Ensiklopedi Pendidikan Islam:
(1).ILMU dan TARBIYAH
Oleh: Abu Fahmi Ahmad
Allah Subhanahu wa Ta`ala berfirman:
إنما يخشى الله من عباه العلماء ، إن الله عزيز غفور
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama [1]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. Fathir: 28
Ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa takutnya seorang hamba itu dinisbatkan dengan ilmu dan komitmen amalnya.
Dan Ibnu Taimiyah rahimahullah menegaskan bahwa amal itu tidak tergantung pada parsial dan totalitasnya (juz’iyah dan kulliyahnya), dan tidak bergantung pada cabang atau prinsipnya (furu’ dan ushulnya). Akan tetapi amal itu bergantung pada istitha`ahnya (kemampuannya) ; al `amal yata`allaq ma`ul istitha`ah. Begitu menurutnya, ketika beliau manafsirkan ayat “udkhuluu fis silmi kaaaffah”…. Sebagaimana juga menurut Ibnu Katsir rahimahullah.
Ilmu itu bukan karena banyaknya Riwayat, tetapi Khasyyah:
Ilmu itu bukanlah kerena banyaknya riwayat (yang dihafal), namun ilmu itu adalah (ditunjukkan) oleh takutnya (kpd Allah, karena siksaNya yang pedih)
Ada Tiga Tipe `Ulama:
Berkata Sufyan ats Tsauri dari Abi Hayyan at Taimi dari seseorang yang mengatakan bahwa `Ulama itu ada tiga golongan: (1) `alim terhadap Allah dan perintahNya : mereka itu adalah yang takut kepada (adzab) Allah dan mengetahui batas-batas ketentuan dan kewajiban Allah; (2). `alim terhadap Allah namun tidak alim dalam perintah Nya: yaitu mereka yang takut kepada Allah namun tidak mengetahui batas-batas dan ketentuan kewajiban Allah, dan (3). `Alim terhadap perintah Allah namun tidak `alim terhadapNya: mereka adalah yang mengetahui batas-batas hukum dan kewajiban Allah namun tidak takut kepada (adzab) Nya. (Tafsir Ibnu Katsir, Al Mishabhul Munir, hal 1130).
Beramal Tanpa Tuntunan (As Sunnah) itu Menghidupkan Hawa Nafsu:
Berkata Sahal bin Abdullah rahimahullah : setiap pekerjaan yang dilakukan seorang hamba TANPA mengacu pada tuntunan (Rasulullah saw) – baik dalam ketaatan maupunn kemaksiatan – maka (ketahuilah) dia itu sedang menghidupkan nafsunya (berbuat menurutkan nafsu). Dan setiap perbuatan hamba yang dilakukan dengan TUNTUNAN, maka ketahuilah dia itu sedang MENYIKSA (MEMENJARAKAN) Nafsunya.
Dan berkata Ahmad bin Abil Hawari rahimahullah : siapa saja melakukan satu perbuatan TANPA MENGIKUTI SUNNAH, MAKA BATIL-LAH AMALNYA.
Islam Dapat Hilang Karena 4 (Empat) Perkara:
Berkata Muhammad bin Al Fadl al Bamuji, seorang syaikh kaum pembesar:
HILANGNYA ISLAM melalui empat perkara : (1) (Apabila Kaum Muslimin) tidak mengetahui (tak berilmu) tentang apa-apa yang akan mereka kerjakan, (2) mereka melakukan banyak hal dengan tanpa mendasarinya dengan ilmu; (3) mereka yang tidak mau mempelajari apa-apa yang akan mereka kerjakan, (4) dan mereka yang menghalangi manusia dari proses belajar dan mengajar.
Umar ibnul Khaththab Ra berkata : Pahamilah agama sebelum kalian usia dewasa. Abi Ubaid al Qasim bin Salam rahimahullah berkata (tentang ucapan Umar tsb): Hendaklah kalian tuntut ilmu (agama ini) selama masih usia dini (kecil) sebelum menjadi tua
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: Siapa yang memisahkan dalil (dari perbuatannya) maka sesatlah dia dari jalan lurus. Dan tidak ada dalil menuju Allah dan Surga selain Kitab dan as Sunnah. Dan setiap jalan yang tidak didukung dalil al Qur’an dan as Sunnah, maka dia itu jalan Neraka dan Syaithan yang terkutuk. (Madarijus salikin,2: 466-469, diringkas)
Apa Itu Ilmu ? :
المراد بالعلم : العلم الشرعي الذى يفيد معرفة ما يجب على المكلف من أمر دينه في عبادته ومعاملته، والعلم بالله وصفاته ، وما يجب له من القيام بأمره ، وتنـزيهه عن النقائص (قال ابن حجر) .
Yang dimaksud dengan al ilmu adalah : ilmu syar`ii yang dapat menambah faedah dalam mengetahui apa-apa yang wajib bagi mukallaf, berupa urusan agamanya -baik di dalam ibadahnya maupun mu`amalahnya-, dan ilmu mengenai Allah dan sifatNya, dan kewajiban untuk menegakkan perintahNya, serta mensucikannya dari segala kekuarangan. (IBNU HAJAR AL ASQALANI).
Profesor, Doktor dan semua Ilmuwan yang hanya Menguasai Ilmu-Ilmu Dunia dan Detail-Detailnya, namun yang tidak mengenal Rabb-nya, maka sama dengan Jahil alias tidak mengetahui apa-apa : (Ibnul Qayyim al Jauziyah rahimahullah)
وقال ابن القيم رحمه الله : إن العبد لو عرف كل شيء ولم يعرف ربه فكأنه لا يعرف شيئا.
“sesungguhnya andaikan seorang hamba itu mengenali segala sesuatu (tentang dunia ini: kultur dan peradabannya), namun dia tidak mengenal Allah, maka sama saja dia itu tidak mengetahui apa-apa”
Hadits ini menunjukkan bahwa “Menuntut ilmu agama” lebih baiki daripada “dzikir dan berdoa kepada Allah”, walau keduanya itu kebaikan. Sebab dalam berdoa, bisa saja Allah mengabulkan dan bisa saja menolaknya. Sedangkan dalam “mengajarkan agama” maka orang-orang jahil dapat memperoleh ilmu. Kata Nabi “Sesungguhnya aku diutus sebagai mu`allaim”.
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إذا أتى عليّ يوم لا أزداد فيه علما يقربني من الله عز وجل ، فلا بورك لي في طلوع شمس ذلك اليوم (ص 75).
Jika datang kepadaku satu hari dimana aku tak menambah sedikitpun ilmu yang mendekatkan diriku kepada Allah, maka tak ada keberkahan bagiku terbitnya matahari di hari itu”.
وأخرج بن عبد البـر في جامع البيان عن أبى هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم دخل المسجد فرأى جمعا من الناس على رجل فقال : (وما هذا ؟) قالوا : يارسول الله رجل علاّمة . قال : (وما العلامة }) قالوا : أعلم الناس بأنساب العرب وأعلم الناس بعربية وأعلم الناس بشعر وأعلم الناس بما اختلف فيه العرب) فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (هذا علم لا ينفع وجهل لا يضر). فهذا العلم لا ينفع لأنه لم يقم على علم بقرآن وسنة ولو أن هذا الرجل كان عالما بكتاب الله وسنة نبيه لكان علمه الآخر ... أقرب إلى منفعة المسلمين. فلقد كان أبو بكر رضي الله عنه عالما بالأنساب فلما وعى صدره منهاج الله أصبح علمه بالأنساب في خدمة هذا الدين، وكان حسن بن ثابت رضي الله عنه شاعرا عالما بالشعر ، فلما وعى صدره منهاج الله أصبح شعاره وعلمه في خدمة دين الله.
Hadits ini menunjukkan bahwa sehebat-hebatnya ilmu seseorang (non diniyah) yang tidak ada pada dirinya basic pengetahuan Al KItab dan as Sunnah, maka ilmunya tidak menjadi sebuah kebaikan yang dapat mendekatkan kepada kemanfaatan bagi muslimin.
(قاله الشيخ ابن عثيمين, في كتاب العلم):
العلم هو : علم ما أنـزل الله على رسوله من البينات والهدى وعليه يقع الثناء في القرآن والسنة ، وأما العلوم الأخرى غير العلم الشرعي فإن أعان على طاعة الله وعلى نصر دينه وانتفع به عباد الله فهو علم خيـر ونافع، وإلاّ فهو علم شـر وغيـر نافع.
Syaikh Muhammd Shalih ibnu Ustaimin rahimahullah berkata di dalam “Kitabul `Ilmi”, bahwa ilmu adalah : ilmu yang Allah turunkan kepada rasul-Nya berupa al bayyinat dan al hudaa, yang atasnya Allah memberikan pujian dalam al Qur’an dan as sunnah. Dan adapun ilmu-ilmu lain (non syariah : baik maqashidnya maupun wasailnya), maka apabila ia dapat membantu dalam menaati Allah dan membela agamanya serta memberi manfaat bagi hamba-hamba, maka ilmu (umum) itu menjadi “KHAIR dan NAFI`”, dan apabila tidak maka jadilah ia ilmu yang buruk dan tidak naïf` (SYARR – GHAIR NAFI`).
Siapa Murabbi Muslim itu ?
Setiap Orang Yang Melakukan aktifitas Pendidikan bisa saja secara umum disebut dengan “Murabbi”. Dan kegiatannyan disebut sebagai “Tarbiyah”. Yang membedakan antara “TARBIYAH ISLAMIYAH dan TARBIYAH WADL`IYAH” terletak pada Asas , Ushulnya, Ahdaf, GHAYAH dan MASHADIR-nya. Yang dari sinilah lahir: KURIKULUM.
Dr. Muhammad Quthb, dalam bukunya “Manhajut Tarbviyah al Islamiyah”, mengatakan bahwa Islam tidak memisahkan ilmu dari bagian-bagian kehidupan insani lainnya dan tidak menjadikannya sesuatu yang berdiri sendiri dan tidak pula meninggikan slogan ilmu untuk ilmu. Islam tidak menjadikan kegiatan ilmu bertentangan dengan bagian orientasi fitrah dan bagian hajat jiwa dan kehidupan.
Dan adapun ilmu-ilmu lain (selain syar`iyah), maka apabila turut membantu pada ketaatan pemiliknya kepada Allah dan dapat menolong (membela) agama-nya serta bermanfaat bagi hajat hamba-hamba Allah, maka ilmu umum itu menjadi baik dan bermanfaat (khair wa naafi’), dan apabila tidak demikian, maka ia merupakan ilmu yang jahat dan tidak manfaat (syarr wa ghair naafi’).
Maka ilmu menjadi piranti penting dalam memakmurkan bumi, dalam usaha mencari rezeki dan dalam menegakkan peran kekhalifahan manusia di muka bumi, serta menegakkan al-haq dan al `adl. Dan ilmu seperti inilah yang mampu mendekatkan diri manusia kepada Rabb-nya dan menggapai ridla-Nya.
`Alim billah wa `Alim bi Amrillah. Sufyan ats Tsauri.
Pendidikan Islam, adalah mengembangkan pemikiran manusia, dan mensetting prilaku dan emosional nya, di atas asas Din al Islam, untuk mewujudkan sasaran (Ahdaf) Isslam dalam kehidupan individu dan masyarakat, meliputi semua lapangan kehidupan. Dr. Abdurrahm,an an Nahlawi (Ushul at Tarbiyah al Islamiyah, fil Bait, fil Madrasah, wa fil Mujtama`)
Manakala Tarbiyah itu merupakan bina’ul Insan menuju apa yang dapat mewujudkan tujuan mulia penciptaan manusia, dan sementara aqidah merupakan ushul (landasan) ad dien apabila telah tertancap kokoh dalam jiwa dan bersemayam di hati setiap insan, maka tujuan pembangunan manusia (tarbiyah) mustahil bisa terwujud tanpa adsanya usaha menanamkan dan menancapkan landasan ad dien ini ke dalam jiwa manusia. Atau dengan perkataan lain: Tarbiyah mustahil dilakukan tanpa landasann Aqidah yang kokoh. Tarbiyah seperti inilah yang mampu men jamin sambutan seluruh anggota badannya dan ketundukan hawa-nya. Perhatikan : QS an Najm: 3-5, An Nisa’: 65, al Anfal: 2-4
الرباني : هو الذي تـربي الناس بمنهج الله ، ويتدرج بهم حتى يصل إلى المستوى الرفيع الذى يريد الله
Rabbani adalah Orang yang menyarbiyah manusia dengan Manhaj Allah, dan membimbing mereka secara bertahap hingga mencapai kedudukan yang tinggi yang dikehendaki Allah (Dr. Umar Sulaiman al Asyqar, dalam Kitab Ma`alim asy syakhshiyah al Islamiyah, hal. 30). Para `ulama salaf menafsirkan QS 5: 63, 3: 79, sebagai orang-orang memelihara (mentarbiyah) manusia (dimulai) dengan ilmu-ilmu kecil (sederhana-mujmal) menuju ilmu yang besar (rinci) …Shahih Bukhari, Fathul Baari, 1/62)
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------