselingkuh dan kemudian memfitnahnya, pakaian beliau menjadi bukti
bahwa istri Aziz-lah yang bersalah. Belakangan lagi, pakaian Nabi Yusuf
AS menjadi sarana pemulihan kesehatan mata Ayahandanya yang menjadi
buta lantaran duka yang mendalam kehilangan Yusuf. Selanjutnya saya
katakan, “Jika sepatong pakaian Nabi Yusuf bisa menjadi mukjizat, maka
betapa yang mengenakannya pun tentu sangatlah lain daripada yang lain.”
Renda menyukai apa yang saya simpulkan ini dan menelepon saya begitu
saya tiba di rumah. Ia bertanya,”Adakah khutbah tadi buah fikiranmu
sendiri?” Saya katakan padanya,”Sama sekali bukan. Semua yang saya
sampaikan tadi berasal dari kitab Tafsir, yakni keterangan dan penjelasan
Al-Qur’an yang ditulis oleh Ulama. Saya bukanlah seorang ulama, saya
tidak berhak menjabarkan Al-Qur’an menurut diri sendiri.”
Sebagai Muslim, selain terus memperdalam pengetahuannya, ia juga
ingin dirinya nampak sebagai sosok Muslim. Ia kenakan busana Islami
khas Turki sepanjang waktu, bahkan ditempat kerjanya. Saya tanyakan
kepadanya, “Apakah berpakaian seperti itu tidak dilarang oleh tempat
kerjamu, sementara kamu harus mewakili perusahaan di berbagai tempat?”
Ia tegas menjawab, “Jika mereka membutuhkan saya maka mereka harus
menerima saya apa adanya.” Saya bertanya lagi, “Apakah kamu tidak
menghadapi banyak prasangka di tempat kerja karena berbusana muslim?”
Dengan polosnya ia menjawab, “Adalah masalah mereka jika gusar dengan
pakaian saya.” Saya suka dengan cara Renda mengenakan sorban. Saya
memintanya menunjukkan caranya mengikatkan sorban dengan begitu
anggun.

Renda memberikan kontribusi yang sangat besar kepada berbagai
komunitas Muslim. Ia biasa memperkenalkan Islam kepada para
narapidana di penjara-penjara Amerika. Hal sedemikian butuh
pengorbanan yang besar baik dari segi waktu maupun kesabaran. Berbagai
pengalamannya dengan para narapidana membuahkan hal positif pada
dirinya. Ia rasakan bahwa para mualaf itu membutuhkan bahan bacaan
yang khas, yakni singkat, ringkas, tetapi menyeluruh. Renda pun
mengembangkan dan membiayai sendiri pencetakan bacaan-bacaan dalam
bentuk pamflet. Saya dipercaya untuk mempelajari isi pamflet-pamfletnya.
Saya berpendapat bahwa isinya sangat penting untuk para mualaf. Semoga
Allah SWT memberinya ganjaran atas usaha yang telah dilakukannya ini.
Kontribusi Renda kepada Masjid Farmington Hills juga lain dari yang lain.
Ia membeli sebidang lahan seluas 1,16 hektar untuk mendirikan sebuah
Masjid di Farmington Hills. Ia memiliki beberapa pilihan konstruksi
bangunan masjid dan tempat parkir untuk tapak itu. Penatatan arsitektural
masjid yang sekarang ini berdiri dirancang secara eksklusif oleh Renda.
Tahap perancangan arsitektur ditenderkan kepada berbagai firma
arsitektur. Perusahaan dimana Renda bekerja mengajukan penawaran harga
tinggi. Renda menyarankan agar kami memilih tawaran harga terendah
yang diajukan oleh perusahaan yang lain. Walaupun begitu Renda tetap
membantu perusahaan yang terpilih. Detail-detail arsitektur masjid
digambarnya sendiri. Pernah beberapa kali kami berdua harus mengikuti
rapat yang begitu lama dan melelahkan, tetapi Renda tidak pernah
mengeluhkan hal ini. Rasanya, masjid ini tak kan kunjung terselesaikan
pembangunannya tanpa bantuan profesional yang Renda berikan.
Kehidupan pribadinya juga sangat unik. Ia berkunjung ke Turki
untuk menikah. Renda tidak meminta bantuan orangtuanya agar
mencarikan calon istri dari keluarga kaya, tetapi ia memilih sendiri seorang
gadis dari keluarga biasa. Renda mengetahui bahwa si gadis yang
dipinangnya itu tidak mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang Islam,
namun ia begitu yakin dan berketetapan hati untuk membimbing dan
mengajarkan Islam kepada gadis pilihannya itu. Ia berpendapat bahwa
Rasulullah Muhammad SAW dan juga para nabi yang lain telah disuruh
oleh Allah SWT untuk terlebih dahulu menyerukan dan mengajarkan Islam
kepada anggota keluarganya yang terdekat dan terkasih. Dan Renda tidak
hanya mengajarkan melainkan juga tampil sebagai teladan yang baik bagi
istrinya. Atas pertolongan Allah SWT, dengan cepat istri Renda
menguasaipengetahuan tentang Islam. Berdua, mereka mencinta jalan
hidup Islami. Pernikahan mereka diberkahi Allah SWT dengan dua orang
anak perempuan.

Renda tak ingin langkah dakwah Islamnya berhenti sampai disitu
saja. Ia hendak lebih berperan serta dalam kegiatan-kegiatan Islam dengan
dukungan penuh dari sang istri. Kala itu, peperangan di Bosnia sedang
hebat-hebatnya. Banyak kaum Muslim disiksa dan dibunuh setiap hari.
Banyak pemuda Muslim dari berbagai negara yang datang ke Bosnia untuk
menolong saudara-saudaranya sesama Muslim. Renda tak bisa tinggal
diam dan memutuskan untuk berangkat juga ke sana. Ia tinggalkan Istri
dan anak-anaknya yang masih kecil di kota Anarbor. Ia menunjuk seorang
wali bagi keluarganya, dari antara para Mahasiswa Muslim asal Turki. Ia
menelepon saya untuk mengucap Salam dan memberitahukan perihal
pengaturan yang telah ia tetapkan untuk keluarganya. Renda bersifat
berkepala dingin, percaya diri, dan teguh pendirian atas sesuatu yang sudah
menjadi keputusannya. Ia mempunyai tujuan khusus, yakni menolong
anak-anak yatim Bosnia. Beberapa waktu berselang setelah
keberangkatannya, kami mendapat berita bahwa Allah menghendaki Renda
menjadi Syuhada di Bosnia.

Masyarakat Muslim Anarbor sangat bangga pada Renda dan
keluarganya. Mereka segera membentuk badan amanat dan menggalang
dana. Dana ini ditujukan untuk bekal pendidikan anak-anak Renda kelak
ketika mereka melanjutkan ke perguruan tinggi.
Istri Renda pun begitu mulia. Ia berkembang semakin Islami sejalan
dengan pemahaman dan hafalan Al-Qur’an dan Hadits yang kian hari
bertambah banyak. Anak-anak Renda tumbuh sebagai anak-anak pintar
sebagaimana almarhum Renda. Istri Renda mendidik anak-anak mereka
untuk tumbuh dengan dasar keIslaman yang sangat baik.
Kami juga diberitahu bahwa Ayahanda dan Ibunda Renda di Turki
pun bangga menjadi orang tua sorang Syuhada. Demikian juga kaum
Muslim jama’ah Masjid Tauhid Farmington Hills, Michigan, bersyukur
kepada Allah SWT bahwa masjid mereka telah dirancang oleh seorang
Syuhada. Semoga Allah membalasnya dengan tempat yang megah didalam
Surga Firdaus. Amiin.
______________________________


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------