Biarkan
Syi'ah Bercerita Tentang Kesesatan Agamanya (4) - Tingkat pembahasan: Lanjutan
Penulis: Ustadz Abu Abdirrahman al-Atsary Abdullah Zain (Mahasiswa S2,
Universitas Islam Madinah) Fakta Kelima: Syi'ah bercerita tentang keyakinan
mereka mengenai Hari 'Asyura. Pada hari 'Asyura orang-orang Islam menunaikan
ibadah puasa, dalam rangka mencontoh Nabi shallallahu 'alaihi wassalam. Kitab-
kitab orang Rafidhah juga memerintahkan untuk berpuasa pada hari 'Asyura, akan
tetapi anehnya orang- orang Rafidhah sendiri mengingkari puasa tersebut, bahkan
menuduh bahwa orang- orang kerajaan Umawi-lah yang membuat-buat riwayat-riwayat
palsu yang menghasung puasa 'Asyura. Setiap tahun, pada hari-hari bulan
Muharam, terutama tanggal sepuluh, orang-orang Rafidhah melakukan perbuatan-
perbuatan 'aib yang memalukan; mulai dari memakai pakaian hitam, mengadakan
majelis- majelis Al Husainiyah, mengadakan ceramah-ceramah dan
perkumpulan-perkumpulan yang diselingi dengan pelaknatan terhadap Mu'awiyah
radhiallahu 'anhu dan anaknya Yazid serta kepada bani Umayyah secara
keseluruhan. Juga mereka menganiaya diri mereka sendiri dan memukuli diri mereka
dengan rantai dan pedang. Serta masih banyak penyelewengan- penyelewengan
syariat lainnya, yang mana itu semua dengan dalih mengungkapkan rasa bela
sungkawa dan berkabung atas kematian Husain radhiallahu 'anhu. Dengarlah syaikh
mereka Abdul Hamid al-Muhajir yang melegalisir aksi orang-orang Rafidhah pada
hari 'Asyura, "Jangan kalian dengar orang yang berkata bahwa memukul-
mukul kepala dengan rantai, menampar dan menangis itu haram, sesungguhnya
mereka itu tidak paham agama Islam. Pada asalnya sesuatu itu diharamkan
seandainya membahayakan, kalau membahayakan baru bisa dikatakan haram, dan ini
tidak ada hubungannya dengan memukul-mukul kepala dan memukul-mukul kaki, siapa
bilang itu haram? Mengharamkan sesuatu butuh dalil, karena pada asalnya segala
sesuatu itu hukumnya halal!!" Inilah ulama kita yang mulia Syaikh Abdul
Aziz bin Baz rahimahullah yang mengingkari bid'ah-bid'ah dan kemungkaran-
kemungkaran Rafidhah pada hari-hari 'Asyura dengan perkataannya, "Orang
yang menjadikan hari 'Asyura sebagai hari penebusan dosa dan hari berkabung,
sebagaimana orang- orang Rafidhah yang pada hari itu mereka memukul-mukul dada-
dada dan tubuh-tubuh mereka serta memukul-mukul diri mereka dengan besi,
mencaci maki dan melaknat. Ini semua merupakan sebagian dari kebodohan,
kesesatan serta kebid'ahan mereka yang tercela. Kita memohon kepada Allah
keselamatan dari itu semua. Niyahah (ratapan), memukul- mukul pipi, serta
merobek-robek pakaian, tetap merupakan perbuatan mungkar, kapan saja dan di
mana saja sampai pun pada hari di mana Husain terbunuh, atau di saat musibah
apapun. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengingkari perbuatan itu dan
bersabda, 'Tidak termasuk dari golongan kami: orang-orang yang memukul-mukul
pipi dan merobek-robek pakaian serta menyeru dengan seruan jahiliyah.' Beliau
shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda, 'Allah melaknat ash- Shaliqah, al-
Haliqah serta asy-Syaqqah.' Ash- Shaliqah: adalah orang yang meraung-raung
ketika terjadi musibah, al-Haliqah: yang menggundul rambutnya, asy- Syaqqah:
yang merobek-robek pakaiannya. Ini semua merupakan kemungkaran, na'udzubillah!.
Orang-orang Rafidhah memperbolehkan aksi- aksi tersebut dengan dalih bahwa itu
ungkapan dukungan terhadap ahlul bait dan sebagai ungkapan kesedihan. Padahal
dengan aksi- aksi tersebut mereka telah menyakiti diri mereka sendiri dan
menjadikan Allah murka terhadap perbuatan buruk tersebut, sebab aksi itu telah
menyelisihi syariat dan merupakan bid'ah yang mungkar." Bagaimana mungkin
kita bisa bersatu dengan orang-orang yang selalu mencekoki masyarakatnya setiap
tahun dengan perasaan dendam dan dengki terhadap Ahlusunnah, dengan dalih bahwa
Ahlusunnah- lah yang telah membunuh Husain. Padahal kitab-kitab Syi'ah dipenuhi
riwayat-riwayat yang membuktikan bahwa orang Syia'h Kufah-lah yang telah
mengkhianati Husain radhiallahu 'anhu, sebagaimana sebelumnya mereka telah
berkhianat kepada saudara dan bapaknya. Dalam kitab Maqtal al-Husain karya
Abdul Razak al-Mukrim (hal 175 ) disebutkan: ((Bahwa Husain radhiallahu 'anhu
berkata: "Sesungguhnya merekalah yang telah mengkhianatiku, lihatlah
surat- surat yang berasal dari Kufah ini! Sesungguhnya merekalah yang telah
membunuhku!")). Hal yang senada disebutkan dalam kitab Muntaha al-Aamal Fi
Tarikh an-Nabiy wa al-Aal (jilid I, hal 535). Bahkan referensi Syi'ah yang
tersohor Muhsin al- Amin dalam A'yaan asy-Syi'ah (jilid I, hal 32 ) berkata,
"Kemudian 20.000 penduduk Irak yang telah membai'at Husain mengkhianatinya
dan meninggalkannya, padahal tali bai'at masih tergantung di leher mereka. Kemudian
mereka membunuh al-Husain." Dalam kitab al-Ihtijaj karangan ath- Thabarsy
(hal 306) disebutkan, ((Bahwa Ali bin Husain yang dikenal dengan julukan Zainal
Abidin berkata: "Wahai para manusia, demi Allah tahukah kalian bahwa
sesungguhnya kalian-lah yang telah menulis surat terhadap bapakku, lantas
kalian tipu dia?! Kalian telah berjanji dan membai'at bapakku lantas kalian
bunuh dan terlantarkan dia?! Celakalah kalian atas apa yang telah kalian
lakukan. Bagaimana kelak kalian bisa memandang Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam, tatkala beliau kelak berkata, 'Kalian telah membunuh keluargaku dan
kalian rusak kehormatanku, sesungguhnya kalian bukanlah dari golongan
kami!'")). Dalam kitab Maqtal al-Husain karangan Murtadha 'Ayyad (hal 83 )
dan dalam kitab Nafs al- Mahmum karangan 'Abbas Al Qummy (hal 357 ) disebutkan,
((Tatkala Imam Zainal Abidin rahimahullah lewat dan melihat orang Kufah
menangis dan meratap (berkabung atas meninggalnya Husain), beliau membentak
mereka seraya berkata, "Kalian meratapi diri kami??! Lantas siapakah yang
membunuh kami? (kalau bukan kalian?? -pen)")). Hal yang senada disebutkan
dalam kitab al-Ihtijaj karya ath- Thabarsy (hal 304). Dengarlah ulama kita Al
'Allamah Abdul Aziz bin Baz rahimahullah yang menerangkan kejadian yang sebenarnya
tentang Husain radhiallahu 'anhu, juga menerangkan sikap Ahlusunnah terhadap
fitnah tersebut: "Tatkala Husain bin Ali radhiallahu 'anhu mendengar
berita tentang kemungkaran- kemungkaran yang dilakukan oleh Yazid bin
Mu'awiyah, beliau keluar dari Mekkah menuju Irak, dengan tujuan menyatukan
kalimat kaum muslimin di atas kebaikan serta menegakkan syariat Islam. Sebagian
saudara- saudaranya dari para sahabat telah menasihatinya agar tidak pergi,
tapi beliau berijtihad untuk berangkat. (Tatkala mendengar keberangkatan al-
Husain) Ubaidullah bin Ziyad mengutus pasukan yang dipimpin Umar bin Sa'id bin
Abi Waqqas, hingga terjadilah peperangan antara dua pihak. Orang-orang yang
bersama Husain saat itu sedikit sekali yaitu keluarga dia. Maka terbunuhlah
Husain dan banyak korban berjatuhan dari orang- orang yang bersamanya di suatu
tempat yang bernama Karbala. Ubaidullah bin Ziyad telah bersalah karena
perbuatannya, sebenarnya Husain sudah berkehendak pulang dan meninggalkan
fitnah, atau pergi ke Yazid, atau pergi ke daerah sekitar. Akan tetapi pasukan
tersebut terus memerangi dia sampai akhirnya membunuh dia dan membunuh siapa
saja yang berusaha untuk melindungi dia. Hingga terbunuhlah Husain dalam
keadaan terzalimi dan tidak bersalah. Maka terjadilah musibah besar yang
membuka pintu keburukan yang besar! nas'alullah al-'afiyah!" Mereka
(Ubaidullah dkk) telah berbuat salah dengan perbuatan mereka tersebut, semoga
Allah meridhai Husain dan memberi rahmat kepadanya, kepada kita serta kepada
semua kaum Muslimin. Semoga Allah membalas orang-orang yang melakukan
perbuatan-perbuatan itu dengan balasan yang setimpal. Semoga Allah melindungi
kita dari kejahatan-kejahatan Rafidhah dan perbuatan- perbuatan mereka yang
hina, serta Allah kembalikan mereka ke pangkuan Islam dan petunjuk. Epilog Para
pembaca yang budiman, setelah kita melakukan 'pengembaraan' dari satu referensi
ke referensi yang lain yang berada di perpustakaan kelompok Syi'ah, penulis
ingin menarik perhatian para pembaca kepada dua perkara penting yang erat kaitannya
dengan pembahasan kita kali ini. Dua hal itu adalah: Pertama- Kami rasa setiap
yang membaca makalah ini akan bisa langsung menarik kesimpulan betapa sesatnya
kelompok yang satu ini, bahkan dia bisa mengatakan bahwa yang menganut
keyakinan tersebut di atas tidak lagi bisa dianggap beragama Islam. (Bahkan ada
salah seorang awam yang tatkala membaca awal makalah ini, tidak bisa
mengeluarkan kata-kata kecuali hanya: "Ini kelompok dholal (sesat) banget
sich!"). Yang ingin kami jelaskan di sini: Sedemikian sesatnya kelompok
Syi'ah ini, masih ada - sampai detik ini- orang-orang yang berusaha dengan
gigihnya untuk menyatukan antara Syi'ah dan Ahlusunnah di bawah satu payung,
dan mengatakan bahwa perbedaan kita dengan Syi'ah hanyalah seperti perbedaan
antara empat mazhab Ahlusunnah; Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hambali. Entah
karena mereka tidak tahu kesesatan Syi'ah atau karena pura-pura tidak tahu.
Wallahua'lam... Kalau tidak tahu kenapa berbicara, bukankah orang yang tidak
tahu sebaiknya diam saja? Kalaupun tahu kenapa tidak menerangkan hakikat
kelompok Syi'ah itu kepada pengikutnya?? Berikut penulis bawakan
statemen-statemen pembesar kelompok pergerakan ini yang terang-terangan
berusaha menyatukan antara Ahlusunnah dan Syi'ah (Silahkan baca: ibid hal:
238-268 , dan al- Quthbiyyah Hiya al-Fitnah Fa'rifuha, karya Abu Ibrahim bin
Sulthan al- 'Adnani, hal: 68-71) Mari kita mulai dengan perkataan pendiri
kelompok ini Hasan al-Banna rahimahullah, "Ketahuilah bahwa Ahlusunnah dan
Syi'ah semuanya termasuk kaum muslimin, mereka disatukan dengan kalimat La
ilaaha illAllah wa anna Muhammadan Rasulullah (Padahal syahadat orang Syi'ah
mereka tambahi dengan: wa anna 'aliyyan waliyyullah washiyyu rasulillah wa
khalifatuhu bila fashl. Silahkan lihat cover buku Tuhfah al- 'Awaam Maqbul,
karya as- Sayyid Mandzur Husain -pen), ini adalah inti aqidah, Sunah dan Syi'ah
sepakat di dalamnya, dan di atas kesucian. Adapun perkara khilaf antara
keduanya, maka itu termasuk perkara-perkara yang bisa kita dekatkan antara
keduanya." (Dzikrayat La Mudzakkirat hal 249-250). Umar at-Tilmisani
rahimahullah berkata dalam suatu makalah dia asy-Syi'ah Wa as-Sunnah,
"Usaha penyatuan antara Syi'ah dan Sunnah merupakan kewajiban para ahli
fikih zaman ini." (Majalah ad-Da'wah al- Mishriyyah edisi 105 , Juli 1985
M). Dalam kitabnya yang lain disebutkan, "Syi'ah itu suatu kelompok yang
kira-kira mirip dengan empat mazhab dalam Ahlusunnah... Memang di sana ada
berbagai perbedaan, akan tetapi mungkin untuk dihilangkan, seperti: nikah
mut'ah, jumlah istri seorang muslim -dan itu terdapat di sebagian sekte
kelompok mereka- dan lain sebagainya. Yang mana perbedaan- perbedaan tersebut
tidak seharusnya menjadikan perpecahan antara Sunnah dan Syi'ah."
(Al-Mulham al-Mauhub Hasan al-Banna, Umar Tilmisani). Berkata Dr. Muhammad al-
Ghazali rahimahullah, "Betul, saya termasuk orang yang berkepentingan
dalam usaha penyatuan antara mazhab- mazhab Islam. Saya selalu bekerja keras
dan terus- menerus di Kairo. Saya berteman dengan Muhammad Taqy al- Qummy,
Muhammad Jawad Mughniyah, dan ulama- ulama besar Syi'ah yang lain."
(Mauqif 'Ulama al-Muslimin hal 21-23). Bahkan tatkala gembong Syi'ah abad ini
Ayatullah al-Khomeini (orang yang 'merestui' pelaknatan terhadap Abu Bakar dan
Umar (Karena dia merestui buku Tuhfah al-'Awaam Maqbul, as- Sayyid Mandzur
Husain, yang di dalamnya terdapat doa shanamai quraisy, yang dipenuhi dengan
cacian dan laknatan kepada ash-Shiddiq dan al- Faruq)) berhasil melakukan
revolusi di Iran, tokoh-tokoh organisasi pergerakan ini berbondong-bondong mengucapkan
selamat dan bahkan mendukung kepemimpinannya: Berkata Al Maududi rahimahullah,
"Sesungguhnya revolusi al- Khomeini adalah revolusi yang islami,
dipelopori oleh jama'ah islamiyah dan para pemuda yang dididik dalam tarbiyah
islamiyah di kancah pergerakan Islam. Maka seluruh kaum muslimin dan
gerakan-gerakan Islam berkewajiban untuk mendukung revolusi ini dengan dukungan
yang sebesar- besarnya, serta bekerjasama dengan mereka di segala aspek."
(Asy-Syaqiqani, hal 3 . dan Mauqif Ulama al- Muslimin, hal 48). Fathi Yakan
rahimahullah berkata, "Dan di dalam sejarah Islam baru-baru ini, terdapat
bukti atas perkataan yang kami ucapkan. Bukti itu adalah: percobaan revolusi
islami yang ada di Iran; percobaan yang diperangi oleh setiap kekuatan kafir di
muka bumi ini, dan masih terus diperangi, karena revolusi ini islami dan tidak
memihak ke timur maupun ke barat." (Abjadiyat at- Tashawwur al- Haraki Li
al-'Amal al-Islami, hal 148). Bahkan at- Tandzim ad-Dauly Lijama'ati al- Ikhwan
al- Muslimin (Organisasi Internasional Kelompok Ikhwanul Muslimin ) telah
menerbitkan memorandum yang berisi, "Dengan ini, Organisasi Internasional
Kelompok Ikhwanul Muslimin menyeru setiap pemimpin organisasi pergerakan Islam
di Turki, Pakistan, India, Indonesia, Afghanistan, Malaysia, Philipina dan
organisasi Ikhwanul Muslimin di negeri-negeri Arab, Eropa dan Amerika untuk
mengirim utusan mereka guna membentuk suatu delegasi yang akan diberangkatkan
ke Teheran dengan menggunakan pesawat khusus. Dengan tujuan untuk menemui
al-Imam Ayatullah al-Khomeini, dalam rangka menekankan dukungan pergerakan
Islam yang diwakili oleh Ikhwanul Muslimin, Hizb as- Salamah Turki, al-Jama'ah
al- Islamiyah di Pakistan, al-Jama'ah al-Islamiyah di India, Jama'ah Partai
Masyumi di Indonesia, Angkatan Belia Islam Malaysia, al- Jama'ah al-Islamiyah
di Philipina. Pertemuan itu merupakan salah satu tanda kebesaran Islam dan
kemampuannya untuk mencairkan perbedaan- perbedaan ras, kebangsaan dan
mazhab..." (Majalah al-Mujtama' al-Kuwaitiyah, edisi 434 , 25 /2 /1979).
Wahai para pembaca yang budiman, apakah perbedaan itu berhasil dicairkan dengan
cara menundukkan setiap perbedaan pendapat di bawah Al Quran dan As Sunnah,
atau dengan cara diam dan pura-pura cuek dengan segala macam bentuk perbedaan,
entah itu klaim bahwa Al Quran tidak sempurna, pelaknatan terhadap Abu Bakar
dan Umar, atau tuduhan yang dilontarkan kepada Ummul Mu'minin Aisyah bahwa dia
telah berzina, serta dosa-dosa besar lainnya???!! Allahulmusta'an wa 'alaihit
tuklan... Kedua- Barangkali ada di antara kita -setelah membaca makalah ini-
semangatnya berkobar untuk menasihati orang-orang Syi'ah, entah itu di Madinah
atau di kampungnya. Bisa jadi -dan itu memang sudah terjadi- tatkala kita
ungkapkan fakta-fakta tersebut di atas, mereka akan menjawab, "Itu semua
tidak ada dalam ajaran Syi'ah!" Kalau itu jawaban mereka apa langkah kita
selanjutnya? Perlu diketahui bersama, bahwa orang Syi'ah mempunyai suatu
'senjata' yang bernama taqiyyah (Silahkan lihat: Min 'Aqaid asy-Syi'ah,
Abdullah bin Muhammad as-Salafy, hal: 32-33 ). Salah seorang ulama kontemporer
mereka mendefinisikan taqiyyah dengan perkataannya, "Taqiyyah adalah
mengucapkan atau berbuat sesuatu yang tidak engkau yakini, dengan tujuan untuk
melindungi diri dan harta dari marabahaya, atau agar harga dirimu
terjaga." (Asy-Syi'ah Fi al- Mizan, Muhammad Jawad Mughniyah, hal 48).
Al-Kulaini dalam Ushul al-Kafi (hal 482-483 ) menyebutkan, ((Abu Abdilah
berkata, "Wahai Abu Umar, sesungguhnya 9 /10 agama kita terletak di dalam
taqiyyah, barang siapa yang tidak bertaqiyyah maka dia dianggap tidak mempunyai
agama!!")). Jadi orang-orang Syi'ah menganggap bahwa taqiyyah itu hukumnya
wajib. Maka kalau ada di antara mereka yang mengingkari fakta-fakta ini,
ketahuilah bahwa mereka sedang bertaqiyyah alias berbohong. Wallahua'lam,
semoga bermanfaat! dan mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan... Wa
shallallahu 'ala nabiyyina muhammadin wa 'ala aalihi wa shahbihi ajmain. Kota
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Selasa, 20 Muharram 1426 H.
0 komentar:
Mari berdiskusi...
--------------------------------------------------------------------
Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...
--------------------------------------------------------------------