Bagian-03 : Hasil Survey Gaya Hidup Ayam Kampus di
Jatinangor
Lampiran-Lampiran :
FENOMENA “AYAM KAMPUS” DI JATINANGOR
Sumber : Rocket Life Style, Juni 2009.
Siapa
yang tak kenal ayam kampus guys? Saat ini, fenomena gaya hidup ayam kampus
telah menjadi rahasia umum. Masyarakat rata-rata tahu akan hal itu, tapi
herannya gak pernah mau membicarakannya. Sehingga keberadaanya kini gak pernah
keliatan jelas di mata kita. Selain mereka yang menyembunyikan diri,
masyarakarat juga terlihat cuek.
“Ayam kampus” adalah sebutan buat
mahasiswa perempuan yang bekerja sebagai pekerja seks. Mereka juga bagian dari
masyarakat tapi beraktivitas secara tersembunyi. Sehingga orang-orang sekitar
hampir tidak menyadari keberadaan ayam kampus di dekat mereka.
Sekalipun bikin panik, tidak ada
tindakan nyata dari masyarakat maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) buat
menangani masalah ayam kampus. Mereka lebih tertarik pada kasus Kekerasan dalam
Rumah Tangga (KDRT) dan pekerja seks komersil (PSK). Padahal ayam kampus itu
mahasiswa, generasi muda yang menjadi andalan untuk perbaikan masa depan bangsa
dan negara!!!
Benarkah ayam kampus ada di sekitar
kita? Guys! Fakta membuktikan mereka memang bagian dari masyarakat, apalagi
mahasiswa. Mereka menjalani kehidupan selayaknya seorang mahasiswa yang
bertugas menuntut ilmu. Bedanya, selain jadi mahasiswa, ayam kampus juga jadi
pekerja seks.
Andi (21, bukan nama sebenarnya), mahasiswa
salah satu perguruan
tinggi di Jatinangor, mengaku pernah menjadi 'pengguna' ayam kampus selama
lebih dari setahun. Ia mulai terlibat dalam praktek prostitusi karena frustasi
setelah dinyatakan tidak lulus tes masuk AKPOL. Andi mengakui, keberadaan ayam
kampus memang tersembunyi. Namun ia menegaskan, mereka ada dan nyata.
“Memang awalnya nggak terlalu nampak,
tapi sebenarnya ada di setiap fakultas. Real. Nggak banyak
mahasiswa yang tahu,” ungkapnya.
Bahkan ayam kampus sendiri, banyak sekali
ditawarkan di diskotik-diskotik. Cara menawarkannya pun ada yang melalui
perantara atau mereka sendiri yang datang kepada pelanggan.
Guys, pada dasarnya, ada dua motif utama yang
melandasi seseorang menjadi pekerja seks, yaitu motif ekonomi dan motif
biologis. Dalam kasus ayam kampus, motif ekonomilah yang mendominasi. Sekalipun
tidak dapat dipungkiri, masalah keluarga dan latar belakang sosial juga
mempengaruhi kemunculan ayam kampus. Sehingga timbul pertanyaan mengenai apakah
ayam kampus termasuk pekerja seks komersil atau non komersil.
“Saya kira kalau motif, ekonomi ya. Karena
ingin mendapatkan uang. Yang kedua, persoalan dunia konsumtif, saya kira.
Konsumeristik, ingin punya banyak hal. Dan tidak semua orang atau perempuan
bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan,” ujar .dosen Jurusan
Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
(Fisip Unpad) Budi Rajab, M.Si
“Eh, lo pikir gue ngapain
kayak gini (jadi ayam kampus-red)? Gue nggak bisa ngelayanin
kalau nggak ada yang gue dapat. Nggak ada yang gratis
dalam kamus gue!” tandas Sandra.
Pada akhirnya, untuk membedakan ayam kampus
dengan mahasiswa perempuan yang menjadi pekerja seks non komersil, muncul
istilah baru yaitu cewek bispak (bisa pakai). Cewek bispak adalah mahasiswa perempuan
yang bersedia melakukan hubungan seks tanpa bayaran. Mereka hanya ingin
memuaskan hasrat seksual. Umumnya, mahasiswa perempuan seperti ini terjebak
dalam pergaulan bebas. Mereka melakukan hubungan seks, lalu ketagihan dan tidak
bisa menghentikan hasrat mereka. Seperti Iyan (25, bukan nama sebenarnya) yang
mengaku pertama kali mengenal Maya (bukan nama sebenarnya) sebagai pacar.
“Kenal sebagai pacar awalnya, tapi malah jadi
ajang seks bebas,” jelas Iyan.
Ayam kampus pun tidak bisa disamakan dengan pekerja
seks komersil (PSK) biasa. Menurut Drs. Abdul Hamid, dosen Jurusan Sastra
Indonesia Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, diakui atau tidak, ayam
kampus tetaplah mahasiswa perempuan yang masih aktif di bangku kuliah.
Pergaulan mereka pun berbeda dengan pergaulan ala PSK. Status mahasiswa yang
melekat pada diri ayam kampus, kata Abdul Hamid, membuat mereka terkesan lebih
eksklusif.
“Lebih intelektual, tidak mangkal di jalan.
Kalau mahasiswa perempuan kan bisa diajak ngobrol. Kalau pelacur profesional,
bisa dikatakan seratus persen seks,” jelasnya.
Seperti diungkapkan Buyung (bukan nama
sebenarnya), alumnus Fisip Unpad yang pernah meneliti masalah ayam kampus,
rata-rata ayam kampus tidak suka jika pelanggan langsung ‘tembak’ pada masalah
seks. Mereka lebih senang melakukan pendekatan sambil jalan-jalan, seperti
kencan, atau menonton film.
Menyebabkan Kemandulan
Sebagai pekerja seks, ayam kampus melakukan
transaksi seks berulang kali dan terus-menerus. Selain itu, mereka juga
berganti-ganti pasangan. Apa mereka tidak khawatir dengan resiko terkena
penyakit atau terjadi kehamilan?
“Untuk hal kayak gitu (berhubungan seks-red),
butuh pengamanan. Ada barang namanya kondom. Tahu kan?” tegas Iyan (25), salah
seorang pengguna ayam kampus.
Iyan, seperti kebanyakan orang, memercayakan
kesehatan alat kelamin dan pencegahan kehamilan pada kondom. Padahal, menurut
Prof. Dr. Herman Susanto, Sp.OG(K), dosen mata kuliah Obstetri dan Ginekologi,
Fakultas Kedokteran Unpad, kondom termasuk salah satu jenis alat kontrasepsi
yang kekuatannya paling rendah untuk mencegah kehamilan.
“Kondom hanya termasuk alat kontrasepsi
mekanik. Artinya, hanya menjadi batas supaya sperma tidak bertemu dengan sel
telur. Jadi, tentu saja angka kegagalannya tinggi,” ungkapnya.
Masalah infeksi, Ketua Unit Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Unpad ini menekankan tentang bahaya
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks. Menurutnya, resiko infeksi lebih
mungkin terjadi pada orang-orang yang terbiasa berhubungan seks dengan pasangan
yang berbeda.
Ada dua resiko yang bisa terjadi jika berganti
pasangan seks. Pertama, infeksi baik pada alat kelamin laki-laki maupun
perempuan. Kedua, dalam jangka panjang, infeksi tersebut akan
mengakibatkan gangguan kesuburan atau kemandulan. Hal ini dapat terjadi karena
infeksi pada vagina merambat ke atas, sehingga menimbulkan kelainan pada organ
dalam. Jika tidak segera ditangani, kata Prof. Herman, infeksi tersebut bisa
menyebabkan kanker atau tumor ganas pada rahim.
“Sebenarnya dari segi kesehatan, selama pasangannya
tetap dan menjaga kebersihan alat kelamin, kemungkinan menimbulkan kelainan,
penyakit, atau komplikasi akibat sering berhubungan, tidak ada,” jelas Prof.
Herman.
Meskipun begitu, ia meragukan kemungkinan ayam
kampus dapat melakukan seks yang bersih dan aman, karena mereka berhubungan
seks dengan pasangan yang berubah-ubah. Bisa saja, virus dan bakteri dari
pasangan yang satu ditularkan ke pasangan yang lain.
“Pertama, mungkin dia lupa memakai
kondom. Itu jelas akan menimbulkan infeksi. Kedua, kondom pun tidak
seratus persen melindungi dari infeksi,” tandasnya.
Selain itu, kondom pun ternyata beresiko saat
digunakan sebagai alat pengaman. Bukan hanya tidak bisa sepenuhnya mencegah
infeksi dan kehamilan, melainkan juga dapat menimbulkan alergi pada alat
kelamin perempuan. Alergi dapat terdeteksi jika setelah menggunakan kondom,
vagina mengeluarkan keputihan yang berbau. Sekalipun ada kondom yang dibuat
khusus untuk perempuan, ternyata tidak berpengaruh besar. Hal ini disebabkan
cara pakai kondom perempuan lebih sulit dibandingkan dengan kondom laki-laki.
Apalagi kondom perempuan memiliki angka kegagalan yang lebih tinggi.
Bukan Hal Baru
Istilah “ayam kampus” sudah dikenal sejak
pertengahan tahun 1980-an. Istilah tersebut muncul setelah masyarakat mengenal
“kumpul kebo” (pasangan yang belum menikah, tapi tinggal bersama).
“Kumpul kebo” sendiri pertama kali marak di
Yogyakarta. Sementara “ayam kampus” berasal dari Jakarta dan tersebar melalui
media.
“Bandung baru terkenal waktu ada Itenas
(Institut Teknologi Nasional),” ungkap Abdul Hamid.
Ketika ditanya mengapa harus menggunakan kata
‘ayam’ untuk mengidentifikasi mahasiswa perempuan yang menjadi pekerja seks,
Abdul Hamid menganalogikan ayam sebagai lambang makanan enak dan lebih sehat
dibandingkan dengan daging yang lain. Begitu juga mahasiswa yang dianggap lebih
‘enak’ dibanding pekerja seks komersil (PSK) biasa.
“Mengapa ayam kampus? Pertama, ayam itu lambang
makanan enak. Nah, kemudian ayam kampung berbeda dengan ayam boiler. Ayam
kampung alami, dagingnya lebih enak, lebih sehat. Nah, ya masalah enaknya itu.
Dari ayam kampung, diplesetkan jadi ayam kampus,” jelasnya.
Selain itu, istilah tersebut juga digunakan
karena perilaku seksual mereka mirip perilaku ayam. Begitu merasa terangsang,
mereka tidak peduli pada waktu, tempat, dan pasangan. Sementara kata ‘kampus’
sendiri digunakan untuk mempertegas status ayam kampus sebagai mahasiswa.
Meskipun begitu, saat ini telah terjadi
perluasan makna. Istilah “ayam kampus” tidak lagi ditujukan untuk mahasiswa perempuan
saja. Di Bandung dan Jatinangor, bukan hanya mahasiswa perempuan yang menjadi
pekerja seks, melainkan juga pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Sehingga akhirnya, istilah ayam kampus pun diterapkan
pada pelajar.
“Sekarang sudah turun ke SMA, bahkan yang SMP
juga ada. Karena memang ada bapak-bapak yang hobinya anak SMA. Ada juga yang
pakai seragam SMA padahal bukan (pelajar-red),” ungkap Abdul Hamid.
Sampai saat ini, ayamce kampus masih identik
dengan perempuan. Jika ada laki-laki yang menjadi pekerja seks, umumnya disebut
gigolo. Sekalipun ia masih berstatus mahasiswa. Namun masyarakat Padang punya
kebiasaan lain. Mereka menyebut kaum adam yang berprofesi sebagai pekerja seks
dengan sebutan “kucing aia” yang berarti “kucing air”.
So, jangan sampai gaya hidup sebagai AYAM
KAMPUS! Merajai kita. Sekarang saatnya kita peduli sekitar guys!
Narasumber :
1.
Prof. Dr.
Herman Susanto, Sp.OG(K), dosen mata kuliah Obstetri dan Ginekologi, Fakultas
Kedokteran Unpad
2.
Drs. Abdul
Hamid, dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran
3.
Budi Rajab,
M.Si, dosen Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Padjadjaran (Fisip Unpad)
4.
Beberapa
'pengguna' ayam kampus ini (identitas dirahasiakan)
5.
'Ayam kampus'
yang juga dirahasiakan.
-artikel
ini pernah dimuat di majalah dJatinangor (oleh kru dJ)-
Micro Journal, Kamis, 09 Februari 2012
Date: 2010-05-26
Abstract:
Mahasiswa sebagai remaja akhir, memiliki tugas perkembangan dan
fase perkembangan seksualnya yang mencorong mereka untuk menjalin relasi
heteroseksual (seperti pacaran). Dalam menjalin relasi heteroseksual seorang
individu memiliki kecenderungan untuk melakukan berbagai bentuk perilaku
seksual. Disamping itu, cirri perilaku heteroseksual remaja masa kini yaitu
sikap terhadap perilaku seks yang jauh lebih lunak disbanding remaja generasi
sebelumnya , maka tak heran jika ancaman pola hidup seks bebas di kalangan
mahasiswa berkembang semakin serius. enelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran mengenai perilaku seksual yang telah dilakukan mahasiswa kos di
Jatinangor dengan pasangan lawan jenisnya. Penelitian ini menggunakan studi
kuantitatif dengan purposive sampling. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan modifikasi konsep teori
bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Santrock(2003) dan Irawati (1999).
Jumlah sampel yan digunakan sebanyak 100 orang. Adapun mahasiswa yang menjadi
sampel penelitian adalah mahasiswa kos yang memenuhi syarat sebagai berikut, berusia
antara 18-24 tahun, sedang atau pernah menjalin relasi heteroseksual (pacaran),
belum menikah, tinggal di tempat kos wilayah kecacatan Jatinangor. asil
penelitian menunjukkan bahwa dari 100 orang yang menjadi subjek penelitian
seluruhnya pernah melakukan perilaku seksual dalam bentuk tertentu. Dan dari
100 orang yang melakukan perilaku seksual terdapat 100% telah melakukan
perilaku berpegangan tangan, 90% berpelukan, 82% necking, 56% meraba bagian
tubuh yang sensitive, 52% petting, 33% oral seks, dan 34% sexsual intercourse.
Description:
Mahasiswa sebagai remaja akhir, memiliki tugas perkembangan dan
fase perkembangan seksualnya yang mencorong mereka untuk menjalin relasi
heteroseksual (seperti pacaran). Dalam menjalin relasi heteroseksual seorang
individu memiliki kecenderungan untuk melakukan berbagai bentuk perilaku
seksual. Disamping itu, cirri perilaku heteroseksual remaja masa kini yaitu
sikap terhadap perilaku seks yang jauh lebih lunak disbanding remaja generasi
sebelumnya , maka tak heran jika ancaman pola hidup seks bebas di kalangan
mahasiswa berkembang semakin serius. enelitian ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran mengenai perilaku seksual yang telah dilakukan mahasiswa kos di
Jatinangor dengan pasangan lawan jenisnya. Penelitian ini menggunakan studi
kuantitatif dengan purposive sampling. Instrumen dalam
penelitian
ini menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan modifikasi konsep teori
bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Santrock(2003) dan Irawati (1999).
Jumlah sampel yan digunakan sebanyak 100 orang. Adapun mahasiswa yang menjadi
sampel penelitian adalah mahasiswa kos yang memenuhi syarat sebagai berikut,
berusia antara 18-24 tahun, sedang atau pernah menjalin relasi heteroseksual
(pacaran), belum menikah, tinggal di tempat kos wilayah kecacatan Jatinangor.
asil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 orang yang menjadi subjek penelitian
seluruhnya pernah melakukan perilaku seksual dalam bentuk tertentu. Dan dari
100 orang yang melakukan perilaku seksual terdapat 100% telah melakukan
perilaku berpegangan tangan, 90% berpelukan, 82% necking, 56% meraba bagian
tubuh yang sensitive, 52% petting, 33% oral seks, dan 34% sexsual intercourse.
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Umum
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran perilaku seksual yang diorientasikan pada
lawan
jenis (heteroseksual) mahasiswa kos yang tinggal
di kecamatan Jatinangor – Sumedang
Tujuan Penelitian Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah mengidentifikasi gambaran berbagai bentuk perilaku seksual mahasiswa kos di kecamatan Jatinangor pada pasangan lawan jenisnya
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian deskriptif.
Jenis rancangan deskriptif yang digunakan adalah
rancangan penelitian survey, dengan menggunakan cross sectional design
Populasi : Populasi penelitian ini adalah mahasiswa kos, baik mahasiswa laki-laki maupun perempuan
yang tinggal di kecamatan
Jatinangor (desa
Cikeruh, desa Hegarmanah, desa
Cibeusi,
dan desa
Sayang).
Jumlah
populasi
dalam
penelitian ini diperkirakan sejumlah 2179 orang (Dispenda, 2008)
Sampel : Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengambilan purposive
sampling
dengan
sampel
yang mudah ditemui (non-random).. Adapun kriteria mahasiswa kos yang dapat dijadikan sampel adalah sebagai berikut :
v
Berusia antara 18 - 24 tahun
v Sedang atau pernah menjalin relasi heteroseksual
v Belum menikah
v
Tinggal di tempat kos wilayah kecamatan Jatinangor
v
Dalam penelitian ini menggunakan 100 orang untuk menjadi sampel penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Subjek penelitian yaitu mahasiswa kos diminta untuk menjawab pertanyaan
mengenai perilaku seksual mereka (berdasarkan pengalaman pribadinya) dalam kuisioner sesuai dengan petunjuk pengisian.
Instrumen Penelitian
Instrumen terdiri
dari 20
pertanyaan
yang
disusun
berdasarkan
variabel perilaku seksual yang berisi
teori
bentuk-bentuk perilaku
seksual menurut Santrok (2003) dan Irawati (1999). Adapun penyusunan instrumen yang dilakukan oleh peneliti yaitu pertanyaan No 1 - 5 berdasarkan teori menurut Irawati (1999), pertanyaan No 6 - 11 berdasarkan teori Santrock (2003), pertanyaan No 12 - 15 berdasarkan teori Irawati (1999), pertanyaan No
16
– 20 berdasarkan teori Irawati (1999) dan Santrock
(2003) Skala pengukuran
yang digunakan pada
penelitian
ini
adalah skala likert
dengan pilihan jawaban selalu, sering, kadang, jarang, dan tidak pernah dengan bentuk Check list. Adapun
keterangan
dalam setiap pilihan jawaban
dalam kuisioner adalah sebagai berikut :
· SL (selalu) = hal dalam kolom pernyataan selalu anda lakukan setiap kali bertemu pasangan
· SR (sering) = hal dalam kolom pernyataan lebih banyak anda lakukan dari pada tidak dilakukan
· KD (kadang) = hal dalam kolom pernyataan seimbang antara dilakukan dan tidak dilakukan
· J (Jarang) = hal dalam kolom pernyataan lebih banyak tidak dilakukan daripada dilakuakan
· TP (Tidak pernah) = hal dalam kolom pernyataan tidak pernah dilakukan oleh anda
Hasil Penelitian
Gambaran Perilaku Seksual Mahasiswa Kos di Jatinangor
Gambaran perilaku seksual mahasiswa kos di kecamatan Jatinangor meliputi persentase istribusi mahasiswa yang melakukan berbagai bentuk perilaku seksual yang terdiri
dari berpegangan tangan,
berpelukan,
necking,
meraba bagian
tubuh
yang sensitif,
petting, oral seks, dan sexual intercourse. Gambaran perilaku seksual mahasiswa kos di kecamatan Jatinangor – Sumedang akan di jabarkan sebagai berikut :
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
|
Bentuk
perilaku
|
Jumlah
|
Persentase
|
Melakukan
perilaku seksual
|
100
|
100
%
|
-Berpegangan
-Berpelukan
-Necking
-Meraba
bagian tubuh yg senitif
-Petting
-Oral
sex
-Sexual intercourse
|
100
90
82
56
52
33
34
|
100
%
90
%
82
%
56
%
52
%
33
%
34
%
|
Tidak
melakukan perilaku seksual
|
0
|
0
%
|
-
|
-
|
-
|
Melakukan
|
Jumlah
|
Persentase
|
Tidak
Melakukan
|
Jumlah
|
Persentase
|
|
100
responden
|
|
|
100
responden
|
|
Menyentuh
tangan
|
100
dari 100
|
100
%
|
Menyentuh
tangan
|
0
|
0
%
|
Menggenggam
|
97
dari 100
|
97
%
|
Menggenggam
|
3
dari 100
|
3
%
|
Menggandeng
|
96
dari 100
|
96
%
|
Menggandeng
|
4
dari 100
|
4
%
|
|
90
responden
|
|
|
90
responden
|
|
Memeluk
|
85
dari 90
|
94
%
|
Memeluk
|
5
dari 90
|
3
%
|
Merangkul
|
89
dari 90
|
89
%
|
Merangkul
|
1
dari 90
|
1
%
|
|
82
responden
|
|
|
82
responden
|
|
Mencium
Kening
|
71
|
87
%
|
|
11
|
13
%
|
Mencium
Pipi
|
73
|
89
%
|
|
9
|
11
%
|
Mencium
Bibir
|
74
|
90
%
|
|
8
|
10
%
|
Mencium
Leher
|
48
|
59
%
|
|
34
|
41
%
|
Mencium
dada / buah dada
|
50
|
61
%
|
|
32
|
39
%
|
Melakukan
|
Dari
56 responden
|
|
Tidak
Melakukan
|
Dari
56 responden
|
|
Meraba
buah dada / dada
|
54
|
96
%
|
Meraba
buah dada / dada
|
2
|
4
%
|
Meraba
alat kelamin
|
48
|
86
%
|
Meraba
alat kelamin
|
8
|
14
%
|
Sumber Data :
Kamis, 09
Februari 2012
Date: 2010-05-26
---------------------------------------------------------------------------
Micro Journal, 11 Februari 2012.
Sumber: http://liputandelapan.multiply.com/journal/item/8
DALAM sebuah artikel di harian Pikiran Rakyat beberapa waktu yang lalu ditulis,
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh dr. Teddy Hidayat, ditemukan fakta
yang sangat mengejutkan yaitu lebih dari 75 persen mahasiswa di Jatinangor
mengaku melakukan hubungan seks di luar nikah. Yang lebih parah lagi, semua itu
dilakukan atas dasar ‘suka sama suka’.
Gaya kehidupan dan perilaku remaja yang sudah sangat bebas ini jelas sangat
memprihatinkan. Apalagi mengingat Jatinangor adalah kawasan yang
digadang-gadang sebagai salah satu pusat pendidikan di Jawa Barat. Para remaja
yang seharusnya menjadi generasi harapan bangsa ternyata memiliki moral yang
sangat bobrok.
Hubungan seks sebelum nikah, yang dulunya sangat “ditabukan”, kini seolah-olah
menjadi hal yang lumrah dan wajar bagi remaja sekarang. Mereka bahkan tidak
malu-malu untuk tinggal bersama walaupun baru berstatus pacaran. Sebut saja
Arnoy (21),salah seorang mahasiswa Universitas terkemuka yang berlokasi di
Jatinangor, mengakui kalau ia dan pasangannya telah tinggal bersama dalam satu
kamar di sebuah pondokan
sejak pertama kali mereka “jadian”
setahun lalu. Astaga…!!
Lalu, bukankah setiap pondokan memiliki peraturan yang jelas tentang hal ini?
Belum tentu. Walaupun setiap pondokan memiliki aturan tertulis yang tegas
tentang jam malam dan sebagainya, namun pada kenyataannya tetap saja masih ada
pemilik pondokan yang acuh tak acuh terhadap kelakuan para mahasiswa atau
mahasiswi di tempatnya. Mereka seakan menutup mata terhadap hal tersebut. Bagi
mereka, asalkan mahasiswa atau mahasiswi tersebut membayar kewajibannya, itu
tidak menjadi masalah.
Seorang pemilik pondokan di Jalan
Sayang, Jatinangor bernama Euis (bukan nama
sebenarnya) mengatakan bahwa ada beberapa mahasiswa yang nge-kost di
pondokannya sering membawa pasangan mereka untuk menginap.
Maraknya budaya dan perilaku free sex atau seks bebas pada kalangan mahasiswa
ini disebabkan oleh hilangnya kontrol orang tua terhadap anak-anaknya. Apalagi
dengan adanya fakta bahwa kebanyakan mahasiswa tidak tinggal serumah dengan
orang tua mereka atau dengan istilah lain nge-kost. Dengan begitu otomatis
pengawasan terhadap mereka pun akan longgar dan mereka bisa melakukan apa saja
yang mereka inginkan tanpa batasan. Mereka menganggap lepas dari orang tua
berarti mereka dapat menentukan jalan apa yang akan mereka pilih dan dengan
cara apa mereka menjalaninya.
Selain itu, berbagai pengaruh lingkungan dan terpaan media yang mereka alami
sedikit banyak membentuk karakter dan gaya hidup mereka. Saat ini, dengan
adanya kebebasan pers, kita bisa melihat berbagai media cetak atau elektronik
dengan leluasa menayangkan hal-hal yang berbau hedonisme seperti penggunaan
obat-obatan terlarang, mabuk-mabukan, sampai seks bebas. Budaya inilah yang
kemudian diadopsi oleh para remaja dalam kehidupan sehari-harinya.
Dalam sebuah survey kecil-kecilan didapatkan fakta bahwa hampir 90% mahasiswa
menyimpan file atau video berbau pornografi di dalam komputer mereka. Ini
mencerminkan betapa mudahnya akses mereka untuk mendapatkan video porno yang
bercerita tentang kehidupan seks bebas dan semacamnya.
Bagi warga Jatinangor dan sekitarnya, perilaku ini jelas menimbulkan keresahan.
Akan tetapi belum ada tindakan konkrit yang mereka lakukan. Mereka seolah
‘menyetujui’ gaya hidup mahasiswa di Jatinangor yang semakin hedon itu.
Seharusnya ada aturan dan tindakan tegas dari pemerintah daerah Jatinangor
dalam menyikapi perilaku kehidupan bebas mahasiswa tersebut. Misalnya dengan
melakukan inspeksi mendadak dan penggerebekan ke setiap pondokan-pondokan yang
dicurigai sebagai tempat para mahasiswa melakukan “kumpul kebo”. Jika situasi
seperti ini dibiarkan berkepanjangan, bukan mustahil nama Jatinangor sebagai
kawasan pendidikan akan berubah menjadi kawasan prostitusi. (kw)
1 komentar:
sabung ayam bangkok Terpercaya & Terbesar di Indonesia !
Taruhan Sabung Ayam S128 - SV388 - CFT2288 (KUNGFU)
Bonus 10% Deposit Pertama / Cashback 5% - 10%
Yuk Gabung Bersama Bolavita Di Website www.bolavita88.com
Untuk Info, Bisa Hubungi Customer Service Kami ( SIAP MELAYANI 24 JAM ) :
WA: +628122222995
Telegram : @bolavitacc
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------