إن الحمد لله، نحمده، ونستعينه، ونستغفره، ونتوب إليه، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله، أرسله الله تعالى بين يدي الساعة بشيرًا، ونذيرًا، وداعيًا إلى الله بإذنه وسراجًا منيرًا، فبلغ الرسالة، وأدى الأمانة، ونصح الأمة، وجاهد في الله حق جهاده، بلسانه، ويده، وماله، حتى أتاه اليقين فصلوات الله وسلامه عليه وعلى آله، وأصحابه، ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين
.الله أكبر  الله أكبر  الله أكبر - لا إله إلا الله   و الله أكبر -  الله أكبر  ولله الحمد.
Segala puji dan puja kita panjatkan ke hadirat Allah SWT `Azza wa Jalla semata-mata, satu-satuNya Dzat tempat kita mengabdi dan tempat kita berserah diri. Shalawat dan Salam, kesejahteraan dan kedamaian, semoga dilimpahkan Allah kepada Pemimpin Besar kita, Nabi Muhammad Rasulullah SAW, serta para keluarga dan shahabat RA dan pengikut beliau SAW  yang setia sampai akhir zaman. Melalui pribadi yang mulia Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Terakhir, sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang haqq dan sempurna untuk mengatur umat manusia, agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai Khalifah Allah di muka bumi, dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke hadirat-Nya.

Setiap tanggal 1 Syawwal, umat Islam di seluruh dunia, yang kini berjumlah 1,5 miliar jiwa dan merupakan hampir seperempat penduduk planet Bumi, bergembira merayakan Festival Kemenangan atau Idul Fitri, setelah sebulan penuh berlatih dalam pengendalian diri. Selama bulan Ramadhan kita telah menunaikan ibadah puasa, menegakkan shalat tarawih, memperdalam kajian Al-Qur’an, memperbanyak infaq dan shadaqah, serta amalan lainnya – yang wajib maupun  yang sunnah, yang besar maupun yang kecil , amalan hati maupun amalan jawarih - yang disyari`atkan oleh Allah di dalam Kitab Nya maupun oleh Rasulullah Saw di dalam sunnah-sunnahnya.
Mudah-mudahan Allah SWT menerima segala aktivitas Ramadhan kita sebagai amal shaleh yang menambah neraca kebajikan kita pada Hari Perhitungan di akhirat nanti.
Semoga dengan terbebasnya kita dari Dosa-Dosa Besar, maka ibadah shaum ramadlan ini telah menjadi Penubus bagi dosaa-dosa kecil kita.
Taqabbala l-Laahu minnaa wa minkum, shiyaamanaa wa shiyaamakum.
الله أكبر  الله أكبر  الله أكبر - لا إله إلا الله   و الله أكبر -  الله أكبر  ولله الحمد
Hadirin dan hadirat yang dimuliakan Allah SWT,
Berbeda dengan ibadah-ibadah lainnya, ibadah puasa yang telah kita laksanakan merupakan ibadah yang sangat spesifik & personal. Dimana hubungan antara si SHAA'IM  dengan KHALIQ-NYA (antara `Abd dan Ma`buduhul Haq) sebagai hubungan antara “Aku-dan-Engkau”, sebab ibadah puasa tidak dapat dipamerkan kepada orang lain. Yang mengetahui bahwa kita berpuasa hanyalah diri kita sendiri beserta Allah, tidak ada pihak ketiga.
Dengan menghayati ibadah puasa, seorang makhluq merasakan kedekatan atau suasana akrab dengan Khaliqnya, sesuai dengan firman Allah yang berkaitan dengan kewajiban puasa, dalam Surat al-Baqarah ayat 186:

186. dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Setelah kita melaksanakan puasa Ramadhan, mudah-mudahan kita dapat memetik BUAH YANG LEZAT dari ibadah shaum tersebut, dengan senantiasa menyadari MURAQABATULLAH dalam setiap gerak langkah dan aktivitas kita sehari-hari – QAULIYAH, FI`LIYAH MAUPUN I`TIQADIYAH -   Kita senantiasa menghayati firman Allah dalam Surat al-Hadid ayat 4:

"dan Dia bersama kamu di mama saja kamu berada. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

Juga firman Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 115:

115. dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[83]. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.

[83] Disitulah wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah.

Dengan demikian diharapkan kita selalu memelihara diri dari hal-hal yang tidak diridhai Allah SWT. Inilah tujuan akhir (the ultimate goal) dari ibadah puasa, la`allakum tattaquun, “agar kamu sekalian bertaqwa.” DIMANA BENAR-BENAR "PERISAI & BENTENG KOKOH" telah kita tegakkan guna membentengi "MURKA ALLAH, KEBENCIANNYA DAN SIKSANYA YANG MAHA DAHSYAT .  TAQWA DARI SYIRIK, TAQWA DARI BID`AH DAN TAQWA DARI MA`ASHIL FAR`IYYAH, YAITU DENGAN MEMELIHARA TAUHID KITA, SUNNAH-SUNNAH RASULNYA & MUTABA`AH KEPADANYA, SERTA MENJAUHI DARI DOSA-DOSA & MAKSIAT KEPADA-NYA, LALU DISERTAI DENGAN "TANZIHUL QALBI WA AKJLAQUL MAHMUDAH".
أن تعمل بطاعة الله على نور من الله ترجو ثواب الله ، وأن تترك معصية الله على نور من الله تخاف عقاب الله
Pribadi taqwa seperti inilah yang pantas untuk memimpin sebuah "Usrah Muslimah" (Kleuarga Muslim) dan masyarakat nya, hingga mengurus sebuah institusi dakwah dan tarbiyah, bahkan mengurus Negara – eksekuitfnya-legeslatifnya dan yudikatifnya - .
Jika dia menjadi pemimpin, niscaya dia akan menggunakan kekuasaannya untuk kesejahteraan rakyat yang dipimpinnya, dan sekali-kali tidaklah dia memanfaatkan jabatannya untuk menumpuk harta kekayaan mumpung dia masih berkuasa, karena dia yakin bahwa kepemimpinannya itu tiada lain adalah amanat Ilahi yang akan dipertanggungjawabkannya di hadapan Sang Pemberi Mandat, yaitu Allah`Aziizul-Hakiim, Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

5. dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah[781]". sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi Setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. QS Ibrahim : 5

[781] Yang dimaksud dengan hari-hari Allah ialah Peristiwa yang telah terjadi pada kaum-kaum dahulu serta nikmat dan siksa yang dialami mereka.

Sebaliknya, jika pribadi yang bertaqwa ini hidup sebagai rakyat, maka dia akan taat dan patuh kepada pemimpin selama pemimpin itu menjalankan tugasnya di atas jalan yang diridhai Allah. Sekiranya dia melihat pemimpinnya menyeleweng atau keluar dari ajaran agama, maka dia tidak segan dan ragu untuk menegur dan memperingatkan pemimpinnya itu, dengan cara "bil Hikmah, mau`izhah hasanah dan mujadalah billati hiya ahsan". Bukan dengan "demontrasi-demontrasi, apalagi disertai dengan tindakan anarkis", yang berujung kepada konflik antara rakyat dan penguasa, dan konflik horizontal, yang hanya membuahkan kerusakan dan perpecahan lebih besar lagi.
Dan itulah "amar ma`ruf nahi `anil munkar" yang dilakukan dengan penuh "kefaqihan" dan "etika", yang menjadi cirri khas seorang mukmin yang bertaqwa.
Sebab setiap mukmin pelaku amar ma`ruf dan nahi munkar, selalu mengedepankan kaidah "Daf`ul Mafasid awlaa min Jalbil Mashalih", dan kaidah "al Khatha' fil `Afwi khairun minal khatha' fil Hukmi `alal akharin".

Para hadirin dan hadirat yang berbahagia,
الله أكبر  الله أكبر  الله أكبر - لا إله إلا الله   و الله أكبر -  الله أكبر  ولله الحمد
Sebulan penuh lamanya kita menempuh latihan menahan diri, dengan tidak melakukan makan dan minum, serta tidak melakukan hubungan badani suami-istri, dari terbit fajar sampai terbenam matahari. Menahan lapar dan dahaga dalam puasa sama sekali bukanlah untuk menghilangkan naluri yang ada pada makhluk hidup, yaitu nafsu makan dan minum, melainkan untuk menumbuhkan kemampuan pengendalian atas nafsu-nafsu tersebut. Inilah salah satu perbedaan manusia dengan hewan, sebab manusia berpotensi untuk mengendalikan nafsu sedangkan hewan tidak. Lebih penting lagi, pengendalian nafsu tersebut sangat penting untuk memelihara nilai-nilai dan norma-norma hidup bermasyarakat. Jika manusia tidak mampu mengendalikan nafsu makan dan minumnya, maka timbullah keinginan pemenuhan kebutuhan secara tidak wajar, sehingga muncul kejahatan-kejahatan yang sering kita saksikan: penipuan, pencurian, perjudian, prostitusi, korupsi, manipulasi, dan sebagainya.

Demikian juga menahan diri dari kegiatan seksual, bukanlah untuk membunuh nafsu syahwat yang merupakan naluri manusia, melainkan untuk menumbuhkan kemampuan pengendalian atas nafsu seksual tersebut dan menempatkannya pada proporsi yang wajar. Tidak berlebih-lebihan seperti anggapan ahli psikoanalisis dari Austria, Sigmund Freud, yang menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia dirangsang oleh nafsu seksual bawah-sadar. Tidak pula merendahkannya atau menyatakan nafsu seksual sebagai salah satu bentuk ketidaksucian seperti anggapan agama tertentu. Ajaran Islam justru menyalurkan naluri nafsu seksual melalui ikatan tali Allah berupa pernikahan, dengan tujuan mencapai ketenteraman rumah tangga serta menurunkan generasi yang shaleh.

Pengendalian hawa nafsu ini sangat erat hubungannya dengan kalimat tauhid
لا إله إلا الله      yang setiap saat kita ikrarkan dalam shalat. Janganlah kita terjerumus kepada kemusyrikan terselubung yang mungkin tidak kita sadari, sebagaimana diperingatkan Allah dalam Surat al-Furqan ayat 43:
43. Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka Apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya?,

Dalam era modern dewasa ini, bentuk kemusyrikan yang tradisional, seperti menyembah patung, memandikan keris atau meminta berkah ke kuburan, hanya masih kita jumpai pada kelompok masyarakat tertentu – baik yang berpendidikan maupun yang tidak berpendidikan, baik dalam keadaan lapang maupun sempit - . Maka menjadi aneh apabila manusia berpendidikan dan berperadaban  masih juga melakukan tindakan-tindakan primitif semacam itu. Disadari atau tidak, pada zaman modern ini lebih banyak bermunculan “berhala-berhala” baru yang tidak kurang bahayanya dalam menjerumuskan umat manusia.

Di sekeliling kita bertebaran “Lata dan Uzza” dalam bentuk materi dan kedudukan, yang setiap saat merayu manusia supaya bertuhan kepadanya. Betapa banyak orang yang menjadikan tahta atau kedudukan sebagai ilahnya, sehingga dia rela berkorban dengan segala cara untuk mencapai atau mempertahankan kedudukannya. Betapa sering kita mendengar orang yang menumpuk harta kekayaan dengan tidak peduli apakah cara yang ditempuh halal atau haram. Mudah-mudahan ibadah shaum Ramadhan meningkatkan kemampuan kita dalam pengendalian hawa nafsu, sehingga kita dapat memelihara kemurnian pengabdian kita kepada Allah SWT.

Semakin jelas bagi kita bahwa mengaplikasikan ikrar
لا إله إلا الله tidaklah segampang mengucapkannya. Hal ini memerlukan latihan dan ujian. Memang benar ungkapan wahyu (dalil as sam`iyyat) yang mengatakan bahwa titian Shiraath al-Mustaqiim itu sangat halus laksana “rambut dibelah tujuh.” Begitu pula melangkah di atas jalan shirathal mustaqim di dunia ini - melangkah pada jalan yang diridhai Allah itu -  tidaklah mudah, karena sepanjang hidup kita akan berdatangan ujian dan cobaan dari sekeliling kita.
Marilah kita renungkan firman Allah dalam Surat al-Ankabut ayat 2–3:

2. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?
3. dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.

Semoga Allah memasukkan kita kepada golongan yang disebutkan dalam Surat al-Ahqaf ayat 13-14:

13. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah[1388] Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
14. mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.

[1388] Istiqamah ialah teguh pendirian dalam tauhid dan tetap beramal yang saleh.


Allahu Akbar wa lillahilhamd.
Para hadirin dan hadirat yang dimuliakan Allah SWT,

Hari ini kita merayakan "kembalinya kita berbuka (tidak puasa) lagi setelah satu bulan penuh shaum" itulah `idul Fithri. Bahkan kita disunnahkan sebelum berangkat shalat `Idul Fithri ke lapangan, mendahuluinya dengan "fithr" (Ifthar, berbuka-sarapan pagi). Itulah salah bentuk kegembiraan kolektif yang dalam bahasa Nabi Saw disebut dengan "farhatun `indal ifthar". Namun kita berharap untuk memperoleh bentuk kegembiraan hakiki berupa "Farhatun inda liqa'i rabbina" (gembira tatkala berjunpa dengan Allah kelak di akhirat), "Nas'alullah al `afiyah wal maghfirah wa bara'ah minannar, wa adkhanallah al jannah bi na`imihal `azhim"
Jiwa Fithrah adalah jiwa mukmin muttaqi yang bersih dari syirik dalam segala bentuknya, bersih dari bid`ah hurafat dalam segala bentuknya, dan bersih dari kemaksiatan yang besar maupun yang kecil serta berhiasa diri dengan hati yang bersih & selamat (qalbin salim).

Marilah kita perhatikan firman Allah dalam Surat al-A`raf ayat 172:
172. dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",

Firman Allah dalam Surat ar-Rum ayat 30:
30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui[1168],

[1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

Juga Sabda Nabi SAW bahwa “setiap manusia dilahirkan dalam kesucian”. Kesucian asal itu bersemayam dalam hati nurani dan mendorong manusia untuk senantiasa mencari, berpihak dan berbuat yang baik dan benar.

Akan tetapi, meskipun dasarnya suci, manusia adalah makhluk yang lemah, mudah membuat kesalahan, sehingga tergelincir ke dalam dosa yang menjadikan dirinya tidak suci lagi. Manusia mudah tertarik kepada hal-hal yang sepintas lalu menawarkan kesenangan, padahal dalam jangka panjang membawa malapetaka. Itulah sebabnya dalam agama kita ada ritus-ritus penyucian diri, dan ibadah puasa merupakan ritus yang utama untuk membakar habis dosa-dosa kita. Bukanlah suatu kebetulan jika bulan yang baru saja kita lalui bernama Ramadhan, yang secara harfiah berarti “bulan pembakaran”.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.
La ilaha illallahu wallahu akbar.
Allahu Akbar wa lillahilhamd.

Allah SWT telah menakdirkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang umat Islamnya paling banyak di muka bumi. Tidak ada negara manapun yang penduduk Muslimnya lebih banyak dari negara kita. Dengan anugerah Ilahi berupa sumber daya alam yang berlimpah, sampai pertengahan dasawarsa 1990-an Indonesia dipandang oleh dunia internasional sebagai salah satu dari The Asian Tigers (Macan-Macan Asia) di bidang ekonomi.

Tiba-tiba nikmat Allah itu tercerabut dari negeri ini. Krisis demi krisis menimpa negara dan bangsa Indonesia. Berbagai bencana alam datang silih berganti. Kejahatan merajalela, sifat ramah bangsa kita menghilang, hubungan antar agama dan antar suku kadang-kadang menjadi renggang.

Apa yang sebenarnya sedang terjadi di negeri kita ini? Mengapa nikmat Allah berubah menjadi bencana? Mengapa negeri yang kaya raya dan terpandang kini menjadi negeri termiskin dan penghutang terbesar di dunia? Mengapa masyarakat yang terkenal santun dan rukun berubah menjadi liar dan saling bermusuhan? Mengapa orang-orang yang tidak berdosa atau bersalah harus pula menanggung musibah ini? Bukankah mayoritas penduduk negeri ini mengaku beriman kepada Allah, dan bukankah di negeri ini terdapat banyak ulama ahli waris para nabi dan pemberi peringatan?

Kita mungkin akan tersadar jika membaca firman Allah dalam Surat al-Anfal ayat 25:
 
25. dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya.

Juga Surat al-Anfal ayat 53–54:

53. (siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
54. (keadaan mereka) serupa dengan Keadaan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. mereka mendustakan ayat-ayat Tuhannya Maka Kami membinasakan mereka disebabkan dosa-dosanya dan Kami tenggelamkan Fir'aun dan pengikut-pengikutnya; dan kesemuanya adalah orang-orang yang zalim.

[621] Allah tidak mencabut nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah.

Mungkin bangsa kita telah zalim sebagaimana Fir`aun dan para menterinya: Qarun, Haman, Bal`am serta para pengikutnya.
Boleh jadi para penguasa, para wakil rakyat di parlemen dan para pengusaha telah menjadi rakus seperti Qarun yang mengumpulkan kekayaan dan harta tanpa peduli halal atau haram.
Jangan-jangan para sarjana, ilmuwan dan kaum intelektual dalam masyarakat kita telah menjadi Haman yang mendedikasikan kecendekiaannya untuk kepentingan penguasa dan mengelabui rakyat. Dan tidaklah terbayangkan jika para ulama dan ahli agama dalam masyarakat kita telah menjadi seperti Bal`am yang menjual ayat-ayat Allah demi kepuasan nafsu dan mengemas kecintaan pada dunia dengan bungkus agama.

Atau barangkali kita telah terbiasa bersikap feodal seperti umat Nabi Nuh a.s. yang senang disanjung dan suka menghina sesama hanya karena perbedaan status sosial. Padahal Nabi Nuh a.s. telah berseru: Mengapa kamu tidak bertaqwa? Lalu Allah menghanyutkan mereka dengan air bah tanpa sisa (Asy-Syu`ara’ 105-122).

Atau barangkali kita telah bersikap sombong seperti kaum `Ad yang tidak mau mendengar nasehat karena merasa menguasai ilmu dan teknologi.
Padahal Nabi Hud a.s. telah berseru: Mengapa kamu tidak bertaqwa? Lalu Allah membinasakan mereka semua (Asy-Syu`ara’ 123-140).


Atau barangkali kita telah menjadi serakah seperti kaum Tsamud yang mencari kekayaan dengan cara yang bathil. Padahal Nabi Shaleh a.s. telah berseru: Mengapa kamu tidak bertaqwa? Lalu Allah menurunkan azab bagi mereka (Asy-Syu`ara’ 141-159).

Atau barangkali kita telah melampaui batas seperti penduduk Sodom yang merusak tatatan rumah tangga dan nilai-nilai kehidupan keluarga. Padahal Nabi Luth a.s. telah berseru: Mengapa kamu tidak bertaqwa? Lalu Allah melenyapkan mereka (Asy-Syu`ara’ 160-175).

Atau barangkali kita suka berlaku curang seperti penduduk Aikah yang merugikan hak-hak orang lain. Padahal Nabi Syu`aib a.s. telah berseru: Mengapa kamu tidak bertaqwa? Lalu Allah mendatangkan siksaan bagi mereka (Asy-Syu`ara’ 176-191).

Begitulah akibat masyarakat yang mendustakan seruan ‘taqwa’.
Maka jelaslah bahwa "MUSIBAH, BALA', dan UJIAN" di dunia ini sebagai akibat dari "Perbuatan Maksiat Manusia", yang berpaling dari seruan Allah dan Rasul-Nya.

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. QS 24 : 63

152. dan Sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa'at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu[237] dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai[238]. di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka[239] untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema'afkan kamu. dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman. QS 3 : 152

[237] Yakni: urusan pelaksanaan perintah Nabi Muhammad s.a.w. karena beliau telah memerintahkan agar regu pemanah tetap bertahan pada tempat yang telah ditunjukkan oleh beliau dalam Keadaan bagaimanapun.
[238] Yakni: kemenangan dan harta rampasan.
[239] Maksudnya: kaum muslimin tidak berhasil mengalahkan mereka.

!165. dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), Padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?" Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. QS 3 : 165

Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. QS 9 : 25
16. tetapi mereka berpaling, Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar[1236] dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr[1237].
17. Demikianlah Kami memberi Balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.
18. dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam hari dan siang hari dengan dengan aman[1238].
19. Maka mereka berkata: "Ya Tuhan Kami jauhkanlah jarak perjalanan kami[1239]", dan mereka Menganiaya diri mereka sendiri; Maka Kami jadikan mereka buah mulut dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda- tanda kekuasaan Allah bagi Setiap orang yang sabar lagi bersyukur. QS SABA' : 16-19

[1236] Maksudnya: banjir besar yang disebabkan runtuhnya bendungan Ma'rib.
[1237] Pohon Atsl ialah sejenis pohon cemara pohon Sidr ialah sejenis pohon bidara.
[1238] Yang dimaksud dengan negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya ialah negeri yang berada di Syam, karena kesuburannya; dan negeri- negeri yang berdekatan ialah negeri-negeri antara Yaman dan Syam, sehingga orang-orang dapat berjalan dengan aman siang dan malam tanpa terpaksa berhenti di padang pasir dan tanpa mendapat kesulitan.
[1239] Yang dimaksud dengan permintaan ini ialah supaya kota-kota yang berdekatan itu dihapuskan, agar perjalanan menjadi panjang dan mereka dapat melakukan monopoli dalam perdagangan itu, sehingga Keuntungan lebih besar.

المصائب والأمراض والأحزان في الدنيا جزاء (صحيح الجامع صححه الألباني ، 6717)

MAKA MENJADI JELASLAH, BAHWA BUAH MAKSIAT DAN DOSA ADALAH BENCANA, DIDUNIA MAUPUN DI AKHIRAT. DALAM MAYAT DI ATAS DISEBUTKAN BAHWA BENCANA MENIMPA NABI SAW DAN PARA SHAHABATNYA KETIKA PERANG UHUD, HUNAIN, JUGA YANG MENIMPA NEGERI SABA' ADALAH KARENA KEMAKSIATAN, DAN BUKAN KARENA SALAH KELOLA (MANAJEMEN ATAU STRATEGI), WALAU ITU ADA NAMUN KECIL PENGARUHNYA.
 Barangkali kita telah melakukan hal-hal serupa dengan mereka sehingga musibah menimpa bangsa kita. Marilah kita ubah musibah ini menjadi nikmat kembali, dengan mengubah perilaku pribadi dan perilaku masyarakat kita. Sebagai individu, marilah kita buang arogansi Fir`aun, kerakusan Qarun, kelicikan Haman dan kemunafikan Bal`am. Sebagai bangsa, marilah kita tinggalkan sikap feodal kaum Nuh, kesombongan kaum `Ad, keserakahan kaum Tsamud, tabiat menyimpang penduduk Sodom, dan kecurangan penduduk Aikah. Insya Allah, bangsa Indonesia akan kembali ke tempat terhormat jika kita menerapkan nilai-nilai ketaqwaan dalam perbuatan nyata, bukan dalam slogan dan ucapan semata.
PERHATIKAN LAH UCAPAN IBNUL QAYYIM RAHIMAHULLAH :
فكل نقص وبلاء ، وشر في الدنيا والآخرة ، فسببه الذنوب ، ومخالفة أوامر الرب ، فليس في العالم شرّ قطّ إلا والذنوب وموجبتها
Maka seluruh kekurangan dan bala', kejelekan (keburukan) di dunia dan di akhirat, sebab utamanya adalah dosa manusia, dan menyelisihi perintah-perintah Rabbnya… Maka tak ada satu kejelekan dan kejahatan di dunia kecuali DOSA lah sebagai penyebabnya" (Madarijus Salikin, 1: 424).

Hadirin dan hadirat yang berbahagia,

Akhirnya, marilah kita memanjatkan doa kepada Allah `Azza wa Jalla. Semoga Dia berkenan mengabulkan segala permohonan kita.

Allahumma Ya Rabbana, telah banyak Engkau berkahi kami dengan rahmat karunia-Mu, namun kami sering ma`shiyat kepada-Mu. Telah banyak Engkau penuhi kenikmatan hidup kami dengan kemurahan-Mu, namun kami sering ingkar dan tidak bersyukur kepada-Mu. Telah banyak Engkau tutupi aib dan kekurangan kami dengan kemuliaan-Mu, namun kami sering menganiaya diri kami sendiri. Betapa banyak sudah dosa yang kami lakukan, betapa beratnya siksa yang akan kami tanggung, sehingga kami malu berdoa kepada-Mu. Namun, kemana lagi kami harus mengadu dan memohon ampun Ya Allah, kecuali hanya kepada-Mu.

Kami tidak putus harapan mengadu pada-Mu. Kami tidak letih meminta dan mengharap pada-Mu. Betapapun besarnya kesalahan dan dosa kami, maaf dan ampunan-Mu meliputi segala sesuatu. Karena itu Ya Allah, ampunilah segala dosa kami, hapuskanlah segala kesalahan kami, bersihkan hati dan jiwa kami, indahkan akhlaq dan kelakuan kami, sambungkan kembali persaudaraan di antara kami, angkatlah bangsa kami Ya Allah dari jurang kehinaan, berilah kami pemimpin yang mampu membimbing kami ke arah kebaikan, dan tunjukkan bagi kami jalan keselamatan dunia dan akhirat agar kami tidak tersesat. Engkau Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan. Kabulkanlah doa permohonan kami.
اللهم إنا نسألك العفو والعافية ، والمعافات الدائمة في الدين والدنيا والآخرة ، والفوز بالجنة والنجاة من النار
اللهم إنا نسألك مجيباتِ رحمتك ، وعزائم مغفرتك ، والسلامة من كل إثم ، والغنيمة من كل برّ ، والفوز بالجنة والنجاة من النار.
اللهم إنا نسألك إيمانا كاملا ، ويقينا صادقا ، وعلما نافعا ، ورزقا واسعا ، وقلبا خاشعا  ،ولسانا ذاكرا  ، وحلالا طيبا ، وتوبة نصوحا  ،و توبة قبل االموت ، ورحمة عند االموت ، ومغفرة ورحمة بعد الموت، والعفو عند الحساب ، والفوز بالجنة ، والنجاة من النار
ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار، وادخلنا جنة مع الأبرار ، يا عزيز يا غفار يا رب العالمين
أسأل الله العظيم رب العرش الكريم بأسمائه الحسنى وصفاته العُلى أن يجعل هذا العمل وغيره خالصاً لوجهه الكريم، وأن ينفعني به في حياتي وبعد مماتي. كما أسأله أن يجعل لهذا الجهد قبولاً عند عباده، إنه سميع مجيب. وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته.




0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------