MANA YANG HARUS DIPILIH : PROFESIONAL ATAUKAH AMANAH

Dua karakter yang menentukan potensi etos kerja karyawan: profesionalitas dan amanah dalam mengemban tugas. Jika dua hal ini tidak bisa didapatkan bersamaan dalam diri seseorang, karyawan tipe apakah yang harus Anda dahulukan?
Memiliki karyawan yang profesional dan amanah adalah impian setiap pengusaha. Di atas pundak mereka, perusahaan dapat maju pesat dan keuntungan berlipat. Demikianlah kriteria karyawan yang seharusnya Anda rekrut, sebagaimana dituturkan oleh puteri Syu’aib ‘Alaihissalam berikut, dalam firman Allah, yang artinya,

“Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat, lagi dapat dipercaya." (QS. Al-Qashas: 26)
Namun fakta di lapangan tidak sesederhana dalam impian. Mendapatkan karyawan yang profesional insya Allah mudah, namun belum tentu amanah. Mendapatkan orang yang amanah juga tidak begitu sulit. Sayangnya betapa sedikitnya dari mereka yang profesional.

Mana yang Harus Anda Pilih
Sering Anda terpaksa harus memilih: merekrut karyawan profesional namun tidak amanah atau karyawan amanah namun tidak profesional? Kondisi ini dipastikan membuat Anda pusing tujuh keliling. Terlebih Anda menyadari, kesalahan memilih dapat mengancam kelangsungan usaha Anda.

“Bila amanah (kepercayaan) telah disia-siakan, maka nantikanlah datangnya Kiamat (kehancuran). Ada yang bertanya: Bagaimana wujud menyia-nyiakan amanah? Beliau Shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab: Bila kepercayaan diberikan kepada orang yang tidak layak, maka nantikanlah datangnya Kiamat (kehancuran). (HR. Bukhari)

Saudaraku! Sunnatullah telah tetap, bahwa manusia sempurna sehingga profesional lagi amanah adalah barang langka. Ibnu Taimiyah berkata: “Kemampuan dan amanah jarang bersatu pada diri seseorang.” (As-Siyasah As-Syar’iyah, hlm. 15)

Ketahuilah saudaraku, kondisi semacam ini bukanlah hal baru. Namun telah ada sejak dahulu kala. Sampai-sampai Khalifah Umar bin Khatthab berkata: Ya Allah, hanya kepada-Mu aku mengeluhkan, kegigihan orang jahat dan kelemahan orang yang dapat dipercaya (amanah).

Karena itu Anda harus cerdik guna meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan pada setiap jabatan atau pekerjaan yang akan Anda pikulkan kepada orang lain.
Ibnu Taimiyyah menjelaskan, “Bila pada suatu jabatan terdapat dua pilihan orang:
- Lebih menonjol dalam hal amanah.
- Lebih menonjol dalam hal kemampuan (kekuatan).

Harus didahulukan orang yang paling berguna yang sesuai jabatan tersebut, dan paling sedikit risikonya.

Misalnya, pimpinan perang diserahkan kepada orang yang kuat dan pemberani, walaupun tingkat ketakwaanya lebih rendah dibanding orang yang lemah dan penakut walau memiliki amanah yang tinggi.

Bila suatu jabatan lebih membutuhkan kepercayaan, orang yang memiliki amanah lebih didahulukan. Misal jabatan bendahara atau yang serupa. Ada pun jabatan pemungut dan penjaga harta (semisal kasir), harus memenuhi dua kriteria di atas. Yaitu kekuatan dan amanah. Dengan demikian karyawan yang tangguh berbekal keberanian berhasil memungut harta, dan berbekal amanah dan pengalaman mampu menjaga harta tersebut.” (As-Siyasah As-Syar’iyah, 15- 17)

Bangunlah Amanah dan Kehandalan Karyawan Anda
Meningkatkan etos kerja karyawan adalah satu sikap bijak yang sepantasnya Anda lakukan. Dengan cara demikian ini hasil kerja karyawan anda semakin optimal dan keuntungan Andapun terus bertambah. Namun bagaimanakah kiat meningkatkan produktiviitas atau kemampuan karyawan dalam hal produksi dan amanahnya?
Bagi seorang pengusaha, kiat-kiat meningkatkan produktifitas karyawan – saya yakin – bukanlah hal yang asing lagi. Namun mungkin yang baru bagi anda ialah bagaimana kiat manjur dalam membangun amanah pada karyawan?

Sobat, Imam Ibnu Taimiyah pernah memberikan resep sederhana namun efektif guna membangun amanah karyawan Anda. Beliau berkata: “Amanah terwujud berkat adanya tiga hal: (1) Rasa takut kepada Allah; (2) Tidak menjual ayat-ayat Allah (kebenaran) dengan harta; dan (3) Tidak takut kepada sesama manusia. Ketiga hal ini merupakan syarat Allah yang dibebankan kepada setiap hakim yang mengadili masyarakat. Allah nyatakan dalam Al-Quran, yang artinya, ”Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku.  Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (As-Siyasah As-Syar’iyah, hlm. 13)

Dengan mewujudkan ketiga hal yang dijelaskan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah tersebut, artinya Anda mewujudkan kesadaran tinggi pada diri karyawan Anda. Kesadaran tinggi yang bersumberkan keimanan kepada Allah yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar seperti ini menjadikan karyawan Anda merasa senantiasa diawasi walaupun dia sedang seorang diri jauh dari pengawasan Anda.

Karyawan yang benar-benar mengaplikasikan nilai-nilai imannya untuk selalu menyadari bahwa setiap perbuatanya dicatat dan pasti dihisab di hadapan Allah. Sekecil apa pun perbuatannya dan sepandai apa pun dirinya dalam menyembunyikan suatu kecurangan, pastilah akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengaitkan antara amanah dengan keimanan. “Tidak dinyatakan beriman orang yang tidak dapat menunaikan amanah, dan tidak dinyatakan beragama orang yang tidak menepati janji-janjinya.” (HR. Ahmad dan lainnya)

Sahabat Umar bin Khatthab juga mengutarakan hal serupa: ”Janganlah engkau terperdaya oleh sholat dan puasa seseorang. Siapa saja mau mendirikan sholat atau puasa niscaya ia kuasa melakukannya. Namun ketahuilah bahwa tidak dinyatakan beragama orang yang tidak dapat menunaikan amanah.” (HR. Baihaqi dan lainnya)
Karena itu, sebagaimana Anda membuat pelatihan kerja untuk para karyawan Anda, buatlah pelatihan-pelatihan amanah untuk mereka. Harapannya, etos kerja karyawan Anda semakin meningkat dan keuntungan andapun semakin berlipat.

Semoga bermanfat untuk meningkatkan produktivitas dan amanah karyawan Anda. Wallahu Ta’ala A’alam bisshawab.

Sumber: Majalah Cetak Pengusaha Muslim Indonesia



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------