Makna Tauhid Uluhiyah adalah “Mengesakan Allah dalam ibadah dan ketaatan. Atau mengesakan Allah dalam perbuatan seperti shalat, puasa, zakat haji, nadzar, menyembelih semebelihan, klhauf, raja’, al hubb |
1 | Memberikan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah semata tanpa adanya sekutu yang lain |
2 | Hendaklah semua bentuk ibadah itu sesuai dengan perintah Allah dan meninggal kan larangan Nya melakukan maksiat. |
Kedua dasar tersebut diringkas menjadi : Ikhlas (karena Allah) dan Mutaba`ah (mengikuti sunnah Rasulillah Saw dalam pelaksanaanya) | |
Di atas Tauhid Uluhiyah inilah kehidupan dijalankan dan syari`at ditegakkan. Tak ada perintah dan ketaatan kecuali hanya kepada Allah dan Rasul-Nya. |
Tauhid Asma’ wash Shifat artinya: “Pengakuan dan kesaksian yang tegas atas semua nama dan sifat Allah yang sempurna yang termaktub dalam ayat-ayat Al Qur’an dan Sunnah Nabi Saw . |
Sikap Salaf tentang tauhid Asma’ wash shifat ini adalah mengakui dan menetapkan semua nama dan sifat Allah yang trmaktub dalam Al Qur’an danSunnah, tanpa sedikitpun penafian (ta`thil), penyimpangan (tahrif), penyerupaan (tamtsil) dan penentuan bentuk atau hakikatnya (takyif). Hal ini didasarkan pada QS Asy Syura: 11. |
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat. QS Asy Syuura: 11 . |
Kaum Salaf menetapkan secara rinci semua nama dan sifat yang ditetapkan Allah Ta`ala bagi diri-Nya dan atau ditetapkan Rasulullah Saw, dan menafikan (menolak dan meniadakan) secara global smeua nama dan sifat yang dinafikan Allah bagi diri-Nya sendiri dan atau dinafikan oleh Nabi Saw |
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Setiap nama dari nama-nama Nya menunjukkan kepada Dzat yang disebutnya dan sifat yang dikandungnya. Seperti al-`Alim menunjukkan Dzat dan ilmu, al-Qadir menunjukkan Dzat dan qudrah, ar Rahim menunjukkan Dzat dfan sifat rahmat” (Majmu` Fatawa, 13/333-334) |
Syaikhul Islam Ibnu Qayyim al Jauziyah mengetakan, “Nama-nama Rabb Ta`ala menunjukkan sifat-sifat kesempurnaanNya, sebab ia diambil dari sifat-sifat Nya. Jadi ia adalah nama sekaligus sifat dan karena itu lah ia menjadi husna. Sebab jika ia sekedar lafal-lafal yang tak bermakna maka tidaklah disebut husna” |
Setiap nama menunjukkan kepada sifat. Nama ar Rahman dan ar Rahim menunjukkan sifat rahmah, lalu as sami` dan al Bashir menunjukkan sifat mendengar dan melihat. Al `Alim menunjukkan sifat ilmu yang luas, ar Khaliq menunjukkan sifat Dia menciptakan, ar Razzaq menunjukkan sifat memberi rezeki, dll |
Nama-nama yang mulia ini bukanlah sekedar nama kosong yang tidak mengandung makna dan sifat, justru ia adalah nama-nama yang menunjukkan kepada makna yang mulia dan sifat yang agung. (Berbeda sama seklai dengan kita, missal ada orang bernama Abdul Karim, akan tetapi sifatnya bakhil dan kikir, ada nama Abdurrahman namun sifatnya bengis dan kejam). |
1 | Sifat Dzatiyah, yakni sifat yang selalu melekat dengan-Nya dan tak terpisah dari Dzat-Nya. Seperti al-`ilmu, al-qudrah, as sama`u, al basharu, al `izzah, al hikmah, al `uluwwu, al `azhamah, al wajhu(wajah), al yadaian (dua tangan) , dan al `ain (dua mata) |
2 | Sifat Fi`liyah, yaitu sifat yang Dia perbuatjika berkehendak. Seperti Dia bersemayam di ata `Arasy, turun ke langit dunia ketika tinggal sepertiga akhir dari malam, dan dating pada hari Kiamat, al farah (gembira) |
1 | Iradah kauniyah meliputi yang baik dan yang buruk, yang bermanfaat dan yang mafsadat bahkan meilputi segala sesuatu. Sedangkan iradah syariyyah hanya terdapat pada yang baik dan yang bermanfaat saja. |
2 | Iradah Kauniyah pasti terjadi, sedangkan iradah syar`iyyah tidak harus terjadi, bisa terjadi dan bisa tidak. |
3 | Iradah kauniyah tidak mengharuskan mahabbah (cinta Allah). Terkadang Allah menghendaki terjadinya sesuatu yang tidak Dia cintai, tetapi dari hal tersebut akan lahir sesuatu yang dicintai Allah. Adapun iradah sya`iyah diantara konsekwensinya adalah mahabbah Allah, sebab Allah tidak menginginkan dengannya kecuali sesuatu yang dicintai-Nya, seperti taat dan pahala |
1 | Terwujudnya ketauhidan kepada Allah, dimana selain Allah tidak ada yang digantungi dalam rangka mengharap atau cemas dan juga tidak ada yang haq untuk diibadahi selain Dia |
2 | Kesempurnaan dalam cinta kepada Allah (mahabbatullah) dan pengagungan terhadap-Nya sesuai dengan nama-nama Nya yang indah dan sifat-sifat Nya yang tinggi. |
3 | Terwujudnya peribadatan kepada-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. |
Alam semesta ini: langit, bumi, planet, bintang, hewan, pepohonan, daratan lautan, malaikat serta manusia seluruhnya tunduk kepada Allah dan patuh kepada perintah kauniyah-Nya |
Perhatikan QS Ali Imran: 83 , Al Baqarah: 116 , an Nahl: 49, Al Hajj: 18, Ar Ra`du: 15, dan Al Isra’: 44. |
Ibnu Taimiyah berkata, “Mereka tunduk menyerah, pasrah dan terpaksa dari berbagai segi, antara lain: 1. Keyakinan bahwa mereka sangat membutuhkan-Nya 2. Kepatuhan mereka kepada qadla’, qadar dan kehendak Allah yang ditulis atas mereka 3. Permohonan mereka kepada-Nya ketika dalam keadaan darurat atau terjepit. Makanya kita sering mendengar istilah “Istighatsah” (memohon kepada Allah ketika dalam keadaan terjepit dan susah lagi berat). |
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------