Ada Keutamaan Apakah di bulan Sya’ban ?
MERAIH FAEDAH DAN KEUTAMAAN
BULAN SYA`BAN
Segala
puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabat, dan orang-orang
yang mengikuti beliau hingga akhir zaman.
Gegap
gempita sebagian kaum muslimin menyambut kehadiran bulan Rajab, dengan Isra`
Mi`rajnya --padahal tidak jelas sama
sekali dasar-dasar naqliyahnya -- , sampai-sampai melalaikan “Keistimewaan
Bulan Sya`ban”, padahal di bulan Sya`ban inilah, amal-amal hamba diangkat
menuju Rabbnya `azza wa jalla, dan bahkan diantara `ulama assalaf ash sholih ada
yang mengibaratkan antara bulan Sya`ban dan bulan Ramadlon ini ibarat ibadah
rowatib (ibadah sunnah yang mendahului ibadah wajib) – seperti halnya shaum
sunnah di bulan Sya`ban sebelum datangnya shaum wajib di bulan Ramadlon, seperti
halnya dengan sunnah sunnah qabliyah sebelum melakukan sholat wajib, juga
seperti halna shaum sunnah bulan Syawal setelah shaum wajib di bulan Ramadlan
diibaratkan sholat sunnah ba`diyah setelah sholat wajib.
Alhamdulillah,
bulan Sya’ban telah menghampirui kita di saat kita dalam keadaan sehat dan
cukup waktu – dua kenikmatan besar yg sering terabaikan oleh hamba --. Namun betapa
banyak kaum muslimin belum mengetahui amalan-amalan yang ada di bulan tersebut.
Juga terkadang kaum muslimin melampaui batas dengan melakukan suatu amalan yang
sebenarnya tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Semoga dalam tulisan yang singkat ini, Allah memudahkan kami untuk membahas
serba-serbi bulan Sya’ban. Allahumma a’in wa yassir (Ya Allah, tolong
dan mudahkanlah kami).
Ada Keutamaan Apakah di bulan Sya’ban ?
Usamah bin Zaid
radliyalllahu `anhu meriwayatkan dan berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, aku
tidak pernah melihatmu berpuasa selama sebulan dari bulan-bulannya selain di
bulan Sya’ban.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ
رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ
الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
“Bulan Sya’ban
adalah bulan di mana manusia mulai lalai yaitu di antara bulan Rajab dan
Ramadhan. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada
Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa
ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini hasan). Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan,
“Dalam hadits di atas terdapat dalil mengenai dianjurkannya melakukan amalan
ketaatan di saat manusia lalai. Inilah amalan yang dicintai di sisi Allah.” (Lathoif
Al Ma’arif, 235)
Terdapat
suatu amalan yang dapat dilakukan di bulan ini yaitu amalan puasa. Bahkan Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam sendiri banyak berpuasa ketika bulan Sya’ban dibanding
bulan-bulan lainnya selain puasa wajib di bulan Ramadhan.
Dari
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ،
وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى
الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ
أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa,
sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami
katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh
selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang
lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim
no. 1156)
‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha juga mengatakan,
لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم –
يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ
كُلَّهُ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada
satu bulan yang lebih banyak dari bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim
no. 1156)
Dalam
lafazh Muslim, ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ
شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada
bulan Sya’ban seluruhnya. Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja.” (HR. Muslim no. 1156)
Dari
Ummu Salamah, beliau mengatakan,
أَنَّهُ
لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلاَّ شَعْبَانَ يَصِلُهُ
بِرَمَضَانَ.
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam setahun tidak
berpuasa sebulan penuh selain pada bulan Sya’ban, lalu dilanjutkan dengan
berpuasa di bulan Ramadhan.”
(HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini
shahih).
………(dinukil dari
artikel Mohammad Abduh Tuasikal, via email: abu.fachmee@gmail.com)......
Apa yang
dimaksud dengan kebiasaan Rasulullah Saw “Berpuasa seluruhnya” ?
Pada
matanm hadits di atas disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya (Kaana yashumu sya’ban
kullahu)? Asy Syaukani mengatakan, “Riwayat-riwayat ini bisa
dikompromikan dengan kita katakan bahwa yang dimaksud dengan kata “kullu”
(seluruhnya) di situ adalah sebagian besar harinya. Alasannya,
sebagaimana dinukil oleh At Tirmidzi dari Ibnul Mubarrok. Beliau mengatakan
bahwa boleh dalam bahasa Arab disebut berpuasa pada kebanyakan hari dalam satu
bulan dengan dikatakan berpuasa pada seluruh bulan.” (Nailul Author,
7/148). Jadi, yang dimaksud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa
di seluruh hari bulan Sya’ban adalah berpuasa di mayoritas harinya.
Lalu
Kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak puasa penuh di bulan
Sya’ban? An Nawawi rahimahullah menuturkan bahwa para ulama mengatakan,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa
sebulan penuh selain di bulan Ramadhan agar tidak disangka puasa selain
Ramadhan adalah wajib. ” (Syarh Muslim, 4/161)
Di
antara rahasia kenapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak berpuasa
di bulan Sya’ban adalah karena puasa Sya’ban adalah ibarat ibadah rawatib
(ibadah sunnah yang mengiringi ibadah wajib). Sebagaimana shalat rawatib adalah
shalat yang memiliki keutamaan karena dia mengiringi shalat wajib, sebelum atau
sesudahnya, demikianlah puasa Sya’ban. Karena puasa di bulan Sya’ban sangat
dekat dengan puasa Ramadhan, maka puasa tersebut memiliki keutamaan. Dan puasa
ini bisa menyempurnakan puasa wajib di bulan Ramadhan. (Lihat Lathoif Al
Ma’arif, Ibnu Rajab, 233)
……(dinukil
dari artikel Mohammad Abduh Tuasikal, via email: abu.fachmee@gmail.com)......
Hikmah
di balik puasa Sya’ban adalah:
Bulan
Sya’ban adalah bulan tempat manusia lalai. Karena mereka sudah terhanyut dengan
istimewanya bulan Rajab (yang termasuk bulan Harom) dan juga menanti bulan
sesudahnya yaitu bulan Ramadhan. Tatkala manusia lalai, inilah keutamaan
melakukan amalan puasa ketika itu. Sebagaimana seseorang yang berdzikir di
tempat orang-orang yang begitu lalai dari mengingat Allah -seperti ketika di
pasar-, maka dzikir ketika itu adalah amalan yang sangat istimewa. Abu Sholeh
mengatakan, “Sesungguhnya Allah tertawa melihat orang yang masih sempat
berdzikir di pasar. Kenapa demikian? Karena pasar adalah tempatnya orang-orang
lalai dari mengingat Allah.”
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa setiap bulannya sebanyak
tiga hari. Terkadang beliau menunda puasa tersebut hingga beliau
mengumpulkannya pada bulan Sya’ban. Jadi beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam apabila memasuki bulan Sya’ban sedangkan di bulan-bulan sebelumnya
beliau tidak melakukan beberapa puasa sunnah, maka beliau mengqodho’nya ketika
itu. Sehingga puasa sunnah beliau menjadi sempurna sebelum memasuki bulan
Ramadhan berikutnya.
Puasa
di bulan Sya’ban adalah sebagai latihan atau pemanasan sebelum memasuki bulan
Ramadhan. Jika seseorang sudah terbiasa berpuasa sebelum puasa Ramadhan, tentu
dia akan lebih kuat dan lebih bersemangat untuk melakukan puasa wajib di bulan
Ramadhan. (Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 234-243)
Semoga
Allah subhanahu wa ta’ala memudahkan kita mengikuti suri tauladan kita untuk
memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Semoga dengan melakukan hal ini
kita termasuk orang yang mendapat keutamaan yang disebutkan dalam hadits qudsi
berikut.
وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ
بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى
يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ
بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ،
وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ
“Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan
amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya,
maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk
mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,
memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi
petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu
kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku
akan melindunginya.”
(HR. Bukhari no. 2506). Orang yang senantiasa melakukan amalan sunnah (mustahab)
akan mendapatkan kecintaan Allah, lalu Allah akan memberi petunjuk pada
pendengaran, penglihatan, tangan dan kakinya. Allah juga akan memberikan orang
seperti ini keutamaan dengan mustajabnya (terkabulnya) do’a. (Faedah dari Fathul
Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abad)
Malam Nishfu Sya’ban, Malam Diturunkannya
Al Qur’an (?)
Di
antara kaum muslimin ada yang menganggap bahwa malam Nishfu Sya’ban (malam
pertengahan bulan Sya’ban) adalah malam yang istimewa. Di antara keyakinan
mereka adalah bahwa malam tersebut adalah malam diturunkannya Al Qur’an.
Sandaran mereka adalah perkataan ‘Ikrimah tatkala beliau menjelaskan maksud
firman Allah,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang
diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (Qs. Ad Dukhan: 3-4)
Yang
dimaksud dengan malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam Lailatul
Qadar, menurut mayoritas ulama. Sedangkan ‘Ikrimah –semoga Allah merahmati
beliau- memiliki pendapat yang lain. Beliau berpendapat bahwa malam tersebut
adalah malam nishfu sya’ban. (Zaadul Maysir, 5/346)
Namun
pendapat yang mengatakan bahwa Al Qur’an itu turun pada malam Nishfu Sya’ban
adalah pendapat yang lemah karena pendapat tersebut telah menyelisihi dalil
tegas Al Qur’an. Ayat di atas (surat Ad Dukhan) itu masih global dan diperjelas
lagi dengan ayat,
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ
الْقُرْآَنُ
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadan,
bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an.” (Qs. Al Baqarah: 185)
Dan
dijelaskan pula dengan firman Allah,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada
Lailatul Qadr.”
(Qs. Al Qadr: 1)
Syeikh Muhammad Al
Amin Asy Syinqithi rahimahullah mengatakan, “Klaim yang mengatakan bahwa
malam yang penuh berkah (pada surat Ad Dukhan ayat 3-4) adalah malam Nishfu
Sya’ban –sebagaimana yang diriwayatkan dari ‘Ikrimah dan lain-lain-, tidak
diragukan lagi bahwasanya itu adalah klaim yang jelas keliru yang menyelisihi
dalil tegas dari Al Qur’an. Dan tidak diragukan lagi bahwa apa saja yang
menyelisihi al haq (kebenaran) itulah kebatilan. Sedangkan berbagai hadits yang
menerangkan bahwa yang dimaksudkan dengan malam tersebut adalah malam Nishfu
Sya’ban, itu jelas-jelas telah menyelisihi dalil Al Qur’an yang tegas dan
hadits tersebut sungguh tidak berdasar. Begitu pula sanad dari hadits-hadits
tersebut tidaklah shahih sebagaimana ditegaskan oleh Ibnul ‘Arobi dan para
peneliti hadits lainnya. Sungguh sangat mengherankan, ada seorang muslim yang
menyelisihi dalil Al Qur’an yang tegas, padahal dia sendiri tidak memiliki
sandaran dalil, baik dari Al Qur’an atau hadits yang shahih.” (Adhwaul Bayan,
1552)
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------