Kajian Tafsir ke-3

Halaqah ke-3 : Tafsir al Isti`adzah
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيطانِ الرَّجِيْمِ

Pertarungan Abadi antara Bani Adam dan Setan
Disekitar kita terdapat alam yang diperuntukkan bagi makhluk supranatural. Alam inilah yang di dalamnya dihuni oleh bangsa jin. Di antara bangsa jin terdapat makhluk yang paling angkuh dan durhaka. Istilah ini muncul karena keangkuhan makhluk yang satu ini dan juga karena kedurhakaannya kepada Allah, penciptanya.
Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar menjabarkan tentang setan sebagai berikut:
“Setan yang banyak dibicarakan Allah kepada kita dalam Al Quran itu dari alam jin. Pada mulanya setan itu menyembah Allah, diam di langit bersama malaikat dan masuk surga. Kemudian ia durhaka kepada Rabbnya ketika diperintahkan untuk sujud kepada Adam. Ia durhaka dengan sombong, merasa lebih tinggi dan hasut (iri). Maka Allah mengusir dari rahmat-Nya (surga)”[1]

Selanjutnya ia mengatakan:
“Setan dalam bahasa Arab dijadikan istilah bagi segala yang angkuh lagi durhaka. Ia dijadikan istilah bagi makhluk ini karena keangkuhannya dan kedurhakaannya kepada Rabbnya”

Istilah lain yang sepadan dengan setan menurut kesepakatan ahli ilmu adalah thaghut, karena sifatnya yang melampaui batas, durhaka kepada Rabbnya, dan menobatkan diri sebagai tuhan yang berhak disembah.
Makhluk yang satu ini telah putus asa dari rahmat Allah. Karena itu Allah menamainya iblis. Setan adalah tokoh utama dan menduduki peringkat teratas dari sekian banyak nama lain dari istilah thaghut. Seperti dituturkan oleh Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab Rahimahullah, bahwa kelompok utama thaghut itu ada lima dan yang paling utamanya adalah setan.

Syaikhul Islam dalam hal ini mengatakan bahwa kelompok utama thaghut ada lima:
1. Setan yang menyeru /mengajak kepada ibadah selain Allah.
2. Penguasa zalim yang merubah hukum-hukum Allah.
3. Orang yang berhukum dengan selain (hukum) yang diturunkan Allah.
4. Orang yang mengaku mengetahui perkara-perkara gaib selain Allah.
5. Orang yang disembah selain Allah dan ia ridla untuk disembah.[2]

Di antara salafush shalih yang menyebutkan bahwa thagut itu adalah setan adalah Umar Ibnu Khaththab Radliyallahu’anhu.[3] Selain itu terdapat sederet nama lain yang juga menamakan thaghut dengan setan, di antaranya adalah Mujahid, Abul ‘Aliyah, Qatadah, Adl-Dlahhak, As-Suddi, Ibnu Zaid, Hasan bin Ali, Abu Ishaq, Az-Zamakhsyari, Al-Baghawi, Ar-Razi, Ibnu Taimiyah, Asy-Syanqithi, Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, dan lain-lain.

Tentang makhluk yang bernama setan ini, Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar menyebutnya dengan mahluk berakal, mengetahui, bergerak, dan sebagainya.  Setan bukanlah seperti yang dikatakan sebagian orang-orang, yang tidak memilki ilmu: ‘Ia adalah roh keburukan yang menjelma dalam insting hewani manusia, yang dapat merubahnya bila telah menguasai hatinya, dari sifat-sifat spiritual tertinggi.[4]

Sedangkan pendapat sebagian orang yang mengatakan bahwa iblis berasal dari malaikat, adalah sama sekali tidak benar. Walaupun mereka beranggapan hal tersebut berdasarkan surat Al-Baqarah ayat 34, yang artinya:

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka, kecuali iblis. Ia enggan dan takabur, dan ia adalah termasuk orang-orang kafir”.

Mereka beralasan bahwa pengecualian di sana merupakan mutstatsna minhu. Alasan tersebut bukanlah dalil final, karena pengecualian tersebut terputus—istitsna’ munqathi’—mengingat adanya nash yang menunjukkan secara jelas bahwa iblis berasal dari jin. Sebagaimana firman-Nya:

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Ia adalah dari jin, kemudian durhaka terhadap perintah Rabb-nya....”. (Al-Kahfi: 50)

Dengan demikian, telah ditetapkan untuk kita dengan nash yang sahih bahwa jin bukanlah malaikat dan bukan pula manusia. Nabi Shalallahu  ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Bahwa malaikat diciptakan dari cahaya, jin dari api, dan Adam dari    tanah.”  (Sahih Muslim)

Sedangkan Al-Hasan Al-Bashri mengatakan bahwa iblis bukanlah dari malaikat sedikitpun.[5] Adapun pernyataan Ibnu Taimiyah bahwa setan itu dari malaikat merupakan ditinjau dari bentuknya. Tetapi ia bukan dari mereka (malaikat) ditinjau dari asal dan sifatnya.[6] Ibnu Taimiyah memperkuat lagi bahwa iblis itu dari jin berdasarkan firman-Nya: “...kecuali iblis. Ia itu dari jin....”, sebagimana halnya Adam asal manusia.[7]

Awal mula pertarungan dakwah Al-Haq dan dakwa Al-Bathil adalah ketika iblis menampik melaksanakan perintah Allah dan bersujud kepada Adam. Allah berfirman:

“Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) diwaktu Aku menyuruhmu? Iblis menjawab: ‘saya lebih baik daripadanya, Engkau ciptakan saya dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah’.” (Al-A’raaf: 12)

Karena kesombongannya tersebut, maka Allah murka besar kepada iblis. Sebagaimana firman-Nya:
“Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina.” (Al-A’raaf : 13)

Pengetahuan iblis tentang Allah, keyakinannya akan wujud Allah, sifat-sifat-Nya, dan Rububiyah-Nya tidaklah membawa manfaat baginya. Sebab, sesungguhnya iblis itu kufur terhadap-Nya yang disertai dengan ilmu dan keyakinan (i’tiqad). Jelaslah bahwa iblis bukan makhluk yang kurang ilmu dan kurang keyakinannya terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Penyebab iblis terusir dari surga, tercampak dari rahmat Allah, berhak atasnya kutukan, dan termasuk makhluk yang hina  karena kesombongan dan sikap penentangnya  terhadap Allah Ta’ala.

Pantas kiranya jika ada seseorang yang bertanya kepada Imam Al-Hasan Al-Bashri tentang “apakah iblis itu tidur?”  Maka dijawabnya,  “jika ia tidur, tentu kalian bisa beristirahat dari gangguannya”.

Karena Allah mengusir iblis dari surga akibat penentangannya yang keras terhadap perintah-Nya, maka untuk menerima  kenyataan pahit itu ia mengajukan kepada Allah semacam “legalitas” dan permohonan penundaan waktu yang panjang untuk bisa melakukan balas dendam terhadap Adam dan anak cucunya, agar cukup waktu untuk menyusun makar dan tipu-dayanya dengan berbagai cara. Seperti terdapat dalam Al-Quran surat Al-A’raaf 14 - 16

“Iblis menjawab: ‘Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan’. Allah berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh’. Iblis menjawab: ‘Karena engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan-Mu yang lurus’.”

Seakan-akan iblis ingin mengatakan kepada Allah: apalah artinya hidup ini, jika nasib telah ditentukan­­­­--tersesat selama-lamanya­--sementara Adamlah yang membuat saya demikian. Oleh karena itu, jangan berharap Adam dan keturunannya bisa terbebas walaupun  sejenak dari balasanku sampai mereka tersesat bersamaku dan menjadi penghuni Jahanam bersamaku pula.

Langkah apa yang Iblis lakukan dalam upaya yang menghalang-halangi keturunan Adam? Pertama, ia dan sekutunya akan mendatangi  manusia dari segala penjuru: dari arrah depan, belakang, sisi kanan dan sisi kiri. Hal ini difirmankan oleh Allah berikut:

“Kemudian saya (Iblis) akan mendatangi mereka dari muka dan dari   belakang mereka, dari kanan mereka dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak     akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur ( ta’at). (Al-A’raaf : 17)

Apa yang Dikehendaki Iblis dari Manusia?

Iblis mengharapkan manusia terpeleset dan tersesat pada perkara yang paling berat siksaannya di neraka. Oleh karena itu, iblis menghalangi manusia dari jalan Allah melalui tujuh tingkatan. Tingkatan-tingkatan itu   (dari yang tertinggi) yaitu:

1.    Bahwa setan  menghendaki agar manusia itu murtad dari keimanannya sehingga menjadi kafir.
2.    Jika tidak berhasil, maka setan mengajaknya untuk melakukan perkara bid’ah.
3.    Jika tidak berhasil juga, maka setan mengajaknya untuk melakukan dosa-dosa besar.
4.    Jika tidak berhasil lagi, maka setan mengajaknya untuk melakukan dosa-dosa kecil.
5.    Jika tetap juga tidak berhasil, maka setan mengajaknya melakukan perbuatan-perbuatan mubah.
6.    Jika tetap tak tergoda oleh perbuatan mubah, maka setan membujuknya untuk melakukan perbuatan yang mengarah kepada fadlail ( keutamaan-keutamaan yang berdasarkan pada nash-nash dlaif  atau maudlu’, bahkan munkar sekalipun).
7.    Jika masih konsisten dengan keimanannya, maka setan mengerahkan seluruh potensi dan sekutunya untuk terus berupaya menggelincirkan manusia mukmin tersebut.

Keterangan di atas disampaikan oleh Ibnu Muflih Al-Maqdisi Rahimahullah dalam “Mashoibul Insan min Makaidisy Syaithan”.[8]

Bahkan Ibnul Qayyim Rahimahullah menguraikannya lebih luas lagi dalam tafsir surat An-Naas dan Al-Falaq.
Maka jelaslah bahwa setan adalah musuh hamba Allah yang paling utama, sebagaimana firmannya:
“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu, karena sesunggguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”  (Al-Faathir : 6 )
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan munkar.” (An-Nur ; 21)

Ibnul Jauzi Rahimahullah berkata, bahwa iblis masuk ke jiwa manusia melalui segala cara yang mungkin ia lakukan. Ia bisa menambah kekuatan atau menguranginya tergantung dari kesadaran, kelalaian, kejahilan, serta ilmu mereka. Hendaklah kalian ketahui bahwa hati itu bagaikan benteng yang kokoh, dikelilingi oleh pagar dinding yang terdapat banyak pintu dan terdapat bagian yang retak. Penghuninya adalah akal. Malaikat mondar-mandir menuju benteng. Di bagian lain, terdapat pula tempat-tempat  perlindungan yang dihuni oleh nafsu dan setan-setan bebas mendatangi tempat-tempat tersebut tanpa ada hambatan. Sementara penjaga berdiri di antara penghuni-penghuni benteng dan tempat hawa nafsu, setan terus saja mengelilingi benteng, menanti kelalaian penjaga. Lalu, setan menyeberangi benteng melaui sela-sela tembok yang retak. Mengingat gentingnya keadaan tersebut, maka penjaga benteng dituntut agar mengetahui  keadaan seluruh pintu benteng yang berada di bawah pengawasannya dan mengetahui keadaan seluruh dinding yang retak. Hendaklah ia tidak menghentikan pengawasan sekejappun, sebab musuh tidak pernah lengah.... Benteng tersebut diterangi oleh dzikir dan disinari oleh iman. Di sana terdapat cermin mengkilat, sehingga dapat terpantau setiap sesuatu yang melintasinya. Pertama-tama yang diperbuat setan adalah memperbanyak asap agar dinding benteng menjadi hitam dan cermin menjadi gelap. Hanya kesempurnaan berpikir yang bisa menghalau asap dan hanya cahaya dzikir yang dapat membuat cermin mengkilap kembali. Setan memiliki banyak peluang untuk menyerang. Sesekali berhasil masuk ke benteng, namun berhasil diusir sang penjaga. Terkadang berhasil masuk ke dalam benteng dan merusaknya. Terkadang mendudukinya, karena kelalaian penjaganya. Terkadang angin yang menghalau asap berhenti, sehingga menghitamkan dinding benteng dan cermin, lalu berjalanlah setan tanpa dapat diketahui penjaganya. Ketika itu pula, setan menyerang penjaga hingga terluka, bahkan tertawan dan diperbudak akibat kelalaiannya.[9]

Tekad setan untuk senantiasa memerangi manusia dimulai sejak kelahiran anak keturunan Adam, sehingga hamba-hamba Allah yang tercipta dengan hanif (cenderung kepada kebenaran) itu menjadi menyimpang dari din kebenaran.

Di dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam muslim dari ‘Iyadl bin Hammad, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Allah berfirman: ‘Sesungguhnya aku telah menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (hunafa’). Lalu datanglah setan, kemudian menyimpangkan mereka dari din mereka (Islam yang fithrah) dan mengharamkan kepada mereka apa-apa yang telah Aku halalkan bagi mereka’.”

Di sana terdapat pertarungan sengit antara manusia dan setan atas anak keturunan Adam, maka setan telah bersumpah akan selalu berusaha keras untuk menjauhkan anak keturunan manusia dari manhaj Allah dan memalingkan mereka dari ketaatan kepada-Nya.
Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa setiap manusia itu akan diuji dengan fitnah dan cobaan yang meliputi keluarganya, hartanya, anak-anaknya, dan dirinya sendiri. Kita dituntut untuk bermujahadah dan berdakwah menyerukan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar untuk memadamkan fitnah tersebut. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Fitnah seseorang menyangkut keluarganya, hartanya, anaknya, dan dirinya, serta tetangganya. Sebagi kifaratnya adalah melalui shaum, sholat, sedekah, dan amar ma’ruf serta nahi ‘anil munkar.[10]


Fitrah yang hanif pada diri manusia itulah yang sebenarnya ingin diubah oleh setan, padahal Allah menghendaki tidak perlu ada perubahan terhadap fitrah tersebut. Allah berfirman:

“(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Ar-Rum : 30)

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan bahwa makna tersebut adalah Allah menentukan fitrah kepada hamba-hamba-Nya di atas fitrah yang lurus yaitu millah Islam. Untuk itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam  bersabda:

“Tidaklah seseorang itu dilahirkan  kecuali ia dilahirkan di atas fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang membuatnya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana seekor ternak melahirkan seekor ternak tanpa cacat, apakah kamu mengira padanya itu cacat (terpotong hidungnya dan telinganya)? Sehingga jadilah kamu membuatnya cacat.” Lalu Abu Hurairah rahimahullah. Membacakan ayat: “(Tetaplah atas) fitrah Allah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah ....”[11]

Rasulullah menghimpun dua perkara ini--merubah fitrah dengan meyahudikan atau menasranikan dan merubah ciptaan menjadi cacat. Kedua perkara ini telah diinformasikan iblis bahwa ia akan merubahnya, maka ia pun merubah fitrah Allah dengan kekafiran, yaitu merubah ciptaan Allah yang diciptakan di atas fitrah dan merubah bentuk dengan kecacatan. Maka ia pun merubah fitrah kepada syirik dan ciptaan kepada bentuk cacat (tidak utuh) ....[12]

Makar dan Strategi Setan dalam Menyesatkan Manusia

Sejak iblis memperoleh legalitas dan penangguhan waktu untuk melancarkan balas dendam kepada adam dan anak keturunannya, maka dengan lantang ia mendeklarasikan tekadnya secara lancang untuk menyesatkan makhluk yang dimuliakan Allah dan menolak untuk bersujud kepada Adam walaupun itu perintah Allah , sehingga menyebabkan iblis dikutuk dan diusir dari surga. Allah Ta’ala mengusirnya secara hina dan paksa, serta mempersiapkannya sebagai pengisi Jahanam--termasuk bagi orang yang mengikutinya. Firman Allah Ta’ala:

“Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu semua.” (Al-A’raaf: 18)


Sayyid Quthb mengatakan, bahwa Allah telah memberikan kepada iblis dan kabilahnya suatu kesempatan untuk menyesatkan, serta memberikan kepada Adam dan anak keturunannya kesempatan untuk menentukan pilihan sebagai wujud dari ujian Allah bagi mereka dan menjadikannya sebagai mahluk yang mempunyai karakter khusus lagi unik, bukan malaikat dan bukan pula setan, sebab ia memiliki peran yang lain di alam ini, yang bukan peran malaikat dan bukan pula peran setan.[13]

Untuk mewujudkan impian jahatnya, maka iblis telah memilih komitmen tipu daya dengan menggunakan legalitas dan penangguhan waktu yang telah Allah berikan padanya. Setan terkutuk itu telah bersumpah akan mendatangi manusia melalui titik kelemahannya dan dari tempat-tempat syahwat. Hanya perlindungsn diri dengan iman dan dzikirlah yang bisa membentengi manusia dari makarnya.

Pertarungan melawan setan adalah pertarungan besar yang tidak pernah padam. Pertarungan melawan hawa nafsu dengan mengikuti petunjuk. Melawan syahwat dengan menguasai iradat. Melawan kejahatan serta kerusakan di muka bumi dengan mengikuti syari’at Allah yang mendatangkan mashlahat bagi kehidupan bumi. Juga pertarungan melawan hati nurani dalam kehidupan nyata yang tak pernah padam. Setan yang terkutuk ada di balik semua itu.

Sayyid Quthb mengatakan, bahwa adapun thaghut-thaghut yang bercokol dimuka bumi untuk menundukkan manusia kepada hakimiyahnya dan syari’atnya, nilai-nilai dan norma-normanya, serta menundukkan hakimiyah Allah , syari’at-Nya, nilai-nilai dan norma-norma-Nya yang bersumber dari (ajaran) din-Nya ... itu tidak lain adalah setan-setan manusia yang dibisiki oleh setan-setan jin, dan pertarungan melawan keduanya adalah pertarungan melawan setan itu sendiri dan tidak jauh daripadanya.

Demikianlah pertarungan besar dan memakan waktu panjang lagi ganas yang terpusat pada pertarungan melawan setan atau dengan wali-walinya (sejawat, pendukung, dan pembelanya). Dan setiap muslim merasakan hal ini, yaitu ketika terlibat pertarungan dengan hawa nafsu dan syahwatnya, ketika terlibat pertarungan dengan wali-wali setan dan thaghut-thaghut bumi, pengikut dan pengekor mereka. Ya... musuh yang satu ini telah bertekad dan bersumpah untuk menetapi jalannya... dan karenanya, maka jihad akan tetap berlangsung hingga hari kiamat dalam segala bentuk dan tempatnya.[14]

Ada tiga strategi yang dilancarkan setan dalam mewujudkan tujuannya:
·         Strategi Pertama, mengambil bagian yang telah ditentukan (kecenderungan berbuat jahat dan peluang ke arah sana).

Allah Ta’ala berfirman:
“yang dilaknati Allah dan setan itu mengatakan: ‘saya akan benar-benar mengambil dari hamba-hamba-Mu bagian yang sudah ditentukan (untukku), dan aku akan benar-benar menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka merubahnya’. Barangsiapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (An-Nisaa’: 118-119)

Setelah Allah mengutuk iblis, menghinakan, mengusir, dan menjauhkannya dari segala kebaikan, iblis pun berkata kepada Rabb-nya: “sungguh aku akan mengambil dari hamba-hamba-Mu bagian yang telah ditentukan (untukku).”  Akan tetapi, bagaimana iblis mengambil bagian yang telah ditentukan itu?

Ia mengambilnya dengan jalan menyesatkan Adam dan anak keturunannya dari jalan lurus dan menyeru mereka untuk menaatinya. Ia juga menjadikan kehidupan dunia ini terasa indah bagi manusia. Begitu pula kekufuran dan kesesatan, akan terasa indah di mata mereka. Sehingga mereka tergelincir dari jalan al-Haq. Bagi mereka yang menuruti ajakannya, maka apa-apa yang diperbuat terasa indah. Itulah yang termasuk ‘bagian yang telah ditentukan’.[15]

Sebenarnya, makar dan tipu daya iblis itu hanyalah angan-angan yang ingin dicapainya dan dengan makar tersebut ia dapat merealisasikannya.  Sebagaimana firman Allah:

“Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaanya terhadap mereka, lalu mereka mengikutinya, kecuali sebagian orang-orang yang beriman” (Saba’:20)

Dalam hal ini, Ibnu Qutaibah berkata bahwa sesungguhnya iblis ketika meminta kepada Allah atas penangguhan waktu, ia berkata: ‘akan aku sesatkan mereka , akan aku simpangkan mereka, dan akan aku perintahkan mereka demikian dan demikian , dan akan aku ambil bagian yang telah ditentukan (untukku) dari hamba-hamba-Mu’. Hal ini bukanlah pernyataan yang ia yakini kepastian terjadinya, namun itu hanyalah sangkaan. Maka ketika mereka mengikutinya dan menaatinya, ia pun merasa benar apa yang disangkakannya tentang mereka.[16]

Sebuah masyarakat yang pimpinannya tiada lagi mengindahkan syari’at Allah, nilai-nilai, dan norma-norma  kehidupan sebagai manhaj hidup dan mizanul haq, maka di sinilah tempat yang sebenarnya angan-angan iblis akan menjadi kenyataan.

Ketika beberapa kemunkaran, dari yang terbesar (syirik) hingga kemunkaran-kemunkaran lainnya seperti lokalisasi WTS, dibukanya diskotik-diskotik, pub, bar, dan cafe, serta panti-panti pijat yang beroperasi secara legal maupun tidak, maka di sini pula iblis akan mengambil bagian yang telah ditentukan (untuknya) tersebut.

Mabuk-mabukan itu indah bagi mereka, sehingga mereka senantiasa mencari jalan dan menuntut kebebasan dan legalitas dari penguasa suatu negeri dan atau siapa saja yang memiliki kekuatan. Mereka kosong dari iman dan dari keluarga yang tidak peduli pada tarbiyah atau pendidikan putra-putrinya, sehingga menjauh dari manhaj Allah dan lari dari ketaatan kepada-Nya.

·           Strategi Kedua, duduk menghalang-halangi hamba-hamba Allah dari jalan-  Nya yang lurus.
Iblis benar-benar menyadari bahwa dirinya telah memperoleh predikat dari Allah dengan kesesatan yang nyata. Allah menerangkan tentang tekad iblis itu  dalam firman-Nya:
“Iblis berkata : ‘Oleh karena Engkau telah menyesatkanku, maka aku (bertekad) akan menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus. Lalu saya akan datangi mereka dari arah muka mereka, dari arah belakang mereka, dari sisi kanan mereka, dan dari sisi kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka yang bersyukur”. (Al-A’raaf: 16-17)

Iblis tidak saja menggunakan satu arah atau dua arah, akan tetapi empat arah yang vital, yaitu, depan, belakang, kanan, dan kiri. Keempat arah inilah yang memang sering dijadikan musuh untuk melawan rivalnya.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda:

“Sesungguhnya setan duduk menghadang bani Adam di perbagai simpangan jalan. Lalu ia duduk menghadangnya di jalan Islam, seraya berkata: Apakah Anda terima Islam dan rela meninggalkan agamamu dan agama nenek moyangmu, lalu ia menolaknya ( dari mengikuti agama nenek moyang) lalu Islamlah ia. Kemudian setan duduk di jalan hijrah seraya berkata: Apakah Anda akan melakukan hijrah, meninggalkan bumi tempat kelahiranmu dan langitmu, padahal hijrah itu hanyalah seperti kuda di dalam kandang (tambatannya), lalu orang tersebut menolaknya dan tetap memilih hijrah. Kemudian setan duduk menghadang orang yang hendak berjihad (di jalan-Nya) dengan jiwa dan harta, lalu ia berkata: Apakah Anda hendak berperang kemudian terbunuh, sehingga istrimu dikawini oleh orang lain dan hartamu dibagi? Orang tersebut menolaknya, lalu tetap memilih jihad.”[17]

Bujuk rayu, teror, kolaborasi, menyusup, intimidasi, dan tipu muslihat adalah cara-cara utama bagi setan untuk menyesatkan manusia. Dengan cara-cara tersebut, bahkan lebih keji lagi, iblis melampiaskan balas dendamnya pada Adam dan keturunannya, agar tersesat bersamanya sebagai bahan bakar neraka Jahannam.

Iblis dan sekutunya menggunakan uslub dan wasail terbaiknya dalam menggelincirkan dan menyesatkan ummat manusia  keturunan bani Adam. Pendidikan dan media informasi adalah uslub terbaik dan pilihan bagi iblis beserta sekutunya.

Melalui pendidikan manusia bisa menjadi Yahudi, Nashrani, atau sekuler. Kalaupun manusia itu masih mau berpegang kepada Islam, mereka melihatnya sebagai hubungan vertikal antara manusia dengan Khaliq-Nya semata. Sekedar ritual-ritual yang dipenuhi dengan kurafat dan bid’ah. Lebih jauh lagi, membawa anak didik kepada cara pikir dan cara pandang orientalis terhadap Islam dan mengalihkan kiblat ke barat sebagai mizan peradaban dan kemoderenan. Iblis dan sekutunya dari bangsa Zionis dan Salibis yakin benar bahwa untuk menguasai dunia mereka harus menguasai informasi.

Konferensi Zionis pertama di Swiss pada tahun 1897 yang dipimpin oleh Theodor Herzl merupakan titik awal perubahan terpenting. Dalam kesempatan itu, masyarakat Yahudi mendiskusikan bahwa cita-cita mendirikkan negara Israel Raya tidak akan terwujud tanpa penguasaan atas media massa. Realisasinya, rencana-rencana bidang publisistik mereka tuangkan dalam rencana kerja pemimpin-pemimpin Zionis nomor 12, seperti berikut ini:

1.    menguasai dunia pers dan mengendalikannya.
2.    tidak memberi kesempatan kepada media massa non-Yahudi yang memuat gagasan-gagasan anti-Yahudi.
3.    melakukan sensor ketat sebelum berita disiarkan.
4.    menerbitkan berbagai macam media massa untuk mendukung  kelompok aristokrat, republikan, revolusioner, hingga kelompok anarki.
5.    mempengaruhi opini publik saat diperlukan, sekaligus meredam gejolak yang timbul.
6.    memberikan dorongan kepada orang-orang jenius untuk  mengendalikan media massa yang beroplah besar, khususnya pers anti-Yahudi. Jika suatu saat orang-orang tersebut menunjukkan gejala-gejala tidak setia, skandal-skandalnya akan dibongkar.

Di Inggris terdapat majalah beroplah besar dan populer, The Times, pertama terbit tahun 1788 atas prakarsa Rothschild, warga Yahudi Inggris. Kemudian Zionis internasional menanam investasi besar-besaran agar The Times dapat sepenuhnya mereka kuasai, terutama bidang keredaksiannya. Pemimpin-pemimpin redaksi itu berusaha merekrut warga Yahudi sebagai tenaga administrasi, mekanik, atau reportasi. Hal ini sangat memudahkan terlaksananya program-program mereka.[18]

Majalah tersebut menjadi majalah zionis tulen setelah dibeli oleh milyuner Yahudi-Australia, Robert Murdoch, yang disebut-sebut sebagai penyelamat The Times dari masa krisisnya. Dengan piawainya, Murdoch juga menguasai majalah-majalah besar lainnya, seperti The Sunday Times dan The Times Street, juga majalah Sun--sebuah majalah vulgar beroplah 3,7 juta eksemplar per minggu, News of The World--majalah vulgar yang beroplah 4 juta eksemplar per minggu, City Magazine, dan sejumlah besar Harian di Inggris.[19]

Di Amerika, kita mengenal surat kabar New York Times yang terbit sejak tahun 1841, menduduki posisi paling bergengsi. Pada tahun 1896, ketika mengalami krisis ekonomi, datanglah sang penyelamat warga Yahudi bernama Adolf Osh, yang membelinya dengan harga murah dari pemiliknya, Henry Ramond. Peringkat kedua, The Washington Post, yang juga didominasi Yahudi. Yahudi juga menguasai surat kabar The Daily News, The New York Post, Sun Times, dan majalah paling populer, Good House Keeping.

Begitu pula halnya yang terjadi di semua negara, di mana dominasi penguasaan media massa berada di tangan Yahudi, termasuk seluruh kantor berita bergengsi kelas dunia, seperti CNN, BBC, dan lain-lain.

Di Indonesia pun, majalah dan surat kabar tidak bisa lepas dari cengkeraman zionis, mengingat sumber berita utamanya berasal dari CNN dan sejenisnya. Terlebih lagi setelah organisasi sosial dan kesehatan seperti Lions Club dan Rotary Club--yang merupakan perpanjangan tangan dari Freemasonry, zionis internasional-- merebak di kalangan intelektual kita, baik muslim maupun non-muslim. Mereka mendominasi bidang redaksi harian, majalah, dan tabloid di negeri kita ini.

Yahudi juga menguasai dunia film, drama, dan periklanan seluruh negeri di dunia. Seperti terdapat dalam kutipan berikut ini:

“Di televisi Amerika Serikat, ada iklan sabun yang menggambarkan orang Arab yang kotor dan berdebu tengah dibersihkan oleh seorang gadis dengan sabun jenis tertentu dalam sebuah bak mandi. Ternyata kotoran orang Arab itu sulit dibersihkan sehingga sang gadis mengganti sabun dengan produk yang paling mutakhir. Tiba-tiba datang petugas laboratorium yang mengatakan bahwa sabun yang pertama dipakai tadi sebenarnya berdaya cuci paling tinggi. Dengan begitu, ketidak bersihan orang Arab itu bukan karena sabunnya yang jelek, melainkan karena orang Arab memang tidak akan pernah bersih. Sementara itu iklan lainnya mempromosikan cairan penyelamat dari gangguan orang lain. Iklan tersebut menggambarkan seorang wanita yang melenggang tenang kemudian diserang hendak dijahili seorang laki-laki Arab. Secara refleks wanita tersebut menyemprotkannya ke laki-laki Arab hingga pingsan dan dengan
tenang dia kembali melanjutkan perjalanan setelah sebelumnya meludahi muka laki-laki Arab itu.”[20]

Subhanallah, Maha Suci Allah yang telah memilih Islam sebagai di haq satu-satunya di muka bumi dan menjadikan Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wassalam sebagai Rasul-Nya terakhir pembawa risalah Islam. Mengapa laki-laki itu digambarkan sebagai orang Arab. Hal ini memberikan image bahwa orang Arab itu Muslim dan Muslim itu kotor lagi dekil.

Penulis buku itu juga memberikan contoh lain. Di ibukota Yunani, Athena, pelecehan terhadap orang Arab digambarkan melalui obat kuat untuk pria lemah syahwat. Berkat obat itu, pria tua dan bungkuk yang berpakaian gaya Arab berubah menjadi “kuda binal” yang mencari mangsa pemuas nafsu. Subhanallah, la haula wala quwwata illa billah.

Terhadap dominasi atas produk khusus, Yahudi juga sengaja menggunakan Islam sebagai tujuan pelecehan. Misalnya, di ibu kota Belgia, Brussel, awal surat Maryam dan Al-Baqarah mereka cetak di atas kertas pembungkus di toko-toko. Di London, stand pertokoan Yahudi, Mark Spencer, telah memproduksi berbagai bentuk pakaian dalam yang bertuliskan lafazh jalalah[.1] laa ilaaha illallah” tepat di posisi aurat. Masih banyak lagi contoh lain yang secara sengaja memilih Islam sebagai bahan pelecehan.

Mereka tidak mungkin menguasai ekonomi dan media massa, kecuali karena mereka (Yahudi dan Nasrani) telah menguasai politik dunia dan bahkan tengkuk para pemimpin negara Islam atau mayoritas penduduknya Muslim telah berada di bawah kekuasaan mereka.
Itu semua baru perkara-perkara yang nampak, sedangkan sesuatu yang berada di dalam hati mereka jauh lebih jahat dan dahsyat permusuhannya terhadap Islam dan kaum Muslimin. Setiap terjadi teror atau sabotase di setiap negara, mereka selalu mengalamatkan pelakunya sebagai teroris berkebangsaan Timur Tengah alias Muslim.

Berkaitan dengan itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang kafir itu menafkahkan harta mereka untuk          menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan....” (Al-Anfal: 36)

“Mereka hendak memadamkan cahaya (din) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (Ash-Shaff : 8)


Oleh karena itu, menjadi kewaspadaan kita bersama tentang kebencian Yahudi dan Nasrani terhadap kaum Muslimin sepanjang jaman. Sebagaimana firman-Nya:

“Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi ...” (Ali Imran: 118)

Apa yang lahir dari sikap Simon Peres yang oleh kelompok Yahudi lainnya disebut moderat, itu pun sudah merugikan dunia Islam umumnya dan Palestina khususnya. Apalagi yang terlahir dari Benyamin Natannyahu, dari Yahudi garis keras, akan lebih menggelisahkan kaum Muslimin Palestina dan bangsa Arab umumnya. Sebagaimana Allah Ta’ala mengingatkan: “apa-apa yang ada di balik yang lahir (yang tersembunyi di dada mereka) jauh lebih benci dan dahsyat”.

Pantas kiranya jika para Mufassir dari kalangan Salafush Shalih menafsirkan “Al maghdlub” itu sebagai Yahudi dan “Adl dlallun” sebagai Nashrani.
·           Strategi Ketiga, iblis membuat indah perbuatan manusia di muka bumi, sekalipun itu perbuatan dosa dan maksiat.
Allah Subhana wa Ta'ala menceritakan tentang tekad iblis ini dalam firman-Nya:
“Oleh karena Engkau telah menyesatkanku, maka aku pasti akan jadikan indah (kehidupan) di muka bumi bagi mereka, dan akan aku sesatkan mereka seluruhnya.” (Al-Hijr : 39)

Hal ini dijelaskan lagi oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam yang bersabda:
“Neraka itu diliputi dengan syahwat, dan surga itu diliputi dengan hal-hal yang tak disukai.”

Ibnu Qayyim al Jauziyah mengatakan (di dalam Madarijus saliki), sebagaiman di kutib olewh Dr. Yusuf Qardlawi), “Bahwa Setan dalam menjadikan kehidupan duniawi itu indah dipersenjatai oleh Allah dengan dua senjata yang super ampuh, yaitu:
·         Pertama, senjata syahwat untuk merusak perilaku dan akhlak manusia, sehingga ia menyimpang.
·         Kedua, senjata syubhat untuk merusak dan menghancurkan fikrah manusia, sehingga ia sesat.[21]

Jalan menuju neraka semua ditampakkan indah oleh setan. Seperti keindahan klub-klub malam dengan lampu yang redup-redup, irama musik dan lagu yang dibawakan penyanyi erotis yang sudah sirna rasa malunya, sehingga persis seperti setan. Di pentas politik kita melihat bagaimana politikus-politikus berebut kekuasaan dengan bualan-bualan agitasinya yang satu dengan yang lainnya saling menjatuhkan demi mencapai kehendak nafsu syahwatnya.

Pergaulan bebas di sekolah-sekolah, di jalan-jalan, di pasar-pasar tradisional maupun modern, bahkan di halaman-halaman masjid yang kebetulan berseberangan dengan taman kota, seperti masjid Bandung, Bekasi, Istiqlal di Jakarta, dan hampir di semua kota besar di negeri kita ini.

Kehidupan eksekutif, karyawan-karyawan perkantoran--swasta maupun pemerintah--sudah tidak lagi mempertimbangkan garis-garis syari’at. Sementara di antara mereka adalah kaum muslimin yang masih rajin shalat, shaum, zakat, dan haji, bahkan ada pula yang aktif dalam dakwah.

Pada sisi yang lain kita melihat jalan menuju surga penuh hambatan, tanjakan, tikungan-tikungan terjal dan berbatu. Alhasil, serba tidak menyenangkan, membosankan, terkesan ortodok, dan tidak modernis.

Meskipun terlihat masjid-masjid penuh ketika shalat Jumat dan tarawih Ramadlan atau masjlis taklim terlihat di mana-mana, juga setiap saat dijumpai shalawat, dzikir, Yasinnan, dan bacaan Al-Fatihah terdengar di mana-mana, namun pada hakikatnya yang mereka lakukan itu masih jauh dari As-Sunnah, tidak mencerminkan identitas Islam yang hakiki dan bahkan lebih sering dipenuhi dengan kurafat dan bid’ah.

Pada sisi lain, kosmetik dan dunia mode menjadi sangat menarik bagi kaum wanita, termasuk yang mengaku muslim dan masih rajin shalat. Mereka tidak tertarik dengan busana muslimah yang menutup aurat, yang bisa menghindarkan mereka dari pergaulan bebas dan pamer keindahan tubuh.

Dunia aerobik dan senam menjadi amaliah terindah bagi kaum wanita, terlebih lagi bagi wanita karir. Mereka melakukannya bukan demi suami dan keharmonisan rumah tangga, bukan pula untuk meningkatkan ghirah keta’atan dalam agama. Justru yang mereka lakukan adalah bagaimana agar dapat tampil prima, feminin, lincah, dan gesit dalam melaksanakan tugas mereka sebagai wanita karir. Tentu agar laki-laki disekitar mereka, di sepanjang jalan yang mereka lalui, di bis-bis, dan di angkutan-angkutan kota melontarkan pujian ‘aduhai’dan entah apa lagi. Puaskah mereka akan sanjungan dan pujian itu? Tentu tidak. Sebab setan tidak ingin keterjerumusan mereka cuma sampai disitu. Lalu setan menampakan keindahan senyuman lelaki iseng, teman kantornya, bawahannya, atau atasannya. Sehingga mereka lebih merasakan kehangatan pergaulan daripada kehangatan sentuhan suami. Na’udzubillahi minasy  syaithanir rajim.

Bagi mereka yang masih ingat kewajiban ibadah, maka mereka akan merasakan tidak pernah mendapat ketenangan dalam ibadah. Melakukannya dengan bermalas-malasan, menunda dan mengakhirkan waktunya. Alunan ayat suci dan sabda Nabi tiada lagi memberi kesan dan menyentuh hatinya. Yang ma’ruf dan munkar bagi mereka sama saja. Bahkan tak ada artinya lagi  ayat-ayat Allah yang bersifat ancaman, janji, perintah, larangan, atau anjuran. Tak ubahnya seperti   angin berlalu.

Sebaliknya, alunan musik, suara-sura sumbang pelecehan terhadap orang yang taat beribadah dan hidup mengikuti syari’at menjadi hiasan bibir bagi mereka. Mereka itu lebih memilih ber-muwalah (berteman, membela, dan mendukung) dengan ahli maksiat daripada ahli ibadah, karena mereka merasa terhalang langkahnya jika harus berteman dengan orang-orang taat.

Bagi orang-orang yang iradatnya rusak, maka mereka tidak mampu lagi membedakan perkara yang subhat dan yang makruh. Mereka menganggapnya sama saja. Padahal terjerumus ke dalam subhat akan terjerumus pula kepada yang haram.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Sebab, kepekaan mereka sebagai seorang muslim terhadap dinnya telah memudar. Sehingga tidak tergerak hatinya kepada seruan yang ma’ruf dan larangan yang munkar.

Mengenai hal itu, hendaklah kita merenungkan firman Allah tentang akibat bagi pendurhaka berikut ini:
“Adapun orang-orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat kembali(nya).” (An-Naazi’aat: 37-41)
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Rabbnya ada dua surga (dunia dan akhirat).” (Ar-Rahmaan: 46)

Maksudnya, tatkala seorang hamba hendak menuruti hawa nafsunya untuk melakukan kemaksiatan dan dia mengingat kebesaran Allah atasnya di dunia ini, serta kedudukan dirinya di hadapan Allah di akhirat kelak, maka dia pun segera meninggal kemaksiatan tersebut.

Allah Subhana wa Ta'ala menggolongkan manusia ke dalam dua golongan, yaitu, yang menurutkan hawa nafsunya dan yang mengikuti apa-apa yang dibawa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wassalam. Seperti yang disebutkan Allah Subhana wa Ta'ala dalam firman-Nya:
“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim”. (Al-Qashash: 50)

Kepada pendurhaka, pengikut jalan setan yang lebih mementingkan kehendak nafsu, syahwat, dan syubhat renungkanlah nasihat  Ibnul Jauzi rahimahullah:

“Waspadalah dengan sebenar-benarnya terhadap kemaksiatan, sebab ia akan mendatangkan hukuman yang pedih. Waspadalah dari perbuatan dosa, terlebih-lebih dosa khalwat (berdua-duan dengan lawan jenis yang bukan mahram), sebab melawan larangan Allah hanya akan membuat Allah berpaling darinya. Tidak ada yang memperoleh lezatnya maksiat, kecuali bagi orang yang selalu lalai. Adapun orang mukmin yang sadar tidak merasakan nikmat (berbuat maksiat), sebab ketika merasakan kenikmatannya dia sadar bahwa hal itu haram dan dia ingat pula hukuman Allah .... Pengawasan Allah membuatnya sangat hati-hati dan terus berusaha menundukkan hawa nafsu ketika gejolak itu timbul. Kalaupun kemudian ia tenggelam dalam nafsunya, itu pun hanya terjadi sekejap. Lalu timbul penyesalan yang mendalam selamanya, akibat perbuatannya itu. Sekalipun meyakini adanya ampunan Allah, ia masih saja dihantui oleh perasaan tercela. Maka, bencilah kepada dosa-dosa itu, alangkah buruk pengaruhnya, dan sangat jelek deritanya. Syahwat itu tidak akan muncul, kecuali dalam keadaan kuatnya kelalaian.”[22]

Bait-bait syair di bawah ini hendaknya mampu menyadarkan kita tentang hal itu:

“Tidak ada kebaikan pada orang,
yang tiada takut kepada Allah,
ketika hawa nafsunya bergejolak.
Taqwalah yang menghalang-halangi jalan hawa nafsu,
orang-orang bertaqwa akan merasa takut,
bila datang ke akhirat dalam keadaan hina,....”
Dalam syair yang lain disebutkan:
“Berapa banyak dari kemaksiatan itu
mendatangkan kelezatan bagi pelakunya,
ia pun mati,
terlepaslah kelezatan itu,
yang tinggal adalah bencana yang harus ia rasakan,
tinggal pula akibat-akibatnya,
wahai pelaku maksiat,
Allah melihat dan mendengar hamba yang berbuat maksiat.”

Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, bisikan setan merupakan pemicu munculnya iradah (kehendak). Awalnya, hati itu bersih dari kejahatan dan kemaksiatan, lalu setan membisikkan dosa dan mengingatkannya. Kemudian timbullah hasrat, sehingga menjadi syahwat yang terasa indah dan menimbulkan hayalan untuk cenderung melakukannya. Hal seperti itu terus berlangsung dan mereka menganggap remeh akibat buruk yang ditimbulkannya, sehingga tidak ada lagi yang dilihatnya kecuali kemaksiatan dan kenikmatan sementara. Allah telah mengingatkan dalam firman-Nya:
“Tidakkah kamu lihat, bahwasannya kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat denga sungguh-sungguh?” (Maryam : 83)

Maka, setanlah yang mendorong dan terus memberikan motivasi kepada seseorang untuk terus cenderung berbuat maksiat.[23]

Bisikan setan adalah pangkal seluruh perbuatan maksiat hamba Allah di muka bumi ini. Oleh karena itu, Allah memberikan dua senjata bagi setiap mukmin untuk melawan dua senjata setan di atas tadi. Dua senjata mukmin itu adalah:
·         Ash-Shabr (kesabaran) untuk melawan hawa nafsu dan syahwat, dan
·         Al Yaqiin (Keyakinan-keimanan yang kuat) untuk memerangi keragu-raguan dan subhat.[24]
Dari Abi Sa’id al-Hudri rahimahullah, bersabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wassalam :
“sesungguhnya syaitan berkata: ‘Demi kekuasaan-Mu, ya Rabbku, aku akan senantiasa (hendak) menyim pangkan hamba-hamba-Mu selama ruh-ruh mereka berada dalam jasad-jasad mereka....”[25]

Maka jelaslah, bahwa setan itu tidak merasa tenang dan tidak akan berhenti untuk mengeluarkan manusia dari dinullah menuju din kufur hingga datangnya hari kiamat.


[1] Alam Makhluk Supranatural, Penerbit Firdaus,1992:7.
[2] Majmu’atut Tauhid, Jilid I, hal. 15 dan lihat juga Al-Muwajahah Ash-Shira’ Ma’asy Syaithan wa Hizbihi, Hasan Ahmad Qathamisy, Dar Thayyibah Riyadl, 1995:15
[3] Jami’ul Bayan, Ath-Thabari, Juz 3, hal. 18; Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an, Al-Qurtubi, Juz 5, hal. 161; Ad-Durrul Mantsur, As-Suyuthi, Juz 1 hal. 584.
[4] Ensiklopedi Modern, hal. 357 dan lihat juga Alam Makhluk Supernatural, hal.8.
[5] Al-Bidayah wan Nihayah, I/79
[6] Majmu’ Fatawa, IV/346.
[7] Idem, IV/235, 346, dan lihat juga Alam Supernatural,Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar, hal.9-10.
[8] Mashoibul Insan min Makaidisy Syaithan hal. 69
[9]  Talbis Iblis, hal. 37 - 38.  (Dikutip secara ringkas).
[10]  Asy-Syaikhan dan Tirmidzi dari Khudzaifah dalam haditsnya yang panjang.
[11]  Muttafaq ‘Alaih. Fathul Bari. Juz 3, kitab Al Janaiz.
[12]  Ighatsatul Lahfan. Juz 1 hal. 106-107
[13]  Tafsir Fi Zhilal III/1267. Dar Al Kutub lith Thaba’ah wan Nasyr.
[14]  Tafsir Fi Zhilal, III/1274-1275.
[15]  Jami’ul Bayan. Ath-Thabari.  Juz 5 hal. 281
[16]  Ighatsatul Luhfan. Juz 1 hal. 99
[17]  HR. An-Nasa’i. Juz 2 Kitab Al-Jihad. Bab yang diperuntukkan bagi orang yang tetap memilih Islam, hijrah dan jihad.
[18]  Lihat Al-Yahudiyyah Al ‘Alamiyah, Abdullah Hallaq, hal. 76 dan Yahudi dalam Informasi dan Organisasi. GIP. 1995. Hal. 17-18.
[19]  Idem. GIP. 1995. Hal. 18.
[20] Idem. GIP.1995. Hal. 37-38.
[21]  Ash-Shabru fil Qur’an. DR. Yusuf Qardlawi. Maktabah Wahbah. Hal. 54
[22]  Shaidul Khatir. Hal. 129
[23]  Tafsir Al-Mu’awwidzatain. Lihat At-Taqwa a-Ghayatul Mansyudah wad Duratul Mafqudah. Ahmad Farid, Darul iman, hal. 55-56.
[24]  Ash-Shabru fil Qur’an, hal. 54. DR. Yusuf Qardlawi.
[25]  HR. Ahmad, juz 3 hal. 39-41 dan Al Hakim dalam al-Mustadrak, juz 4 hal.261


 [.1]


0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------