- Yang berhak mendapatkan ‘gelar’ sayyidina hanyalah Rasulullah Saw dan Imam Ali. Penyebutan lafadz sayyidina sebelum nama Abu Bakar, Umar, Utsman dan sahabat yang lain merupakan sebuah kesalahan karena tidak ada dasar dan dalilnya.
- Shalawat hanya boleh dibacakan untuk nabi dan keluarganya. Pembacaan shalawat tidak boleh ditujukan untuk para sahabat karena tidak ada dasarnya.
- Ahlul Bait hanyalah terbatas pada Nabi Muhammad Saw, Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.
- Dari sahabat Nabi yang ada, yang berhak mendapatkan doa ‘Alaihisalam” hanyalah sahabat Ali. Sedangkan Abu Bakar, Umar, Utsman dan yang lain tidak berhak mendapatkan doa tersebut karena sebelum masuk Islam mereka pernah menyembah patung.
- Abu Bakar dan Umar sakit hati dan dendam kepada Ali karena pinangan mereka terhadap Siti Fatimah ditolak oleh Rasul Saw, sedangkan pinangan Ali diterima.
- Teguran Allah kepada Nabi Saw melalui ayat Alquran pada Surat Al-Maidah ayat 67 dianggap berkaitan dengan pengangkatan Ali sebagai pengganti Rasul Saw yang disembunyikan oleh Rasul Saw karena takut pada Abu Bakar dan Umar ra.
- Para sahabat tidak patuh terhadap perintah Nabi Saw untuk berperang pada detik-detik akhir hayat Nabi Saw, karena para sahabat ingin menggagalkan wasiat yang ingin ditulis oleh Nabi Saw untuk penunjukan Ali sebagai pengganti Rasul Saw paska wafatnya Rasul Saw.
- Para sahabat berusaha keras menghalang-halangi terbitnya wasiat penting (tentang penunjukan Ali sebagai pengganti Rasul Saw) dengan mengatakan bahwa Nabi Saw sedang “ngelindur akibat sakit parah”, sehingga ucapannya tidak perlu diperhatikan. Karena hal inilah pada akhirnya Rasul Saw marah pada sahabat.
- Syahwat politik para sahabat terlihat pada saat Rasul saw wafat, mereka tidak sibuk mengurus jenazah Rasul Saw, akan tetapi mereka justru sibuk berdebat tentang sosok pemimpin pengganti Rasul Saw.
17 Alasan Ulama
Islam Mengkafirkan Kaum Syi’ah
01/01/2012
, Sejumlah tujuh belas doktrin Syi’ah yang selalu mereka sembunyikan dari kaum
muslimin sebagai bagian dari pengamalan doktrin taqiyah (menyembunyikan
Syi’ahnya). Ketujuh belas doktrin ini terdapat dalam kitab suci Syi’ah:
1.
Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para imam Syi’ah. Mereka akan
memberikan dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa
yang dikehendaki (Ushulul Kaafi, hal.259, Al-Kulaini, cet. India).
Jelas
Doktrin semacam ini bertentangan dengan firman Allah SWT QS: Al-A’raf 7: 128,
“Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia dikaruniakan kepada siapa yang Dia
kehendaki”. Kepercayaan Syi’ah diatas menunjukkan penyetaraan kekuasaan para
imam Syi’ah dengan Allah dan doktrin ini merupakan aqidah syirik.
2.
Ali bin Abi Thalib yang diklaim sebagai imam Syi’ah yang pertama dinyatakan
sebagai dzat yang pertama dan terakhir, yang dhahir dan yang bathin sebagaimana
termaktub dalam surat Al-Hadid, 57: 3 (Rijalul Kashi hal. 138).
Doktrin
semacam ini jelas merupakan kekafiran Syi’ah yang berdusta atas nama Khalifah
Ali bin Abi Thalib. Dengan doktrin semacam ini Syi’ah menempatkan Ali sebagai
Tuhan. Dan hal ini sudah pasti merupakan tipu daya Syi’ah terhadap kaum
muslimin dan kesucian aqidahnya.
3.
Para imam Syi’ah merupakan wajah Allah, mata Allah dan tangan-tangan Allah yang
membawa rahmat bagi para hamba Allah (Ushulul Kaafi, hal. 83).
4.
Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib oleh Syi’ah dikatakan menjadi wakil Allah
dalam menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh oleh
manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk, mengetahui segala
sesuatu secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang ghaib (Ushulul
Kaafi, hal. 84).
5.
Keinginan para imam Syi’ah adalah keinginan Allah juga (Ushulul Kaafi, hal.
278).
6.
Para imam Syi’ah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka sendiri yang
menentukan saat kematiannya karena bila imam tidak mengetahui hal-hal semacam
itu maka ia tidak berhak menjadi imam (Ushulul Kaafi, hal. 158).
7.
Para imam Syi’ah mengetahui apapun yang tersembunyi dan dapat mengetahui dan menjawab
apa saja bila kita bertanya kepada mereka karena mereka mengetahui hal ghaib
sebagaimana yang Allah ketahui (Ushulul Kaafi, hal. 193).
8.
Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi. Akan
tetapi para imam Syi’ah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi
(Ushulul Kaafi, hal. 40).
Menurut
Al-Kulaini (ulama besar ahli hadits Syi’ah), Bahwa Allah tidak mengetahui bahwa
Husein bin Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada mulanya tidak tahu
karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada. Akan
tetapi imam Syi’ah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu
menurut doktrin Syi’ah Allah bersifat bada’ (Ushulul Kaafi, hal. 232).
9.
Para imam Syi’ah merupakan gudang ilmu Allah dan juga penerjemah ilmu Allah.
Para imam Syi’ah bersifat Ma’sum (Bersih dari kesalahan dan tidak pernah lupa
apalagi berbuat Dosa). Allah menyuruh manusia untuk mentaati imam Syi’ah, tidak
boleh mengingkarinya dan mereka menjadi hujjah (Argumentasi Kebenaran) Allah
atas langit dan bumi (Ushulul Kaafi, hal. 165).
10.
Para imam Syi’ah sama dengan Rasulullah Saw (Ibid).
11.
Yang dimaksud para imam Syi’ah adalah Ali bin Abi Thalib, Husein bin Ali, Ali
bin Husein, Hassan bin Ali dan Muhammad bin Ali (Ushulul Kaafi, hal. 109)
12.
Al-Qur’an yang ada sekarang telah berubah, dikurangi dan ditambah (Ushulul
Kaafi, hal. 670). Salah satu contoh ayat Al-Qur’an yang dikurangi dari aslinya
yaitu ayat Al-Qur’an An-Nisa’: 47, menurut versi Syi’ah berbunyi: “Ya
ayyuhalladziina uutul kitaaba aaminuu bimaa nazzalnaa fie ‘Aliyyin nuuran
mubiinan”. (Fashlul Khitab, hal. 180).
13.
Menurut Syi’ah, Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Nabi Muhammad ada 17 ribu
ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat (Ushulul Kaafi, hal. 671).
14.
Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, Muawiyah, Aisyah, Hafshah,
Hindun, dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek di muka bumi, mereka
ini adalah musuh-musuh Allah. Siapa yang tidak memusuhi mereka, maka tidaklah
sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya dan imam-imam Syi’ah (Haqqul Yaqin,
hal. 519 oleh Muhammad Baqir Al-Majlisi).
15.
Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syi’ah orang yang melakukan
kawin mut’ah 4 kali derajatnya lebih tinggi dari Nabi Muhammad Saw. (Tafsir
Minhajush Shadiqin, hal. 356, oleh Mullah Fathullah Kassani).
16.
Menghalalkan saling tukar-menukar budak perempuan untuk disetubuhi kepada
sesama temannya. Kata mereka, imam Ja’far berkata kepada temannya: “Wahai
Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika engkau sudah tidak suka
kembalikan lagi kepadaku.” (Al-Istibshar III, hal. 136, oleh Abu Ja’far
Muhammad Hasan At-Thusi).
17.
Rasulullah dan para sahabat akan dibangkitkan sebelum hari kiamat. Imam Mahdi
sebelum hari kiamat akan datang dan dia membongkar kuburan Abu Bakar dan Umar
yang ada didekat kuburan Rasulullah. Setelah dihidupkan maka kedua orang ini
akan disalib (Haqqul Yaqin, hal. 360, oleh Mullah Muhammad Baqir al-Majlisi).
Ketujuh
belas doktrin Syi’ah di atas, apakah bisa dianggap sebagai aqidah Islam
sebagaimana dibawa oleh Rasulullah Saw dan dipegang teguh oleh para Sahabat
serta kaum Muslimin yang hidup sejak zaman Tabi’in hingga sekarang? Adakah
orang masih percaya bahwa Syi’ah itu bagian dari umat Islam? Menurut Imam Malik
dan Imam Ahmad, barangsiapa yang tidak MENGKAFIRKAN aqidah Syi’ah ini, maka dia
termasuk Kafir.
Semua
kitab tersebut diatas adalah kitab-kitab induk atau rujukan pokok kaum Syi’ah
yang posisinya seperti halnya kitab-kitab hadits Imam Bukhari, Muslim, Ahmad
bin Hambal, Nasa’i, Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah bagi kaum Muslimin. Oleh
karena itu, upaya-upaya Syi’ah untuk menanamkan kesan bahwa Syi’ah adalah
bagian dari kaum Muslimin, hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak prinsip,
adalah dusta dan harus ditolak tegas !!!.
Sumber:
Risalah Mujahidin, edisi 9, th 1 Jumadil Ula 1428 / Juni 2007. [armh].
-
See more at: http://syiahindonesia.com/?p=130#sthash.2flCndGg.dpuf
Home / Akhbar Syiah / Inilah Hasil Penelitian MUI Atas
Pemikiran Habib Ali Al-Habsyi di Puger Jember
Inilah Hasil
Penelitian MUI Atas Pemikiran Habib Ali Al-Habsyi di Puger Jember
17/09/2013
Jember – Sejatinya, pihak MUI Kabupaten Jember telah mengadakan penelitian
dan klarifikasi secara mendalam terkait Habib Ali bin Umar Al-Habsyi yang
ditengarai menyebarkan paham syiah kepada masyarakat. Sayangnya, fatwa ini
belum tersosialisasikan secara luas.
Pada
tangggal 13 Juni 2012 pihak MUI Jember mengadakan klarifikasi di Aula Kantor
Polres Jember yang meneliti buku-buku dan rekaman suara ceramah yang
disampaikan oleh Habib Ali bin Umar Al-Habsyi di lingkungannya.
Pada
saat itu, MUI meneliti 7 buku yang disusun oleh Habib Ali bin Umar Al-Habsyi.
Diantaranya
ialah: Pedoman Ponpes Darus Sholihin, Aqidati “Pedoman Hidupku” versi Bahasa
Arab, Aqidati “Pedoman Hidupku” versi Bahasa Indonesia, Kitab Soal Jawab dalam
Masalah Ubudiyah atas Mazhab Al-Imam Asy-Syafii, Kitab Fadhailul Amal,
Ar-Risalah Al-Habasyiyah fi At-Tasawuf wa Ar-Riyadhah dan terakhir kitab
Raudhah as-Sholihin yang kesemuanya merupakan buah karya Habib Ali bin Umar
Al-Habsyi.
Dari
ketujuh buku tersebut, pihak MUI Jember tidak menemukan adanya indikasi paham
dan ajaran yang berbeda dengan ajaran ahlu sunnah wal jamaah.
Kemudian,
penelitian dilanjutkan pada isi ceramah Habib Ali yang terekam dalam 1 buah
keping cakram digital. Awalnya, pihak MUI memanggil Habib Ali untuk
mengklarifikasikan apakah benar suara yang ada dalam keping cakram digital
tersebut adalah suara Habib Ali.
Pada
saat itu, Habib Ali tidak dapat hadir, namun ia mengirim utusan yaitu para guru
yang mengajar di Ponpes Darus Sholihin. Saat diklarifikasi, para utusan Habib
Ali dengan mantap membenarkan bahwa suara yang ada dalam ceramah tersebut merupakan
suara Habib Ali.
Akhirnya,
pihak MUI Jember setelah melakukan kajian dokumen dan kajian lapangan
menetapkan bahwa Habib Ali bin Umar Al-Habsyi terbuktimenyebarkan paham dan
ajaran syiah.
Poin-poin
pikiran yang terdapat dalam rekaman yang terlontar pada saat pengajian itu
menurut MUI mencerminkan bahwa Habib Ali bin Umar Al-Habsyi adalah syiah. Hal
ini terletak pada pandangannya yang miring dan selalu menyudutkan para sahabat
yang notabene tidak mungkin dilakukan oleh ahlu sunnah.
Berikut
sebagian pemikiran Habib Ali bin Umar Al Habsyi Pimpinan Ponpes Darus Sholihin
Puger Jember yang dianggap menyimpang oleh MUI Kabupaten Jember:
Demikianlah
poin-poin pemikiran Habib Ali yang melenceng dari sejarah dan ajaran Islam
sesungguhnya.
Catatan
ini dituangkan dari Fatwa MUI Kabupaten Jember No 56/MUI-JBR/VI/2012 Tentang
Paham dan Ajaran Jabib Ali bin Umar Al-Habsyi Desa Puger Kulon Kecamatan Puger
Kabupaten Jember. (Kiblat.net)
-
See more at: http://syiahindonesia.com/?p=782#sthash.K4KEXVyD.dpuf
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------