113.
Tanya: Bagaimana sifat penghisaban menurut Al Qur’an?
Jawab:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).”(Al Haaqqah: 18).

“Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris. Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian.”(Al Kahfi: 48).

“Dan (ingatlah) hari (ketika) Kami kumpulkan dari tiap-tiap umat segolongan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, lalu mereka dibagi-bagi (dalam kelompok-kelompok). Hingga apabila mereka datang, Allah berfirman: "Apakah kamu telah mendustakan ayat-ayat-Ku, Padahal ilmu kamu tidak meliputinya, atau Apakah yang telah kamu kerjakan?’.”(An Naml: 83-84).

“Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.”(Az Zalzalah: 6-8).

Kemudian, dalam surat Al Hijr, Allah berfirman pula:
“Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua.” (Al Hijr: 92).
Hal itu ditegaskan lagi dalam ayat lain:
“Dan tahanlah mereka (di tempat perhentian) karena Sesungguhnya mereka akan ditanya.” (Ash Shaaffaat: 24).

114.
Tanya: Lantas, bagaimana pandangan As Sunnah tentang penghisaban itu?
Jawab:
Masalah ini banyak diterangkan didalam hadits Rasulullah diantaranya adalah:

“Siapa yang diteliti (dengan) hisab pasti disiksa.”(HR. Bukhari-Muslim).
Dalam hadits riwayat muttafaq ‘alaih, dikatakan bahwa Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Bukankah Allah subhanahu wata’ala telah berfirman bahwa dia akan diperiksa dengan mudah?”

Dalam riwayat lain dikatakan:
“Ketika orang kafir datang pada hari kiamat, maka kepadanya dikatakan: ‘Bagaimana menurut pendapat kamu jika kamu mempunyai emas yang memenuhi bumi ini, apakah kamu bersedia mengorbankan semua itu untuk menebus siksaan yang akan menimpamu?’ Lalu orang yang ditanya itu menjawab, ‘Ya.’ Maka Allah berfirman, ‘Kamu telah diminta apa yang lebih mudah daripada itu (dalam riwayat lain dikatakan: kamu telah diminta apa yang lebih ringan daripada itu). Ketika kamu berada dalam punggung Adam dan berpesan kepadamu agar jangan mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun. Namun, kamu enggan dan tetap mempersekutukan Aku.”(HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bersabda:
“Tak seorangpun dari kamu (pada hari kiamat) kecuali akan diajak bicara oleh Allah, tanpa disertai perantara. Maka ketika dia melihat ke sebelah kanan, yang dilihat adalah amalan yang telah lampau. Dan ketika melihat ke sebelah kiri, yang dilihat hanyalah neraka yang hendak menelan wajahnya, maka dari itu jauhilah neraka walau hanya dengan sebiji kurma dan walaupun hanya dengan kalimat thayyibah.”

115.
Tanya: Bagaimana penjelasan buku catatan amal menurut Al Qur’an:
Jawab:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka. ‘Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu’.”(Al Israa’: 13-14).

Dalam surat Al Kahfi Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dan diletakkanlah Kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: ‘Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). dan Tuhanmu tidak Menganiaya seorang juapun’.”(Al Kahfi: 49).
Juga dalam surat-surat berikut ini:
“Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, Maka Dia berkata: ‘Ambillah, bacalah kitabku (ini)’.”(Al Haaqqah: 19).

“Dan apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka.”(At Takwir: 10).

Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, Maka Dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan Dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang,  Maka ia akan berteriak: ‘Celakalah aku’.”(Al Insyiqaaq: 7-11).

Dengan begitu, penerima kitab dari sebelah kanan didatangi dari depan. Sedangkan, penerima kitab dari sebelah kiri didatangi dari belakangnya.

116.
Tanya: Bagaimana dalil As Sunnah tentang buku catatan amal itu?
Jawab:
Banyak hadits yang menegaskan hal itu, diantaranya adalah:
“Seorang mu’min mendekat kepada Tuhannya sehingga Allah meletakkannya dibawah perlindunganNya lalu mengakui dosa-dosa yang pernah diperbuatnya sampai dua kali. Lalu Allah berfirman, ‘Dosa-dosamu telah Aku tutup-tutupi (rahasiakan) didunia dan kini hari ini Aku mengampunimu. Lalu catatan-catatan amalan kebaikannya ditutup. Adapun terhadap yang lain atau orang-orang kafir diserukan kepada mereka dihadapan banyak saksi.’ Merekalah yang telah berbohong terhadap Tuhan mereka.”

117.
Tanya: Melalui dalil mana Al Qur’an menegaskan masalah miizan (pertimbangan) dan bagaimana sifatnya?
Jawab:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.”(Al Anbiyaa’: 47).

Allah subhanahu wata’ala berfirman tentang orang-orang kafir:
“Mereka itu orang-orang yang telah kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, Maka hapuslah amalan- amalan mereka, dan Kami tidak Mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (Al Kahfi: 105).

118.
Tanya: Melalui dalil yang mana, As Sunnah menegaskan tentang Mizan dan sifatnya?
Jawab:
Suatu waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memuji Abdullah bin Mas’ud:
“Apakah kalian heran melihat kecilnya betis Ibnu Mas’ud? Demi Allah yang jiwaku ditanganNya, jika kedua betis Ibnu Mas’ud itu dtimbang, beratnya akan lebih daripada bukit Uhud.”

Dengan begitu, kita serahkan saja semuanya pada kehendak Allah yang disertai dengan keyakinan bahwa semua amal perbuataan akan ditimbang secara adil disisiNya sebagai penentu surga atau neraka bagi pelakunya.

Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Seseorang yang gemuk dan besar datang pada saat hisab di hari kiamat. Namun, berat amalannya tidak seberat sayap seekor nyamuk pun.”(HR. Bukhari).

119.
Tanya: Bagaimana dalil Al Qur’an tentang Shirath (jembatan)?
Jawab:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu. hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di dalam neraka dalam Keadaan berlutut.”(Maryam: 71-72).

“(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (Dikatakan kepada meraka): ‘Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai’ ...” (Al Hadiid: 12).

120.
Tanya:
Lantas, bagaimana masalah shirath itu menurut As Sunnah?
Jawab:
Dalil untuk masalah tersebut, antara lain terdapat pada hadits berikut ini:
“Kemudian dipasanglah sebuah jembatan diatas punggung dua tepi Jahannam. Maka aku (Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam) dan umatkulah yang mula-mula menyeberanginya. Tak ada seseorang pun yang berani berbicarra pada hari itu kecuali par rasul. Sedang, ucapan para rasul saat itu hanyalah: ‘Allahumma sallim (Ya Allah, selamatkanlah). Di neraka Jahannam itu ada beberapa pengait seperti pohon sa’dan. Hanya saja tidak ada yang tahu besarnya duri itu kecuali Allah. Pengait-pengait inilah yang akan menyambar orang-orang itu sesuai dengan amal perbuatannya sendiri ketika didunia.” (HR. Muslim).

Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu berkata:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan (berita) kepadaku bahwa Al Jisr (jembatan) itu lebih halus daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang.”

121.
Tanya: Bagaimana dalil pelaksanaan qishash[1] menurut Al Qur’an?
Jawab:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak Menganiaya seseorang walaupun sebesar zarrah, dan jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar.”(An Nisaa’: 40).

“Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi Balasan dengan apa yang diusahakannya. tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah Amat cepat hisabnya.” (Ghaafir/Al Mu’min: 17).
“Dan Allah menghukum dengan keadilan ...” (Ghaafir/Al Mu’min: 20).

“... Dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam’.”(Az Zumar: 75).

122.
Tanya:
Bagaimana dalil dan sifat qishash  itu menurut As Sunnah?
Jawab:
Dalam riwayat Ibnu Mas’ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Pertama sekali yang akan diadili diantara semua manusia adalah persoalan darah (pembunuhan).”(Muttafaq ‘alaih).

Sabdanya lagi:
“Jika orang-orang mu’min telah terbebas dari neraka, ditahan diatas jembatan diantara surga dan neraka, maka disitulah setiap perbuatan aniaya yang terjadi sesama manusia ditebus sehingga telah bersih dan diizinkan masuk surga. Demi Allah yang jiwaku ditanganNya, setiap orang lebih mengenal tempatnya disurga melebihi rumahnya didunia.” (HR. Bukhari).

123.
Tanya:
Bagaimana dalil Al Qur’an yang menunjukkan adanya telaga disurga?
Jawab:
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.”(Al Kautsar: 1).
Al Kautsar adalah sebuah sungai yang didalamnya penuh kebaikan dan mengalir disurga. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir IV, hal 557 –pent.).

124.
Tanya:
Lantas, bagaimana dalil as Sunnah yang berhubungan dengan telaga tersebut?
Jawab:
Banyak hadits yang meriwayatkan masalah telaga itu, diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr bin ‘Ash radhiyallahu ‘anhuma tentang sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini:

“Saya adalah yang terdahulu di telaga itu ...”(HR. Bukhari - Muslim).

“Telagaku sepanjang satu bulan perjalanan. Airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih semerbak dari wangi kesturi, dan gayungnya sejumlah bintang-bintang dilangit. Orang yang meneguknya, selamanya tidak akan pernah merasa haus.”

Kemudian, dalam shahih Muslim diriwayatkan pula bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Kelompok-kelompok manusia benar-benar akan mengunjungi telagaku, kemudian mereka saling berselisih dibelakangku. Aku berkata, ‘Mereka sahabat-sahabatku.’ Lalu ada yang menjawab, ‘Engkau sesungguhnya tidak mengetahui apa yang mereka adakan setelahmu’.”




[1]Qishash berhubungan dengan penganiayaan terhadap sesama manusia, jika sikap aniaya tersebut belum terbalas didunia serta belum tertebus dan belum bersih, seorang mu’min yang telah selamat dari neraka akan masuk surga (-ed).


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------