Halaqah ke-3 :
Tafsir al Isti`adzah
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطانِ الرَّجِيْمِ
Pertarungan Abadi antara Bani Adam
dan Setan
Disekitar
kita terdapat alam yang diperuntukkan bagi makhluk supranatural. Alam inilah yang
di dalamnya dihuni oleh bangsa jin. Di antara bangsa jin terdapat makhluk yang
paling angkuh dan durhaka. Istilah ini muncul karena keangkuhan makhluk yang
satu ini dan juga karena kedurhakaannya kepada Allah, penciptanya.
Dr. Umar
Sulaiman Al-Asyqar menjabarkan tentang setan sebagai berikut:
“Setan yang banyak dibicarakan Allah
kepada kita dalam Al Quran itu dari alam jin. Pada mulanya setan itu menyembah
Allah, diam di langit bersama malaikat dan masuk surga. Kemudian ia durhaka
kepada Rabbnya ketika diperintahkan untuk sujud kepada Adam. Ia durhaka dengan
sombong, merasa lebih tinggi dan hasut (iri). Maka Allah mengusir dari
rahmat-Nya (surga)”[1]
Selanjutnya
ia mengatakan:
“Setan dalam bahasa Arab dijadikan
istilah bagi segala yang angkuh lagi durhaka. Ia dijadikan istilah bagi makhluk
ini karena keangkuhannya dan kedurhakaannya kepada Rabbnya”
Istilah
lain yang sepadan dengan setan menurut kesepakatan ahli ilmu adalah thaghut, karena sifatnya yang melampaui
batas, durhaka kepada Rabbnya, dan menobatkan diri sebagai tuhan yang berhak
disembah.
Makhluk
yang satu ini telah putus asa dari rahmat Allah. Karena itu Allah menamainya iblis. Setan adalah tokoh utama dan
menduduki peringkat teratas dari sekian banyak nama lain dari istilah thaghut.
Seperti dituturkan oleh Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah, bahwa
kelompok utama thaghut itu ada lima dan yang paling utamanya adalah setan.
Syaikhul
Islam dalam hal ini mengatakan bahwa kelompok utama thaghut ada lima:
1. Setan
yang menyeru /mengajak kepada ibadah selain Allah.
2. Penguasa
zalim yang merubah hukum-hukum Allah.
3. Orang
yang berhukum dengan selain (hukum) yang diturunkan Allah.
4. Orang
yang mengaku mengetahui perkara-perkara gaib selain Allah.
5. Orang
yang disembah selain Allah dan ia ridla untuk disembah.[2]
Di
antara salafush shalih yang menyebutkan bahwa thagut itu adalah setan adalah
Umar Ibnu Khaththab Radliyallahu’anhu.[3]
Selain itu terdapat sederet nama lain yang juga menamakan thaghut dengan setan,
di antaranya adalah Mujahid, Abul ‘Aliyah, Qatadah, Adl-Dlahhak, As-Suddi, Ibnu
Zaid, Hasan bin Ali, Abu Ishaq, Az-Zamakhsyari, Al-Baghawi, Ar-Razi, Ibnu
Taimiyah, Asy-Syanqithi, Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, dan lain-lain.
Tentang
makhluk yang bernama setan ini, Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar menyebutnya dengan mahluk
berakal, mengetahui, bergerak, dan sebagainya. Setan bukanlah seperti yang dikatakan
sebagian orang-orang, yang tidak memilki ilmu: ‘Ia adalah roh keburukan yang
menjelma dalam insting hewani manusia, yang dapat merubahnya bila telah
menguasai hatinya, dari sifat-sifat spiritual tertinggi.[4]
Sedangkan
pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa iblis berasal dari malaikat,
adalah sama sekali tidak benar. Walaupun mereka beranggapan hal tersebut
berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 34, yang artinya:
“Dan (ingatlah) ketika
Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah
mereka, kecuali iblis. Ia enggan dan takabur, dan ia adalah termasuk
orang-orang kafir”.
Mereka
beralasan bahwa pengecualian di sana merupakan mutstatsna minhu. Alasan tersebut bukanlah dalil final, karena
pengecualian tersebut terputus—istitsna’
munqathi’—mengingat adanya nash
yang menunjukkan secara jelas bahwa iblis berasal dari jin. Sebagaimana
firman-Nya:
“Dan (ingatlah) ketika
Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah
mereka kecuali iblis. Ia adalah dari jin, kemudian durhaka terhadap perintah
Rabb-nya....”.
(Al-Kahfi: 50)
Dengan
demikian, telah ditetapkan untuk kita dengan nash yang sahih bahwa jin
bukanlah malaikat dan bukan pula manusia. Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Bahwa malaikat diciptakan dari
cahaya, jin dari api, dan Adam dari tanah.”
(Sahih Muslim)
Sedangkan
Al-Hasan Al-Bashri mengatakan bahwa iblis bukanlah dari malaikat sedikitpun.[5]
Adapun pernyataan Ibnu Taimiyah bahwa setan itu dari malaikat merupakan
ditinjau dari bentuknya. Tetapi ia bukan dari mereka (malaikat) ditinjau dari
asal dan sifatnya.[6]
Ibnu Taimiyah memperkuat lagi bahwa iblis itu dari jin berdasarkan firman-Nya: “...kecuali iblis. Ia itu dari jin....”,
sebagimana halnya Adam asal manusia.[7]
Awal
mula pertarungan dakwah Al-Haq dan dakwa Al-Bathil adalah ketika iblis menampik
melaksanakan perintah Allah dan bersujud kepada Adam. Allah berfirman:
“Apakah yang
menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu? Iblis
menjawab: ‘saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api sedangkan
dia Engkau ciptakan dari tanah’.”
(Al-A’raaf: 12)
Karena
kesombongannya tersebut, maka Allah murka besar kepada iblis. Sebagaimana
firman-Nya:
“Turunlah
kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya,
maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (Al-A’raaf : 13)
Pengetahuan
iblis tentang Allah, keyakinannya akan wujud Allah, sifat-sifat-Nya, dan
Rububiyah-Nya tidaklah membawa manfaat baginya. Sebab, sesungguhnya iblis itu kufur
terhadap-Nya yang disertai dengan ilmu dan keyakinan (i’tiqad). Jelaslah bahwa
iblis bukan makhluk yang kurang ilmu dan kurang keyakinannya terhadap Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Penyebab
iblis terusir dari surga, tercampak dari rahmat Allah, berhak atasnya kutukan,
dan termasuk makhluk yang hina karena
kesombongan dan sikap penentangnya
terhadap Allah Ta’ala.
Pantas
kiranya jika ada seseorang yang bertanya kepada Imam Al-Hasan Al-Bashri tentang
“apakah iblis itu tidur?” Maka
dijawabnya, “jika ia tidur, tentu kalian
bisa beristirahat dari gangguannya”.
Karena
Allah mengusir iblis dari surga akibat penentangannya yang keras terhadap
perintah-Nya, maka untuk menerima
kenyataan pahit itu ia mengajukan kepada Allah semacam “legalitas” dan
permohonan penundaan waktu yang panjang untuk bisa melakukan balas dendam
terhadap Adam dan anak cucunya, agar cukup waktu untuk menyusun makar dan
tipu-dayanya dengan berbagai cara. Seperti terdapat dalam Al-Quran surat
Al-A’raaf 14 - 16
“Iblis menjawab: ‘Beri
tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan’. Allah berfirman:
‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh’. Iblis menjawab:
‘Karena engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus’.”
Seakan-akan
iblis ingin mengatakan kepada Allah: apalah artinya hidup ini, jika nasib telah
ditentukan--tersesat selama-lamanya--sementara Adamlah yang membuat saya
demikian. Oleh karena itu, jangan berharap Adam dan keturunannya bisa terbebas walaupun sejenak dari balasanku sampai mereka tersesat
bersamaku dan menjadi penghuni Jahanam bersamaku pula.
Langkah
apa yang Iblis lakukan dalam upaya yang menghalang-halangi keturunan Adam?
Pertama, ia dan sekutunya akan mendatangi
manusia dari segala penjuru: dari arrah depan, belakang, sisi kanan dan
sisi kiri. Hal ini difirmankan oleh Allah berikut:
“Kemudian saya (Iblis) akan
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang
mereka, dari kanan mereka dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (
ta’at). (Al-A’raaf
: 17)
Apa yang Dikehendaki Iblis dari
Manusia?
Iblis
mengharapkan manusia terpeleset dan tersesat pada perkara yang paling berat
siksaannya di neraka. Oleh karena itu, iblis menghalangi manusia dari jalan
Allah melalui tujuh tingkatan. Tingkatan-tingkatan itu (dari yang tertinggi) yaitu:
1.
Bahwa setan
menghendaki agar manusia itu murtad dari keimanannya sehingga menjadi kafir.
2.
Jika tidak berhasil, maka setan mengajaknya untuk
melakukan perkara bid’ah.
3.
Jika tidak berhasil juga, maka setan mengajaknya untuk
melakukan dosa-dosa besar.
4.
Jika tidak berhasil lagi, maka setan mengajaknya untuk
melakukan dosa-dosa kecil.
5.
Jika tetap juga tidak berhasil, maka setan mengajaknya
melakukan perbuatan-perbuatan mubah.
6.
Jika tetap tak tergoda oleh perbuatan mubah, maka setan
membujuknya untuk melakukan perbuatan yang mengarah kepada fadlail ( keutamaan-keutamaan yang berdasarkan pada nash-nash dlaif
atau maudlu’, bahkan munkar
sekalipun).
7.
Jika masih konsisten dengan keimanannya, maka setan
mengerahkan seluruh potensi dan sekutunya untuk terus berupaya menggelincirkan
manusia mukmin tersebut.
Keterangan
di atas disampaikan oleh Ibnu Muflih Al-Maqdisi Rahimahullah dalam “Mashoibul
Insan min Makaidisy Syaithan”.[8]
Bahkan
Ibnul Qayyim Rahimahullah menguraikannya lebih luas lagi dalam tafsir surat
An-Naas dan Al-Falaq.
Maka
jelaslah bahwa setan adalah musuh hamba Allah yang paling utama, sebagaimana
firmannya:
“Sesungguhnya setan
itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesunggguhnya
setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni
neraka yang menyala-nyala.” (Al-Faathir : 6 )
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah langkah setan, maka
sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan munkar.” (An-Nur ; 21)
Ibnul
Jauzi Rahimahullah berkata, bahwa iblis masuk ke jiwa manusia melalui segala
cara yang mungkin ia lakukan. Ia bisa menambah kekuatan atau menguranginya
tergantung dari kesadaran, kelalaian, kejahilan, serta ilmu mereka. Hendaklah
kalian ketahui bahwa hati itu bagaikan benteng yang kokoh, dikelilingi oleh
pagar dinding yang terdapat banyak pintu dan terdapat bagian yang retak.
Penghuninya adalah akal. Malaikat mondar-mandir menuju benteng. Di bagian lain,
terdapat pula tempat-tempat perlindungan
yang dihuni oleh nafsu dan setan-setan bebas mendatangi tempat-tempat tersebut
tanpa ada hambatan. Sementara penjaga berdiri di antara penghuni-penghuni
benteng dan tempat hawa nafsu, setan terus saja mengelilingi benteng, menanti
kelalaian penjaga. Lalu, setan menyeberangi benteng melaui sela-sela tembok
yang retak. Mengingat gentingnya keadaan tersebut, maka penjaga benteng
dituntut agar mengetahui keadaan seluruh
pintu benteng yang berada di bawah pengawasannya dan mengetahui keadaan seluruh
dinding yang retak. Hendaklah ia tidak menghentikan pengawasan sekejappun,
sebab musuh tidak pernah lengah.... Benteng tersebut diterangi oleh dzikir dan
disinari oleh iman. Di sana terdapat cermin mengkilat, sehingga dapat terpantau
setiap sesuatu yang melintasinya. Pertama-tama yang diperbuat setan adalah
memperbanyak asap agar dinding benteng menjadi hitam dan cermin menjadi gelap.
Hanya kesempurnaan berpikir yang bisa menghalau asap dan hanya cahaya dzikir
yang dapat membuat cermin mengkilap kembali. Setan memiliki banyak peluang
untuk menyerang. Sesekali berhasil masuk ke benteng, namun berhasil diusir sang
penjaga. Terkadang berhasil masuk ke dalam benteng dan merusaknya. Terkadang
mendudukinya, karena kelalaian penjaganya. Terkadang angin yang menghalau asap
berhenti, sehingga menghitamkan dinding benteng dan cermin, lalu berjalanlah
setan tanpa dapat diketahui penjaganya. Ketika itu pula, setan menyerang
penjaga hingga terluka, bahkan tertawan dan diperbudak akibat kelalaiannya.[9]
Tekad
setan untuk senantiasa memerangi manusia dimulai sejak kelahiran anak keturunan
Adam, sehingga hamba-hamba Allah yang tercipta dengan hanif (cenderung kepada
kebenaran) itu menjadi menyimpang dari din
kebenaran.
Di
dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam muslim dari ‘Iyadl bin
Hammad, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Allah berfirman: ‘Sesungguhnya
aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (hunafa’). Lalu
datanglah setan, kemudian menyimpangkan mereka dari din mereka (Islam yang
fithrah) dan mengharamkan kepada mereka apa-apa yang telah Aku halalkan bagi
mereka’.”
Di
sana terdapat pertarungan sengit antara manusia dan setan atas anak keturunan
Adam, maka setan telah bersumpah akan selalu berusaha keras untuk menjauhkan
anak keturunan manusia dari manhaj Allah dan memalingkan mereka dari ketaatan
kepada-Nya.
Oleh
karena itu, perlu diketahui bahwa setiap manusia itu akan diuji dengan fitnah
dan cobaan yang meliputi keluarganya, hartanya, anak-anaknya, dan dirinya
sendiri. Kita dituntut untuk bermujahadah dan berdakwah menyerukan yang ma’ruf
dan mencegah yang munkar untuk memadamkan fitnah tersebut. Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Fitnah seseorang menyangkut
keluarganya, hartanya, anaknya, dan dirinya, serta tetangganya. Sebagi
kifaratnya adalah melalui shaum, sholat, sedekah, dan amar ma’ruf serta nahi
‘anil munkar.[10]
Fitrah
yang hanif pada diri manusia itulah yang sebenarnya ingin diubah oleh setan,
padahal Allah menghendaki tidak perlu ada perubahan terhadap fitrah tersebut.
Allah berfirman:
“(Tetaplah atas)
fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum
: 30)
Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa makna tersebut adalah Allah menentukan
fitrah kepada hamba-hamba-Nya di atas fitrah yang lurus yaitu millah Islam.
Untuk itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Tidaklah seseorang itu
dilahirkan kecuali ia dilahirkan di atas
fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya Yahudi, Nasrani, atau
Majusi. Sebagaimana seekor ternak melahirkan seekor ternak tanpa cacat, apakah
kamu mengira padanya itu cacat (terpotong hidungnya dan telinganya)? Sehingga
jadilah kamu membuatnya cacat.” Lalu Abu Hurairah rahimahullah. Membacakan
ayat: “(Tetaplah atas) fitrah Allah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah ....”[11]
Rasulullah
menghimpun dua perkara ini--merubah fitrah dengan meyahudikan atau menasranikan
dan merubah ciptaan menjadi cacat. Kedua perkara ini telah diinformasikan iblis
bahwa ia akan merubahnya, maka ia pun merubah fitrah Allah dengan kekafiran,
yaitu merubah ciptaan Allah yang diciptakan di atas fitrah dan merubah bentuk
dengan kecacatan. Maka ia pun merubah fitrah kepada syirik dan ciptaan kepada
bentuk cacat (tidak utuh) ....[12]
Makar
dan Strategi Setan dalam Menyesatkan Manusia
Sejak
iblis memperoleh legalitas dan penangguhan waktu untuk melancarkan balas dendam
kepada adam dan anak keturunannya, maka dengan lantang ia mendeklarasikan
tekadnya secara lancang untuk menyesatkan makhluk yang dimuliakan Allah dan
menolak untuk bersujud kepada Adam walaupun itu perintah Allah , sehingga
menyebabkan iblis dikutuk dan diusir dari surga. Allah Ta’ala mengusirnya
secara hina dan paksa, serta mempersiapkannya sebagai pengisi Jahanam--termasuk
bagi orang yang mengikutinya. Firman Allah Ta’ala:
“Keluarlah kamu dari
surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di
antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahanam
dengan kamu semua.” (Al-A’raaf:
18)
Sayyid
Quthb mengatakan, bahwa Allah telah memberikan kepada iblis dan kabilahnya
suatu kesempatan untuk menyesatkan, serta memberikan kepada Adam dan anak
keturunannya kesempatan untuk menentukan pilihan sebagai wujud dari ujian Allah
bagi mereka dan menjadikannya sebagai mahluk yang mempunyai karakter khusus
lagi unik, bukan malaikat dan bukan pula setan, sebab ia memiliki peran yang
lain di alam ini, yang bukan peran malaikat dan bukan pula peran setan.[13]
Untuk
mewujudkan impian jahatnya, maka iblis telah memilih komitmen tipu daya dengan
menggunakan legalitas dan penangguhan waktu yang telah Allah berikan padanya.
Setan terkutuk itu telah bersumpah akan mendatangi manusia melalui titik
kelemahannya dan dari tempat-tempat syahwat. Hanya perlindungsn diri dengan
iman dan dzikirlah yang bisa membentengi manusia dari makarnya.
Pertarungan
melawan setan adalah pertarungan besar yang tidak pernah padam. Pertarungan
melawan hawa nafsu dengan mengikuti petunjuk. Melawan syahwat dengan menguasai
iradat. Melawan kejahatan serta kerusakan di muka bumi dengan mengikuti
syari’at Allah yang mendatangkan mashlahat bagi kehidupan bumi. Juga
pertarungan melawan hati nurani dalam kehidupan nyata yang tak pernah padam.
Setan yang terkutuk ada di balik semua itu.
Sayyid
Quthb mengatakan, bahwa adapun thaghut-thaghut yang bercokol dimuka bumi untuk
menundukkan manusia kepada hakimiyahnya dan syari’atnya, nilai-nilai dan
norma-normanya, serta menundukkan hakimiyah Allah , syari’at-Nya, nilai-nilai
dan norma-norma-Nya yang bersumber dari (ajaran) din-Nya ... itu tidak lain
adalah setan-setan manusia yang dibisiki oleh setan-setan jin, dan pertarungan
melawan keduanya adalah pertarungan melawan setan itu sendiri dan tidak jauh
daripadanya.
Demikianlah
pertarungan besar dan memakan waktu panjang lagi ganas yang terpusat pada
pertarungan melawan setan atau dengan wali-walinya (sejawat, pendukung, dan
pembelanya). Dan setiap muslim merasakan hal ini, yaitu ketika terlibat
pertarungan dengan hawa nafsu dan syahwatnya, ketika terlibat pertarungan
dengan wali-wali setan dan thaghut-thaghut bumi, pengikut dan pengekor mereka.
Ya... musuh yang satu ini telah bertekad dan bersumpah untuk menetapi
jalannya... dan karenanya, maka jihad akan tetap berlangsung hingga hari kiamat
dalam segala bentuk dan tempatnya.[14]
Ada
tiga strategi yang dilancarkan setan dalam mewujudkan tujuannya:
·
Strategi Pertama, mengambil bagian yang telah
ditentukan (kecenderungan berbuat jahat dan peluang ke arah sana).
Allah
Ta’ala berfirman:
“yang
dilaknati Allah dan setan itu mengatakan: ‘saya akan benar-benar mengambil dari
hamba-hamba-Mu bagian yang sudah ditentukan (untukku), dan aku akan benar-benar
menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan
akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka
benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah),
lalu benar-benar mereka merubahnya’. Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi
pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (An-Nisaa’: 118-119)
Setelah
Allah mengutuk iblis, menghinakan, mengusir, dan menjauhkannya dari segala
kebaikan, iblis pun berkata kepada Rabb-nya: “sungguh aku akan mengambil dari hamba-hamba-Mu bagian yang telah
ditentukan (untukku).” Akan tetapi,
bagaimana iblis mengambil bagian yang telah ditentukan itu?
Ia
mengambilnya dengan jalan menyesatkan Adam dan anak keturunannya dari jalan
lurus dan menyeru mereka untuk menaatinya. Ia juga menjadikan kehidupan dunia
ini terasa indah bagi manusia. Begitu pula kekufuran dan kesesatan, akan terasa
indah di mata mereka. Sehingga mereka tergelincir dari jalan al-Haq. Bagi
mereka yang menuruti ajakannya, maka apa-apa yang diperbuat terasa indah.
Itulah yang termasuk ‘bagian yang telah ditentukan’.[15]
Sebenarnya,
makar dan tipu daya iblis itu hanyalah angan-angan yang ingin dicapainya dan
dengan makar tersebut ia dapat merealisasikannya. Sebagaimana firman Allah:
“Dan sesungguhnya
iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaanya terhadap mereka, lalu mereka
mengikutinya, kecuali sebagian orang-orang yang beriman” (Saba’:20)
Dalam
hal ini, Ibnu Qutaibah berkata bahwa sesungguhnya iblis ketika meminta kepada
Allah atas penangguhan waktu, ia berkata: ‘akan aku sesatkan mereka , akan aku
simpangkan mereka, dan akan aku perintahkan mereka demikian dan demikian , dan
akan aku ambil bagian yang telah ditentukan (untukku) dari hamba-hamba-Mu’. Hal
ini bukanlah pernyataan yang ia yakini kepastian terjadinya, namun itu hanyalah
sangkaan. Maka ketika mereka mengikutinya dan menaatinya, ia pun merasa benar
apa yang disangkakannya tentang mereka.[16]
Sebuah
masyarakat yang pimpinannya tiada lagi mengindahkan syari’at Allah, nilai-nilai,
dan norma-norma kehidupan sebagai manhaj
hidup dan mizanul haq, maka di sinilah tempat yang sebenarnya angan-angan iblis
akan menjadi kenyataan.
Ketika
beberapa kemunkaran, dari yang terbesar (syirik) hingga kemunkaran-kemunkaran
lainnya seperti lokalisasi WTS, dibukanya diskotik-diskotik, pub, bar, dan
cafe, serta panti-panti pijat yang beroperasi secara legal maupun tidak, maka
di sini pula iblis akan mengambil bagian yang telah ditentukan (untuknya)
tersebut.
Mabuk-mabukan
itu indah bagi mereka, sehingga mereka senantiasa mencari jalan dan menuntut
kebebasan dan legalitas dari penguasa suatu negeri dan atau siapa saja yang
memiliki kekuatan. Mereka kosong dari iman dan dari keluarga yang tidak peduli
pada tarbiyah atau pendidikan putra-putrinya, sehingga menjauh dari manhaj
Allah dan lari dari ketaatan kepada-Nya.
·
Strategi Kedua, duduk menghalang-halangi
hamba-hamba Allah dari jalan- Nya yang
lurus.
Iblis benar-benar
menyadari bahwa dirinya telah memperoleh predikat dari Allah dengan kesesatan
yang nyata. Allah menerangkan tentang tekad iblis itu dalam firman-Nya:
“Iblis
berkata : ‘Oleh karena Engkau telah menyesatkanku, maka aku (bertekad) akan
menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Lalu saya akan datangi mereka dari
arah muka mereka, dari arah belakang mereka, dari sisi kanan mereka, dan dari
sisi kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka yang
bersyukur”. (Al-A’raaf:
16-17)
Iblis
tidak saja menggunakan satu arah atau dua arah, akan tetapi empat arah yang
vital, yaitu, depan, belakang, kanan, dan kiri. Keempat arah inilah yang memang
sering dijadikan musuh untuk melawan rivalnya.
Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:
“Sesungguhnya setan duduk menghadang
bani Adam di perbagai simpangan jalan. Lalu ia duduk menghadangnya di jalan
Islam, seraya berkata: Apakah Anda terima Islam dan rela meninggalkan agamamu
dan agama nenek moyangmu, lalu ia menolaknya ( dari mengikuti agama nenek
moyang) lalu Islamlah ia. Kemudian setan duduk di jalan hijrah seraya berkata:
Apakah Anda akan melakukan hijrah, meninggalkan bumi tempat kelahiranmu dan
langitmu, padahal hijrah itu hanyalah seperti kuda di dalam kandang
(tambatannya), lalu orang tersebut menolaknya dan tetap memilih hijrah.
Kemudian setan duduk menghadang orang yang hendak berjihad (di jalan-Nya)
dengan jiwa dan harta, lalu ia berkata: Apakah Anda hendak berperang kemudian
terbunuh, sehingga istrimu dikawini oleh orang lain dan hartamu dibagi? Orang
tersebut menolaknya, lalu tetap memilih jihad.”[17]
Bujuk
rayu, teror, kolaborasi, menyusup, intimidasi, dan tipu muslihat adalah
cara-cara utama bagi setan untuk menyesatkan manusia. Dengan cara-cara
tersebut, bahkan lebih keji lagi, iblis melampiaskan balas dendamnya pada Adam
dan keturunannya, agar tersesat bersamanya sebagai bahan bakar neraka Jahannam.
Iblis
dan sekutunya menggunakan uslub dan wasail terbaiknya dalam menggelincirkan
dan menyesatkan ummat manusia keturunan
bani Adam. Pendidikan dan media informasi adalah uslub terbaik dan pilihan bagi
iblis beserta sekutunya.
Melalui
pendidikan manusia bisa menjadi Yahudi, Nashrani, atau sekuler. Kalaupun
manusia itu masih mau berpegang kepada Islam, mereka melihatnya sebagai
hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliq-Nya semata. Sekedar
ritual-ritual yang dipenuhi dengan kurafat dan bid’ah. Lebih jauh lagi, membawa
anak didik kepada cara pikir dan cara pandang orientalis terhadap Islam dan
mengalihkan kiblat ke barat sebagai mizan peradaban dan kemoderenan. Iblis dan
sekutunya dari bangsa Zionis dan Salibis yakin benar bahwa untuk menguasai
dunia mereka harus menguasai informasi.
Konferensi
Zionis pertama di Swiss pada tahun 1897 yang dipimpin oleh Theodor Herzl
merupakan titik awal perubahan terpenting. Dalam kesempatan itu, masyarakat
Yahudi mendiskusikan bahwa cita-cita mendirikkan negara Israel Raya tidak akan
terwujud tanpa penguasaan atas media massa. Realisasinya, rencana-rencana
bidang publisistik mereka tuangkan dalam rencana kerja pemimpin-pemimpin Zionis
nomor 12, seperti berikut ini:
1.
menguasai dunia pers dan mengendalikannya.
2.
tidak memberi kesempatan kepada media massa non-Yahudi
yang memuat gagasan-gagasan anti-Yahudi.
3.
melakukan sensor ketat sebelum berita disiarkan.
4.
menerbitkan berbagai macam media massa untuk
mendukung kelompok aristokrat,
republikan, revolusioner, hingga kelompok anarki.
5.
mempengaruhi opini publik saat diperlukan, sekaligus
meredam gejolak yang timbul.
6.
memberikan dorongan kepada orang-orang jenius
untuk mengendalikan media massa yang
beroplah besar, khususnya pers anti-Yahudi. Jika suatu saat orang-orang
tersebut menunjukkan gejala-gejala tidak setia, skandal-skandalnya akan
dibongkar.
Di
Inggris terdapat majalah beroplah besar dan populer, The Times, pertama terbit tahun 1788 atas prakarsa Rothschild,
warga Yahudi Inggris. Kemudian Zionis internasional menanam investasi
besar-besaran agar The Times dapat
sepenuhnya mereka kuasai, terutama bidang keredaksiannya. Pemimpin-pemimpin
redaksi itu berusaha merekrut warga Yahudi sebagai tenaga administrasi,
mekanik, atau reportasi. Hal ini sangat memudahkan terlaksananya
program-program mereka.[18]
Majalah
tersebut menjadi majalah zionis tulen setelah dibeli oleh milyuner
Yahudi-Australia, Robert Murdoch, yang disebut-sebut sebagai penyelamat The Times dari masa krisisnya. Dengan
piawainya, Murdoch juga menguasai majalah-majalah besar lainnya, seperti The Sunday Times dan The Times Street, juga majalah Sun--sebuah majalah vulgar beroplah 3,7
juta eksemplar per minggu, News of The
World--majalah vulgar yang beroplah 4 juta eksemplar per minggu, City Magazine, dan sejumlah besar
Harian di Inggris.[19]
Di
Amerika, kita mengenal surat kabar New
York Times yang terbit sejak tahun 1841, menduduki posisi paling bergengsi.
Pada tahun 1896, ketika mengalami krisis ekonomi, datanglah sang penyelamat
warga Yahudi bernama Adolf Osh, yang membelinya dengan harga murah dari
pemiliknya, Henry Ramond. Peringkat kedua, The
Washington Post, yang juga didominasi Yahudi. Yahudi juga menguasai surat
kabar The Daily News, The New York Post,
Sun Times, dan majalah paling populer, Good
House Keeping.
Begitu
pula halnya yang terjadi di semua negara, di mana dominasi penguasaan media
massa berada di tangan Yahudi, termasuk seluruh kantor berita bergengsi kelas
dunia, seperti CNN, BBC, dan lain-lain.
Di
Indonesia pun, majalah dan surat kabar tidak bisa lepas dari cengkeraman
zionis, mengingat sumber berita utamanya berasal dari CNN dan sejenisnya.
Terlebih lagi setelah organisasi sosial dan kesehatan seperti Lions Club dan
Rotary Club--yang merupakan perpanjangan tangan dari Freemasonry, zionis
internasional-- merebak di kalangan intelektual kita, baik muslim maupun
non-muslim. Mereka mendominasi bidang redaksi harian, majalah, dan tabloid di
negeri kita ini.
Yahudi
juga menguasai dunia film, drama, dan periklanan seluruh negeri di dunia.
Seperti terdapat dalam kutipan berikut ini:
“Di
televisi Amerika Serikat, ada iklan sabun yang menggambarkan orang Arab yang
kotor dan berdebu tengah dibersihkan oleh seorang gadis dengan sabun jenis
tertentu dalam sebuah bak mandi. Ternyata kotoran orang Arab itu sulit
dibersihkan sehingga sang gadis mengganti sabun dengan produk yang paling
mutakhir. Tiba-tiba datang petugas laboratorium yang mengatakan bahwa sabun
yang pertama dipakai tadi sebenarnya berdaya cuci paling tinggi. Dengan begitu,
ketidak bersihan orang Arab itu bukan karena sabunnya yang jelek, melainkan
karena orang Arab memang tidak akan pernah bersih. Sementara itu iklan lainnya
mempromosikan cairan penyelamat dari gangguan orang lain. Iklan tersebut
menggambarkan seorang wanita yang melenggang tenang kemudian diserang hendak
dijahili seorang laki-laki Arab. Secara refleks wanita tersebut
menyemprotkannya ke laki-laki Arab hingga pingsan dan dengan
tenang
dia kembali melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya meludahi muka laki-laki
Arab itu.”[20]
Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah memilih
Islam sebagai di haq satu-satunya di muka bumi dan menjadikan Muhammad
Shallallahu 'Alaihi Wassalam sebagai Rasul-Nya terakhir pembawa risalah Islam.
Mengapa laki-laki itu digambarkan sebagai orang Arab. Hal ini memberikan image
bahwa orang Arab itu Muslim dan Muslim itu kotor lagi dekil.
Penulis
buku itu juga memberikan contoh lain. Di ibukota Yunani, Athena, pelecehan
terhadap orang Arab digambarkan melalui obat kuat untuk pria lemah syahwat.
Berkat obat itu, pria tua dan bungkuk yang berpakaian gaya Arab berubah menjadi
“kuda binal” yang mencari mangsa pemuas nafsu. Subhanallah, la haula wala quwwata illa billah.
Terhadap
dominasi atas produk khusus, Yahudi juga sengaja menggunakan Islam sebagai
tujuan pelecehan. Misalnya, di ibu kota Belgia, Brussel, awal surat Maryam dan
Al-Baqarah mereka cetak di atas kertas pembungkus di toko-toko. Di London,
stand pertokoan Yahudi, Mark Spencer, telah memproduksi berbagai bentuk pakaian
dalam yang bertuliskan lafazh jalalah “[.1]laa
ilaaha illallah” tepat di posisi aurat. Masih banyak lagi contoh lain yang
secara sengaja memilih Islam sebagai bahan pelecehan.
Mereka
tidak mungkin menguasai ekonomi dan media massa, kecuali karena mereka (Yahudi
dan Nasrani) telah menguasai politik dunia dan bahkan tengkuk para pemimpin
negara Islam atau mayoritas penduduknya Muslim telah berada di bawah kekuasaan
mereka.
Itu
semua baru perkara-perkara yang nampak, sedangkan sesuatu yang berada di dalam
hati mereka jauh lebih jahat dan dahsyat permusuhannya terhadap Islam dan kaum
Muslimin. Setiap terjadi teror atau sabotase di setiap negara, mereka selalu
mengalamatkan pelakunya sebagai teroris berkebangsaan Timur Tengah alias
Muslim.
Berkaitan
dengan itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Sesungguhnya
orang-orang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan
menafkahkan harta itu kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan
dikalahkan....”
(Al-Anfal: 36)
“Mereka
hendak memadamkan cahaya (din) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan
Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (Ash-Shaff : 8)
Oleh
karena itu, menjadi kewaspadaan kita bersama tentang kebencian Yahudi dan
Nasrani terhadap kaum Muslimin sepanjang jaman. Sebagaimana firman-Nya:
“Telah
nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka
lebih besar lagi ...” (Ali
Imran: 118)
Apa
yang lahir dari sikap Simon Peres yang oleh kelompok Yahudi lainnya disebut
moderat, itu pun sudah merugikan dunia Islam umumnya dan Palestina khususnya.
Apalagi yang terlahir dari Benyamin Natannyahu, dari Yahudi garis keras, akan
lebih menggelisahkan kaum Muslimin Palestina dan bangsa Arab umumnya.
Sebagaimana Allah Ta’ala mengingatkan: “apa-apa
yang ada di balik yang lahir (yang tersembunyi di dada mereka) jauh lebih benci
dan dahsyat”.
Pantas
kiranya jika para Mufassir dari kalangan Salafush Shalih menafsirkan “Al maghdlub” itu sebagai Yahudi dan “Adl dlallun” sebagai Nashrani.
·
Strategi Ketiga,
iblis membuat indah perbuatan
manusia di muka bumi, sekalipun itu perbuatan dosa dan maksiat.
Allah
Subhana wa Ta'ala menceritakan tentang tekad iblis ini dalam firman-Nya:
“Oleh karena Engkau
telah menyesatkanku, maka aku pasti akan jadikan indah (kehidupan) di muka bumi
bagi mereka, dan akan aku sesatkan mereka seluruhnya.” (Al-Hijr : 39)
Hal
ini dijelaskan lagi oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam yang bersabda:
“Neraka itu diliputi
dengan syahwat, dan surga itu diliputi dengan hal-hal yang tak disukai.”
Ibnu
Qayyim al Jauziyah mengatakan (di dalam Madarijus saliki), sebagaiman di kutib
olewh Dr. Yusuf Qardlawi), “Bahwa Setan dalam menjadikan kehidupan duniawi itu
indah dipersenjatai oleh Allah dengan dua senjata yang super ampuh, yaitu:
·
Pertama, senjata syahwat untuk merusak
perilaku dan akhlak manusia, sehingga ia menyimpang.
Jalan
menuju neraka semua ditampakkan indah oleh setan. Seperti keindahan klub-klub
malam dengan lampu yang redup-redup, irama musik dan lagu yang dibawakan
penyanyi erotis yang sudah sirna rasa malunya, sehingga persis seperti setan.
Di pentas politik kita melihat bagaimana politikus-politikus berebut kekuasaan
dengan bualan-bualan agitasinya yang satu dengan yang lainnya saling
menjatuhkan demi mencapai kehendak nafsu syahwatnya.
Pergaulan
bebas di sekolah-sekolah, di jalan-jalan, di pasar-pasar tradisional maupun
modern, bahkan di halaman-halaman masjid yang kebetulan berseberangan dengan
taman kota, seperti masjid Bandung, Bekasi, Istiqlal di Jakarta, dan hampir di
semua kota besar di negeri kita ini.
Kehidupan
eksekutif, karyawan-karyawan perkantoran--swasta maupun pemerintah--sudah tidak
lagi mempertimbangkan garis-garis syari’at. Sementara di antara mereka adalah
kaum muslimin yang masih rajin shalat, shaum, zakat, dan haji, bahkan ada pula
yang aktif dalam dakwah.
Pada
sisi yang lain kita melihat jalan menuju surga penuh hambatan, tanjakan,
tikungan-tikungan terjal dan berbatu. Alhasil, serba tidak menyenangkan,
membosankan, terkesan ortodok, dan tidak modernis.
Meskipun
terlihat masjid-masjid penuh ketika shalat Jumat dan tarawih Ramadlan atau
masjlis taklim terlihat di mana-mana, juga setiap saat dijumpai shalawat,
dzikir, Yasinnan, dan bacaan Al-Fatihah terdengar di mana-mana, namun pada
hakikatnya yang mereka lakukan itu masih jauh dari As-Sunnah, tidak
mencerminkan identitas Islam yang hakiki dan bahkan lebih sering dipenuhi
dengan kurafat dan bid’ah.
Pada
sisi lain, kosmetik dan dunia mode menjadi sangat menarik bagi kaum wanita,
termasuk yang mengaku muslim dan masih rajin shalat. Mereka tidak tertarik
dengan busana muslimah yang menutup aurat, yang bisa menghindarkan mereka dari
pergaulan bebas dan pamer keindahan tubuh.
Dunia
aerobik dan senam menjadi amaliah terindah bagi kaum wanita, terlebih lagi bagi
wanita karir. Mereka melakukannya bukan demi suami dan keharmonisan rumah
tangga, bukan pula untuk meningkatkan ghirah
keta’atan dalam agama. Justru yang mereka lakukan adalah bagaimana agar
dapat tampil prima, feminin, lincah, dan gesit dalam melaksanakan tugas mereka
sebagai wanita karir. Tentu agar laki-laki disekitar mereka, di sepanjang jalan
yang mereka lalui, di bis-bis, dan di angkutan-angkutan kota melontarkan pujian
‘aduhai’dan entah apa lagi. Puaskah mereka akan sanjungan dan pujian itu? Tentu
tidak. Sebab setan tidak ingin keterjerumusan mereka cuma sampai disitu. Lalu
setan menampakan keindahan senyuman lelaki iseng, teman kantornya, bawahannya,
atau atasannya. Sehingga mereka lebih merasakan kehangatan pergaulan daripada
kehangatan sentuhan suami. Na’udzubillahi
minasy syaithanir rajim.
Bagi
mereka yang masih ingat kewajiban ibadah, maka mereka akan merasakan tidak
pernah mendapat ketenangan dalam ibadah. Melakukannya dengan bermalas-malasan,
menunda dan mengakhirkan waktunya. Alunan ayat suci dan sabda Nabi tiada lagi
memberi kesan dan menyentuh hatinya. Yang ma’ruf dan munkar bagi mereka sama
saja. Bahkan tak ada artinya lagi
ayat-ayat Allah yang bersifat ancaman, janji, perintah, larangan, atau
anjuran. Tak ubahnya seperti angin
berlalu.
Sebaliknya,
alunan musik, suara-sura sumbang pelecehan terhadap orang yang taat beribadah
dan hidup mengikuti syari’at menjadi hiasan bibir bagi mereka. Mereka itu lebih
memilih ber-muwalah (berteman,
membela, dan mendukung) dengan ahli maksiat daripada ahli ibadah, karena mereka
merasa terhalang langkahnya jika harus berteman dengan orang-orang taat.
Bagi
orang-orang yang iradatnya rusak, maka mereka tidak mampu lagi membedakan
perkara yang subhat dan yang makruh. Mereka menganggapnya sama saja. Padahal
terjerumus ke dalam subhat akan terjerumus pula kepada yang haram.
Mengapa
hal itu bisa terjadi? Sebab, kepekaan mereka sebagai seorang muslim terhadap
dinnya telah memudar. Sehingga tidak tergerak hatinya kepada seruan yang ma’ruf
dan larangan yang munkar.
Mengenai
hal itu, hendaklah kita merenungkan firman Allah tentang akibat bagi pendurhaka
berikut ini:
“Adapun
orang-orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka
sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka
sesungguhnya surgalah tempat kembali(nya).” (An-Naazi’aat: 37-41)
“Dan
bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabbnya ada dua surga (dunia dan
akhirat).” (Ar-Rahmaan:
46)
Maksudnya,
tatkala seorang hamba hendak menuruti hawa nafsunya untuk melakukan kemaksiatan
dan dia mengingat kebesaran Allah atasnya di dunia ini, serta kedudukan dirinya
di hadapan Allah di akhirat kelak, maka dia pun segera meninggal kemaksiatan
tersebut.
Allah
Subhana wa Ta'ala menggolongkan manusia ke dalam dua golongan, yaitu, yang
menurutkan hawa nafsunya dan yang mengikuti apa-apa yang dibawa Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wassalam. Seperti yang disebutkan Allah Subhana wa Ta'ala dalam
firman-Nya:
“Maka
jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka
hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat
daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari
Allah sedikitpun, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang zalim”. (Al-Qashash:
50)
Kepada
pendurhaka, pengikut jalan setan yang lebih mementingkan kehendak nafsu,
syahwat, dan syubhat renungkanlah nasihat
Ibnul Jauzi rahimahullah:
“Waspadalah
dengan sebenar-benarnya terhadap kemaksiatan, sebab ia akan mendatangkan
hukuman yang pedih. Waspadalah dari perbuatan dosa, terlebih-lebih dosa khalwat (berdua-duan dengan lawan jenis
yang bukan mahram), sebab melawan
larangan Allah hanya akan membuat Allah berpaling darinya. Tidak ada yang
memperoleh lezatnya maksiat, kecuali bagi orang yang selalu lalai. Adapun orang
mukmin yang sadar tidak merasakan nikmat (berbuat maksiat), sebab ketika
merasakan kenikmatannya dia sadar bahwa hal itu haram dan dia ingat pula
hukuman Allah .... Pengawasan Allah membuatnya sangat hati-hati dan terus
berusaha menundukkan hawa nafsu ketika gejolak itu timbul. Kalaupun kemudian ia
tenggelam dalam nafsunya, itu pun hanya terjadi sekejap. Lalu timbul penyesalan
yang mendalam selamanya, akibat perbuatannya itu. Sekalipun meyakini adanya
ampunan Allah, ia masih saja dihantui oleh perasaan tercela. Maka, bencilah
kepada dosa-dosa itu, alangkah buruk pengaruhnya, dan sangat jelek deritanya.
Syahwat itu tidak akan muncul, kecuali dalam keadaan kuatnya kelalaian.”[22]
Bait-bait
syair di bawah ini hendaknya mampu menyadarkan kita tentang hal itu:
“Tidak ada kebaikan
pada orang,
yang tiada takut
kepada Allah,
ketika hawa nafsunya
bergejolak.
Taqwalah yang
menghalang-halangi jalan hawa nafsu,
orang-orang bertaqwa
akan merasa takut,
bila datang ke akhirat
dalam keadaan hina,....”
Dalam
syair yang lain disebutkan:
“Berapa banyak dari
kemaksiatan itu
mendatangkan kelezatan
bagi pelakunya,
ia pun mati,
terlepaslah kelezatan
itu,
yang tinggal adalah
bencana yang harus ia rasakan,
tinggal pula
akibat-akibatnya,
wahai pelaku maksiat,
Allah melihat dan
mendengar hamba yang berbuat maksiat.”
Ibnul
Qayyim rahimahullah mengatakan, bisikan setan merupakan pemicu munculnya iradah
(kehendak). Awalnya, hati itu bersih dari kejahatan dan kemaksiatan, lalu setan
membisikkan dosa dan mengingatkannya. Kemudian timbullah hasrat, sehingga
menjadi syahwat yang terasa indah dan menimbulkan hayalan untuk cenderung
melakukannya. Hal seperti itu terus berlangsung dan mereka menganggap remeh
akibat buruk yang ditimbulkannya, sehingga tidak ada lagi yang dilihatnya
kecuali kemaksiatan dan kenikmatan sementara. Allah telah mengingatkan dalam
firman-Nya:
“Tidakkah
kamu lihat, bahwasannya kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada
orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat denga
sungguh-sungguh?” (Maryam
: 83)
Maka,
setanlah yang mendorong dan terus memberikan motivasi kepada seseorang untuk
terus cenderung berbuat maksiat.[23]
Bisikan
setan adalah pangkal seluruh perbuatan maksiat hamba Allah di muka bumi ini.
Oleh karena itu, Allah memberikan dua senjata bagi setiap mukmin untuk melawan
dua senjata setan di atas tadi. Dua senjata mukmin itu adalah:
·
Ash-Shabr (kesabaran) untuk melawan hawa nafsu
dan syahwat, dan
Dari
Abi Sa’id al-Hudri rahimahullah, bersabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassalam :
“sesungguhnya
syaitan berkata: ‘Demi kekuasaan-Mu, ya Rabbku, aku akan senantiasa (hendak)
menyim pangkan hamba-hamba-Mu selama ruh-ruh mereka berada dalam jasad-jasad
mereka....”[25]
Maka
jelaslah, bahwa setan itu tidak merasa tenang dan tidak akan berhenti untuk
mengeluarkan manusia dari dinullah menuju
din kufur hingga datangnya hari
kiamat.
[1] Alam Makhluk Supranatural, Penerbit
Firdaus,1992:7.
[2] Majmu’atut Tauhid, Jilid I, hal. 15 dan
lihat juga Al-Muwajahah Ash-Shira’ Ma’asy
Syaithan wa Hizbihi, Hasan Ahmad Qathamisy, Dar Thayyibah Riyadl, 1995:15
[3] Jami’ul Bayan, Ath-Thabari, Juz 3, hal.
18; Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an, Al-Qurtubi,
Juz 5, hal. 161; Ad-Durrul Mantsur,
As-Suyuthi, Juz 1 hal. 584.
[4] Ensiklopedi Modern, hal. 357 dan lihat
juga Alam Makhluk Supernatural,
hal.8.
[5] Al-Bidayah wan Nihayah, I/79
[6] Majmu’ Fatawa, IV/346.
[7] Idem,
IV/235, 346, dan lihat juga Alam
Supernatural,Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar, hal.9-10.
[8] Mashoibul Insan min Makaidisy Syaithan hal.
69
[9] Talbis
Iblis, hal. 37 - 38. (Dikutip secara
ringkas).
[10] Asy-Syaikhan dan Tirmidzi dari Khudzaifah
dalam haditsnya yang panjang.
[11] Muttafaq
‘Alaih. Fathul Bari. Juz 3, kitab Al Janaiz.
[12] Ighatsatul
Lahfan. Juz 1 hal. 106-107
[13] Tafsir
Fi Zhilal III/1267. Dar Al Kutub lith Thaba’ah wan Nasyr.
[14] Tafsir
Fi Zhilal, III/1274-1275.
[15] Jami’ul
Bayan. Ath-Thabari. Juz 5 hal. 281
[16] Ighatsatul
Luhfan. Juz 1 hal. 99
[17] HR. An-Nasa’i. Juz 2 Kitab Al-Jihad. Bab yang diperuntukkan bagi
orang yang tetap memilih Islam, hijrah dan jihad.
[18] Lihat Al-Yahudiyyah
Al ‘Alamiyah, Abdullah Hallaq, hal. 76 dan Yahudi dalam Informasi dan Organisasi. GIP. 1995. Hal. 17-18.
[19] Idem. GIP. 1995. Hal. 18.
[20] Idem.
GIP.1995. Hal. 37-38.
[21] Ash-Shabru
fil Qur’an. DR. Yusuf Qardlawi. Maktabah Wahbah. Hal. 54
[22] Shaidul Khatir. Hal. 129
[23] Tafsir
Al-Mu’awwidzatain. Lihat At-Taqwa
a-Ghayatul Mansyudah wad Duratul Mafqudah. Ahmad Farid, Darul iman, hal.
55-56.
[24] Ash-Shabru
fil Qur’an, hal. 54. DR. Yusuf Qardlawi.
[25] HR. Ahmad, juz 3 hal. 39-41 dan Al Hakim
dalam al-Mustadrak, juz 4 hal.261
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------