AKIDAHKU AKIDAH AHLUSSUNNAH (9)
SYARAH RUKUN IMAN

Pelajaran Pertama:
RUKUN IMAN PERTAMA

Definisi Iman Dan Cakupannya:
Dalam hadits Jibril as telah disebutkan
pengertian Iman dengan keenam rukunnya:

قَالَ النَّبِيُّ   صلى الله عليه وسلم:
اَلإِ يْمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِالله ِ ، وَمَلاَئِكَتِهِ، وَكُتُبِـهِ ، وَرُسُـلِـهِ ، وَبِالـْيَوْمِ الآ خِرِ ، وَبِا لْـقَدَرِ خَيْـرِهِ وَشَـرِّهِ مِنَ الله ِ تَعَالَى

Dalilnya adalah:
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebaji kan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.. Qs Al Baqarah: 177.
49. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
 QS Al Qamar: 49.

Makna Beriman Kepada Allah:

Meyakini sepenuhnya bahwa Allah adalah Rabb segala sesuatu, Pemiliknya, Penciptanya, dan Pengatur seluruh alam. Dan bahwa Dia itu yang berhak untuk disembah, tiada sekutu bagi-Nya, semua yang disembah di muka bumi ini selain Allah adalah Batil (tidak sah) demikian pula tatacara peribadatannya sendiri juga Batil. Dan bahwa Dia itu memiliki Nama-nama Yang Indah dan sifat-sifat Kesempurnaan dan Kemuliaan yang Suci dari segala kekurangan dan cacat.

Beriman Kepada Allah itu meiliputi:

Beriman kepada wujud-Nya.
Beriman kepada Rububiyah-N ya
Beriman kepada Asma’ dan sifat-Nya
Beriman kepada Uluhiyah-Nya.

PERKARA YANG TERKAIT DENGAN
KEIMANAN KEPADA ALLAH
اْلإِيْمَانُ  وما يتعلّق به

1    اْلإِيْمَانُ قَوْلٌ وَعَمَلٌ يَزِيْدُ وَيَنْقُصُ فَهُوَ قَوْلُ الْقَلْبِ وَاللِّسَانِ، وَعَمَلُ الْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ. فَقَوْلُ الْقَلْبِ : اعْتِقَادُهُ وَتَصْدِيْقُهُ وَقَوْلُ اللِّسَانِ : إِقْرَارُهُ وَعَمَلُ الْقَلْبِ : تَسْلِيْمُهُ وَإِخْلاَصُهُ وَإِذْعَانُهُ وَحُبُّهُ وَإِرَادَتُهُ لِلأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ وَعَمَلُ الْجَوَارِحِ : فِعْلُ الْمَأْمُوْرَاتِ وَتَرْكُ الْمَنْهِيَّاتِ.
    Iman itu perkataan dan perbuatan, bertambah dan berkurang. Ia merupakan perkataan hati dan lisan, amalan hati , lisan dan anggota badan (fisik). Yang dimaksud dengan perkataan hati adalah meyakininya dan membenarkannya, dan perkataan lisan itu adalah dengan mengikrarkannya, adapun maksud amalan hati adalah berserah diri dan mengkhikhlaskannya, tunduk dan cinta serta berkehendak untuk mengamalkan amalan shalih. Dan amalan anggota badan itu mengerjakan yang diperintahkan dan meninggalkan yang dilarangnya.
2    مَنَ أَخْرَجَ الْعَمَلَ عَنِ اْلإِيْمَانِ فَهُوَ مُرْجِئِيٌّ وَمَنْ أَدْخَلَ فِيْهِ مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ مُبْتَدِعٌ
    Barangsiapa yang mengeluarkan amal perbuatan dari iman, maka dia itu murji`ah, dan siapa yang memasukkan amal ke dalamnya padahal bukan dari (bagian iman) maka dia melakukan perbuatan bid`ah.
3    مَنْ لَمْ يُقِرْ بِالشَّهَادَتَيْنِ لاَ يَثْبُتْ لَهُ اسْمُ اْلإِيْمَانِ وَلاَ حُكْمُهُ لاَ فِي الدُّنْيَا وَلاَ فِي اْلآخِرَةِ.
    Siapa saja yang tidak mengikrarkan kalimat syahadat, tidaklah ditetapkan baginya nama iman dan juga hukumnya, baik di dunia maupun di akhirat
4    اْلإِسْلاَمُ وَاْلإِيِمَانُ اسْمَانِ شَرْعِيَّانِ بَيْنَهُمَا عُمُوْمٌ وَخُصُوْصٌ مِنْ وَجْهٍ، وَيُسَمَّي أَهْلُ الْقِبْلَةِ مُسْلِمِيْنَ.
    Islam dan Iman adalah dua nama (dalam) syari`at, antara keduanya memiliki makna umum dan khusus, dan ahlul qiblat itu dinamakan muslimin.
5    مُرْتَكِبُ الْكَبِيْرَةِ لاَ يَخْرُجُ مِنَ اْلإِيْمَانِ، فَهُوَ فِي الدُّنْيَا مُؤْمِنٌ نَاقِصُ اْلإِيْمَانِ، وَفِي اْلآخِرَةِ تَحْتَ مَشِيْئَةِ اللهِ إِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُ وَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُ، وَالْمُوَحِّدُوْنَ كُلُّهُمْ مَصِيْرُهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ وَإِنْ عُذِّبَ مِنْهُمْ بِالنَّارِ مَنْ عُذِّبَ، وَلاَ يَخْلُدْ مِنْهُمْ فِيْهَا قَطٌّ.
    Para pelaku dosa besar yang tidak dikeluarkan dari iman, maka di dunia dia sebagai mukmin yang kurang (imannya), dan di akhirat kelak berada dalam “masyi`atillah” (kehendak Allah), bisda jadi Allah mengampuninya dan bisa pula menyiksanya (karena dosa besarnya). Dan seluruh orang-orang yang bertauhid pastilah akan dmaksukkan ke dalam Surga, walau ada kalanya yang harus disiksa dulu di neraka, dan tidak akan kekal di dalamnya.
6    لاَ يَجُوْزُ الْقَطْعُ لِمُعَيَّنٍ مِنْ أَهْلِ الْقِبْلَةِ بِالْجَنَّةِ أَوْ النَّارِ إْلاَّ مَنْ ثَبَتَ النَّصُّ فِيْ حَقِّهِ.
    Tidak boleh memastikan bagi ahli kiblat dengan surga atau neraka, kecuali bagi orang yang telah ditetapkan oleh nash karena hak-nya.
7    الْكُفْرُ فِي اْلأَلْفَاظِ الشَّرْعِيَّةِ قِسْمَانِ :أَكْبَرُ مُخْرِجٌ مِنَ الْمِلَّةِ، وَأَصْغَرُ غَيْرُ مُخْرِجٌ مِنَ الْمِلَّةِ وَيُسَمَّى أَحْيَانًا بِالْكُفْرِ الَعَمَلِيِّ
    Kufur menurut lafal syar`iyah terbagi menjadi dua: Kufur besar yang keluar dari iman dan kufur kecil yang tidak dikeluarkan dari iman, yang terkadang dinamainya dengan kufur `amali.
8    التَّكْفِيْرُ مِن اْلأَحْكَامِ الشَّرْعِيَّةِ الَّتِيْ مّرَدُّهَا إِلَى الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ فَلاَ يَجُوْزُ تَكْفِيْرُ مُسْلِمٍ بِقَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ مَا لَمْ يَدُلَّ دَلِيْلٌ شَرْعِيٌّ عَلَى ذَلِكَ، وَلاَ يَلْزَمُ مِنْ إِطْلاَقِ حُكْمِ الْكُفْرِ عَلَى قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ ثُبُوْتُ مُوْجِبُهُ فِيْ حَقِّ الْمُعَيَّنِ إِلاَّ إِذَا تَحَقَّقَتِ الشُّرُوْطُ وَانْتَفَتِ الْمَوَانِعِ. وَالتَّكْفِيْرُ مِنْ أَخْطَرِ اْلأَحْكَامِ فَيَجِبُ التَّثَبُّتُ وَالْحَذَرُ مِنْ تَكْفِيْرِ الْمُسْلِمِ.
    Mengkafirkan orang lain termasuk hokum-hukum syar`iyyah yang harus dikembali kan kepada al Qur’an dan as Sunnah, maka tidak boleh seseorang mengkafirkan seorang muslim lain baik karena perkataannya atau perbuatannya selama tidak ditunjukkan dengan dalil syar`iy. Perkataan atau perbuatan yang secara ithlaq (nash) dari al Qur’an atau as Sunnah yang dinyatakan kekafirannya, tidak otomatis dapat dipakai dalam menghukumi kafir terhadap orang tertentu (takfir mu`ayyan), kecuali apabila telah memenuhi syarat dan hilangnya penghalang-penghalang.


IMAN KEPADA WUJUD ALLAH

Mengimani wujud Allah dapat didekati dan dibuktikan dengan dalil fithrah, akal, syara’ dan indera.
Dalil fithrah menyatakan wujud Allah, sebab segala makhluk telah diciptakan untuk beriman kepada penciptanya tanpa harus diajari sebelumnya. Hanya bagi manusia yang hatinya dimasuki oleh sesuatu yang dapat memalingkan dari fithrah itu.
Dalil akal juga menyatakan wujud Allah, sebab seluruh makhlul yang ada ini, yang telah berlalu maupun yang akan dating, pastilah ada penciptanya. Tidaklah mungkin makhluk itu mengadakan dirinya sendiri atau ada begitu saja dengan sendirinya tanpa ada penciptanya.
Sebelum sesuatu itu ada, ia dari tidak ada. Bagaimana mungkin yang tadinya tidak ada dapat mengadakan dirinya sendiri ?
Ia juga tidak mungkin ada secara kebetulan, karena segala sesuatu yang terjadi (ada) itu pastilah ada yang menciptakannya.

“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?  QS Ath Thur: 35
Maksud ayat ini, bahwa mereka itu tidaklah tercipta tanpa adanya pencipta, dan mereka pun tidak pula mencipta dirinya sendiri. Jika demikian, maka pastilah pencipta mereka itu Allah Ta`ala, Rabb pencipta segala sesuatu.


36. Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).
37. Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa?  QS Ath Thur: 36-37.

Dalil Syara` juga menyatakan wujud Allah, sebab kitab-kitab samawi seluruhnya menyatakan demikian. Apa saja yang dibawa oleh kitab-kitab samawi itu, berupa hokum-hukum yang menjamin kemaslahatan makhluk merupakan bukti bahwa hal itu dating dari Rabb yang Bijaksana dan Maha Tahu akan kemaslahatan makhluk-Nya. Berita-berita yang berkenaan dengan alam yang terdapat dalam kitab-kitab tersebut, serta telah disaksikan olehkenyataan tentang kebenarannya, merupoakan bukti bahwa kitab-kitab itu berasal dari Rabb yang Maha Kuasa untuk mewujudkan (menciptakan) apa yang diberitakan itu.

Dan dalil Indera mengenal wujud Allah dapat dilihat dari dua hal:

1.    Kita semua mendengar dan menyaksikan dikabulkannya permohonan orang-orang yang berdo’a dan ditolongnya orang-orang yang kesusahan, yang semuanya mennunjuk kan secara qath’ii akan adanya Allah Ta`ala.

“Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika Dia berdoa, dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan Dia beserta keluarganya dari bencana yang besar. QS Al Anbiya’: 76.

“(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut".QS Al Anfal: 9.

2.    Ayat-ayat (tanda-tanda) para Nabi yang dinamakan mukjizat yang disaksikan oleh manusia lain, atau yang mereka dengan merupakan bukti qath’ii akan adanya Dzat yang mengutus mereka, yaitu Allah Ta`ala.
3.    
63. Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.
QS Asy Syu`ara: 63.

dan aku (Isa) menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah;
QS Ali Imran: 49.

Dan (ingatlah) di waktu kamu (Isa) menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku,  QS Al Maidah: 110.

IMAN KEPADA RUBUBIYAH ALLAH

Makna tauhid Rububiyah adalah:
 “Percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya Pencipta, Pemilik, Pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya Ia menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya” (Dr. Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan,
Dalam Kitabnya al Madkhal Li Dirasatil `Aqidatil Islamiyah, hal. 101)
Rabb adalah Dzat yang berwenang mencipta, memiliki dan memerintah. Tiada pencipta selain Allah, tiada yang memiliki kecuali Allah serta tiada yang berhak memerintah kecuali Allah.  QS Al A`raf: 54.

CAKUPAN IMAN KEPADA RUBUBIYAH ALLAH
Iman kepada Rububiyah Allah Meliputi Tiga Perkara Pokok, yaitu:
Mengimani perbuatan-perbuatan Allah yang berisfat umum. Seperti halnya menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menguasai, dll
Mengimani kepada takdir Allah
Mengimani kepada Dzat Allah

 Landasan tauhid Rububiyah ini adalah :
QS Al Fatihah: 1 ; Al A`raf : 54 ; Al Baqarah: 29, asy Syu`ara’: 80; Adz dzariyat: 58, al Fathir: 3; Dan sejumlah hadits Rasulillah Saw.

3. Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? QS Fathir : 3.

54. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy[a]. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam. QS Al A`raf: 54.
[a] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu. QS Al Baqarah: 29.
{أَ وَّ لُ مَنْ خَلَقَ الله ُ : الـقَلَمُ}
“Yang pertama kali diciptakan Allah adalah pena”
{يَا غُلاَم  اِحْفَظِ الله َ يَحْفظْكَ ، اِحْفَظِ الله َ تَجِدْهُ تِجَاهَكَ ، تَعَرَّفْ إِلَى الله ِ فِيْ الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِيْ الشِّدَّ ةِ}
“Hai pemuda, jagalah Allah niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya engkau akan selalu menemukan-Nya di depanmu, kenalilah Allah ketika engkau dalam keadaan lapang niscaya Dia akan mengenalimi ketika engkau dalam keadaan susah” HR Ahmad


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------