Biarkan Syi'ah Bercerita Tentang Kesesatan Agamanya (2)- Tingkat pembahasan: Lanjutan Penulis: Ustadz Abu Abdirrahman al-Atsary Abdullah Zain (Mahasiswa S2, Universitas Islam Madinah) FAKTA KEDUA: Syi'ah bercerita tentang keyakinan mereka mengenai Al Quran. Semua umat Islam telah berijma' bahwasanya kitab Allah selalu terjaga dari pengubahan, penambahan ataupun pengurangan. Ia terjaga dengan penjagaan Allah, sebagaimana dalam firman-Nya,
إنا نحن نزلنا الذكر وإنت له لحافظون
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar- benar memeliharanya." (QS. Al- Hijr: 9) Para ulama besar Ahlusunnah telah menegaskan bahwa barang siapa yang meyakini di dalam Al Quran terdapat tambahan atau kekurangan, maka sesungguhnya ia telah dianggap keluar dari agama Islam (murtad). Akidah ini sudah amat sangat masyhur dan mutawatir di kalangan Ahlusunnah, sampai- sampai tidak lagi dibutuhkan seseorang untuk mendatangkan dalil-dalil tentangnya. Berkata Ibnu Qudamah dalam kitab Lum'ah al- I'tiqad (hal 19), "Tidak ada perbedaan pendapat di antara umat Islam, bahwa barang siapa yang mengingkari satu surat, atau satu kata, atau satu huruf dari Al Quran yang telah disepakati, maka sesungguhnya dia telah kafir." Syi'ah dan Keyakinan Mereka Tentang Tahrif (distorsi, pengubahan) Al Quran Ulama- ulama Syi'ah yang paling menonjol yang berpendapat bahwa Al Quran telah mengalami distorsi adalah: Al-Kulainy, al- Qummy, al-Mufid, ath-Thobarsy, al-Kaasyany, al-Jazairy, al- Majlisy, al-'Amily, al-Khuu'iy, dan masih banyak yang lainnya. Pertama: Mari kita mulai dari al- Kulainy pengarang kitab al- Kaafi, kitabnya yang paling terpercaya di kalangan orang- orang Rafidhah. Pengarang berkata dalam jilid II, hal 634, ((Dari Hisyam bin Salim dari Abu Abdillah 'alaihis salam ia berkata, "Sesungguhnya Al Quran yang dibawa Jibril kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam terdiri dari 17.000 ayat")). Padahal sepengetahuan kita ayat-ayat Al Quran hanya berjumlah 6.000 ayat lebih sedikit. Riwayat kedua disebutkan dalam (jilid I, hal 228 ). Riwayat ketiga disebutkan dalam (jilid I, hal 228). Riwayat keempat disebutkan dalam jilid I, hal 229: ((Dari Abu Bashir, dari Abu Abdillah ia berkata, "Sesungguhnya yang berada di tangan kami adalah mushaf Fathimah. Tahukah kalian apa itu mushaf Fathimah?" Aku bertanya, "Apa itu mushaf Fathimah?" Ia menjawab, "Mushaf Fathimah tebalnya tiga kali lipat Al Quran kalian. Demi Allah tidak ada satu huruf pun dari Al Quran kalian, disebutkan di dalam mushaf Fathimah!")). Kedua: Di antara ulama Rafidhah yang berpendapat bahwa Al Quran telah mengalami distorsi; Ali bin Ibrahim al-Qummy yang berkata dalam tafsirnya (jilid I, hal 36): ((Di dalam firman Allah subhanahu wa ta'ala (yang artinya): "Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah." (QS. Ali Imran:110). Berkata Abu Abdillah kepada yang membaca ayat ini, "Umat yang terbaik, lantas membunuh amirul mukminin Hasan dan Husain bin Ali 'alaihima salam??" Lantas ada yang bertanya, "Bagaimana sebenarnya ayat tersebut diturunkan wahai putra Rasulullah?" Dia menjawab, "Sesungguhnya ayat tersebut diturunkan: (Kalian para imam terbaik yang dilahirkan untuk manusia)")). Ketiga: Ni'matullah al-Jazairy dalam jilid II, hal 363. Keempat: Al-Faidl al-Kaasyaany salah seorang ahli tafsir mereka yang tersohor dan pengarang Tafsir ash-Shafy, berkata dalam tafsirnya (jilid I, hal 49), ((Kesimpulan yang dapat diambil dari berita-berita ini dan riwayat-riwayat lainnya yang berasal dari ahlul bait 'alaihis salam bahwasanya Al Quran yang ada di hadapan kita ini tidaklah sempurna, sebagaimana yang diturunkan kepada Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Akan tetapi di dalamnya terdapat hal- hal yang tidak sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah. Di dalamnya ada yang diubah dan banyak pula yang telah dihapus; seperti nama Ali dari berbagai ayat, lafadz aalu (keluarga) Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, nama-nama kaum munafikin dan hal-hal lainnya. Juga Al Quran tersebut tidak sesuai dengan susunan yang diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam)). Kelima: Ahmad bin Manshur Ath- Thabarsy dalam kitabnya al- Ihtijaj (jilid I, hal 55) telah menyatakan bahwa Allah subhanahu wa ta'ala tatkala menceritakan kisah-kisah yang berkenaan dengan dosa-dosa dalam Al Quran, Allah telah menyebutkan secara terang- terangan nama para pelaku dosa tersebut. Akan tetapi para sahabat telah menghapus nama- nama tersebut, jadilah kisah- kisah itu disebutkan tanpa nama-nama pelakunya. Keenam: Berkata Muhammad bin Baqir Al Majlisy dalam kitabnya Bihaar al- Anwar (jilid 89 , hal 66): ((Bab distorsi dalam ayat- ayat Al Quran, sehingga tidak sesuai lagi dengan apa yang diturunkan oleh Allah)). Ketujuh: Muhammad bin Muhammad an- Nu'man yang dijuluki al-Mufid dalam kitabnya Awaail al- Maqaalaat (hal 91). Kedelapan: Abul Hasan Al 'Aamily dalam muqaddimah kedua dari kitab tafsirnya Mira'ah al-Anwar wa Misykaah al-Asraar (hal 36) menyatakan, ((Ketahuilah, sesungguhnya Al Haq yang kita tidak bisa elakkan - berdasarkan kabar-kabar yang mutawatir ini dan lainnya- bahwa Al Quran yang ada di hadapan kita, telah diubah sepeninggal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan sesungguhnya orang-orang yang mendapatkan tugas untuk menyampaikan Al Quran telah menghapus banyak kata-kata dan ayat-ayat)). Kesembilan: Abul Qasim al-Khuu'iy (Ulama kontemporer syiah) dalam kitabnya al-Bayan (hal 236). Dengarlah Adnan al-Waa'il yang memberikan contoh salah satu distorsi yang dialami Al Quran: ((Ketika turun ayat (yang artinya) "Hai para rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu tentang Ali. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu berarti) kamu tidak menyampaikan amanatnya. Allah memelihara kamu dari gangguan manusia." (QS Al Maaidah: 67)). FAKTA KETIGA: Syi'ah bercerita tentang keyakinan mereka mengenai para sahabat rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan ummahatul mu'minin. Keutamaan sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan tingginya kedudukan serta derajat mereka, sudah merupakan sesuatu yang diketahui oleh semua orang. Hal itu juga termasuk hal-hal yang diketahui dari agama Islam secara dharurah. Ini disebabkan karena melimpahnya dalil-dalil yang menunjukkan hal tersebut, baik dari Al Quran maupun As Sunnah. Sekarang bukan waktunya untuk menyebutkan semua dalil-dalil itu, akan tetapi barangkali kami akan menyebutkan sebagian saja: Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,
"Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhoan-Nya. Tanda- tanda mereka, tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam- penanamnya, karena Allah menjengkelkan hati orang- orang kafir (dengan kekuatan orang- orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih diantara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS. Al Fath: 29)
Ayat yang mulia ini mencakup seluruh sahabat karena mereka semua bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Menguatkan apa yang telah lalu: hadits yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim; dari al- A'masy, dari Abu Shalih, dari dari Abu Sa'id dia berkata: ((Pada suatu saat terjadi suatu masalah antara Khalid bin Walid dengan Abdurrahman bin 'Auf, lantas Khalid memaki Abdurrahman. Ketika mendengar hal itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kalian memaki salah seorang dari sahabatku, sesungguhnya jika salah seorang dari kalian menafkahkan emas sebesar gunung Uhud niscaya tidak akan dapat menyamai (pahala) satu genggam atau setengah genggam (nafkah) salah seorang dari mereka." Hadits ini juga mencakup seluruh sahabat, karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Janganlah kalian memaki salah seorang dari sahabatku." Syi'ah dan Penghinaan Mereka Terhadap Sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Dalam kitab ar-Raudhah min al- Kafi (hal 245) disebutkan, ((Dari Hanan, dari bapaknya, dari Abu Ja'far 'alaihis salam, ia berkata, "Sesungguhnya para manusia telah murtad sesudah wafatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali hanya tiga orang." Lantas aku bertanya: "Siapakah tiga orang itu?" Dia menjawab: "Al-Miqdad bin al- Aswad, Abu Dzar al-Ghifary dan Salman al- Farisy.")). Ash-Shafy dalam tafsirnya (jilid V, hal 28 ) berkata, ((Dari Abdurrahman bin Katsir, dari Abu Abdillah, dalam firman Allah (yang artinya), "Sesungguhnya orang- orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan- angan mereka." (QS. Muhammad: 25). Dia berkata, "fulan dan fulan", yang dia maksud adalah Abu Bakar dan Umar)).
Berkata Ni'matullah al-Jazairy dalam kitabnya al-Anwar an- Nu'maniyah (jilid I, hal 53), ((Telah diriwayatkan dalam berita-berita khusus bahwa tatkala Abu Bakar sholat di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dia menggantungkan berhala di lehernya, dan sujudnya adalah untuk berhala itu)). Na'udzubillah dari kedustaan ini! Dengarlah salah seorang syaikh orang Syi'ah yang tanpa tedeng aling-aling melaknat Ash Shiddiq, ((Para ulama Syi'ah telah bersaksi bahwa ada riwayat- riwayat valid yang kevalidannya melahirkan dalil-dalil atas si penjahat Abu Bakar, hal tersebut karena adanya dia di masjid dan kembalinya dia dari pasukan pertama. Kedua melanggar Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketiga tidak sholatnya dia bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Semoga Allah melaknat Abu Bakar! Dengarlah wahai siapa yang berkata, Tidak boleh melaknat. Semoga Allah melaknat Abu Bakar!, semoga Allah melaknat Abu Bakar!, semoga Allah melaknat Abu Bakar! Dan semoga Allah melaknat Umar dan para pembangkang lainnya! Semoga Allah melaknat siapa saja yang tidak rela dengan dilaknatnya mereka! Kebencian-kebencian umat ini...)). Dengan busuknya Ni'matullah al- Jazary berkata dalam kitabnya al-Anwar an- Nu'maniyah (jilid I, hal 63), ((Konon Umar terkena penyakit di duburnya dan tidak bisa disembuhkan kecuali dengan air mani para lelaki)). Berkata Zainudin al-Bayadhy dalam kitabnya ash-Shirath al- Mustaqim ila Mustahiq at- Taqdim (jilid III, hal 129), ((Sebenarnya Umar itu telah menyembunyikan kekufuran dan memperlihatkan keislaman)). Dalam kitab al-Anwar an- Nu'maniyah milik Ni'matullah al- Jazairy (jilid I, hal 81 ) disebutkan, ((Telah disebutkan dalam riwayat-riwayat khusus bahwasanya syaitan dibelenggu dengan 70 belenggu dari besi jahanam lantas digiring ke padang mahsyar, tiba-tiba sesampainya di sana dia melihat seseorang di depannya yang ditarik oleh malaikat azab dan di lehernya terdapat 120 belenggu dari belenggu- belenggu jahanam, dengan terheran-heran syaitan itu mendekat lantas bertanya, "Apa yang dikerjakan orang yang amat malang ini hingga siksaannya jauh lebih berat dariku? Padahal aku telah menyesatkan para makhluk hingga aku masukkan mereka ke dalam pintu-pintu kebinasaan." Maka berkatalah Umar (Maksudnya makhluk malang yang dibelenggu dengan 120 rantai neraka jahanam adalah amirul mu'minin Umar bin Khattab radhiallahu 'anhu! Qaatalahumulloh!-pen) kepada si syaitan, "Tidak ada yang kukerjakan melainkan hanya merampas kekhilafahan Ali bin Abi Thalib.")). Di antara yang dituduhkan gerombolan orang- orang Rafidhah terhadap amirul mukminin Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu; apa yang disebutkan oleh Zainuddin al- Bayadhy dalam kitabnya ash- Shirath al-Mustaqim ila Mustahiq at-Taqdim (jilid III, hal 30), ((Pada suatu saat di zaman Utsman didatangkan seorang perempuan untuk dihukum hadd, lantas oleh Utsman perempuan tersebut dizinai terlebih dahulu baru kemudian diperintahkan untuk dirajam)). Belum puas Rafidhah dengan tuduhan keji ini, bahkan dalam kitab yang sama dan halaman yang sama disebutkan bahwa Utsman itu termasuk orang- orang yang dipermainkan (para laki-laki) dan bertingkah laku seperti perempuan, serta suka main rebana. Dengarlah bagaimana Hasan ash- Shaffar berbangga karena Rafidhah-lah yang telah membunuh Utsman radhiallahu 'anhu, ((Sesungguhnya Syiah-lah yang telah membunuh Utsman, semoga Allah memberikan pahala yang baik buat mereka)) . Al-Majlisy dalam kitabnya Bihaar al-Anwar (jilid XXX, hal 237) berkata, ((Kisah-kisah yang menerangkan kekafiran Abu Bakar dan Umar, penyelewengan mereka, serta pahala orang yang melaknat dan berlepas diri dari mereka dan dari bid'ah- bid'ah mereka amat sangat banyak untuk disebutkan dalam satu jilid atau dalam buku yang berjilid-jilid lainnya)). Muhammad al-'Ayasyi dalam tafsirnya (jilid III, hal 20) surat an-Nahl: وينهون عن الفخشاء والمنكر والبغضاءِ "Dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan." (QS. An Nahl: 90) Al-'Ayasyi berkata: Al- Fahsyaa (perbuatan keji) yaitu yang pertama (maksudnya Abu Bakr), al-Munkar (kemungkaran) yaitu yang kedua (maksudnya Umar al- Faruq), al-Baghy (permusuhan) yaitu yang ketiga (maksudnya: Utsman bin Affan). Semoga Allah meridhai seluruh shahabat. Bahkan al-Majlisy dalam (jilid XXX, hal 235) menukil dari Tafsir al- Qummy dalam firman Allah ta'ala, قل أعوذ برب الفلقِ "Katakanlah: aku berlindung dari Rabb al Falaq." Al-Falaq adalah kawah di Jahanam, seluruh penghuni neraka memohon perlindungan kepada Allah darinya karena saking panasnya, lantas kawah itu minta izin untuk bernafas, maka diizinkanlah, akibatnya terbakarlah neraka jahanam. Dan di dalam kawah tersebut ada sebuah peti yang mana penghuni kawah tersebut memohon perlindungan kepada Allah darinya karena saking panasnya. Peti itulah yang dinamakan Tabut. Di dalam Tabut itu ada enam orang terdahulu dan enam orang yang hidup setelah zaman mereka. Adapun enam orang yang hidup setelah zaman mereka adalah: nomor pertama, kedua, ketiga dan keempat. Nomor pertama maksudnya Abu Bakar, yang kedua maksudnya Umar, yang ketiga Utsman dan yang keempat Mu'awiyah radhiallahu 'anhum. Al-Majlisy berkata dalam (jilid XXX, hal 237), ((Keterangan tentang dua orang Arab badui yang pertama dan kedua -yakni Abu Bakar dan Umar-, yang tak pernah beriman kepada Allah sekejap mata pun)). Wa la haula wa la quwwata illa billah! Belum cukup Rafidhah sampai sini, bahkan mereka melampaui batas hingga 'menyerang' Ummahatul Mukminin. Berkata Ja'far Murtadho dalam bukunya Hadits al-Ifk (hal 17), ((Sesungguhnya kami meyakini, sebagaimana (keyakinan) para ulama-ulama besar kami pakar pemikiran dan penelitian, bahwa isteri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pun berpeluang untuk kafir sebagaimana istri Nuh dan istri Luth)), dan yang dimaksud istri Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di sini adalah 'Aisyah. Hasyim al- Bahrany berkata dalam tafsirnya al-Burhan (jilid IV, hal 358) surat at-Tahrim, ((Berkata Syarafuddin an- Najafy, "Diriwayatkan dari Abu Abdillah 'alaihis salam bahwa dia berkata dalam firman Allah subhanahu wa ta'ala:
ضرب الله مثلا للذين كفروا امرأة نوح وامرأة لوط
"Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang- orang kafir." (QS. At Tahrim: 10) Perumpamaan ini Allah buat untuk Aisyah dan Hafshah, karena keduanya demo terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan membuka rahasianya)). Ali bin Ibrahim al-Qummy berkata, ((Lantas Allah membuat perumpamaan untuk 'Aisyah dan Hafshah dan berkata, "Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba- hamba kami, lalu kedua istri itu berkhianat." Demi Allah yang dimaksud dengan berkhianat tidak lain hanyalah berzina (na'udzubillah). Niscaya akan dilakukan hukum had atas fulanah (yang dia maksud adalah 'Aisyah) atas apa yang dikerjakannya di jalan Bashrah. Dikisahkan bahwa fulan (yang dia maksud Thalhah) mencintai 'Aisyah. Tatkala 'Aisyah akan safar ke Bashrah, berkatalah Thalhah, "Kamu itu tidak boleh safar kecuali dengan mahram." Lantas Aisyah mengawinkan dirinya dengan fulan, dalam suatu naskah disebutkan dengan Thalhah)). Berkata Muhammad al-'Ayasyi dalam tafsirnya (jilid XXXII, hal 286) surat Ali Imran, dari Abdush Shamad bin Basyar dari Abi Abdillah radhiallahu 'anhu ia berkata, "Tahukah kalian Nabi itu meninggal atau dibunuh? Sesungguhnya Allah berfirman,
أفإن مات أو قُتل انْقلبتم على أعقابكم
"Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)." (QS. Ali Imran: 144). Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah diracuni sebelum wafatnya, dan mereka berdualah yang meracuninya (yakni 'Aisyah dan Hafshah)! Sesungguhnya dua perempuan tersebut dan bapak mereka adalah sejahat-jahat ciptaan Allah! Wa la haula wa la quwwata illa billah! Belum cukup al-Majlisy sampai di situ, bahkan dia berkata dalam kitabnya Bihar al-Anwar (jilid XXXII, hal 286), ((Dari Salim bin Makram dari bapaknya ia berkata, Aku mendengar Abu Ja'far 'alaihis salam berkata di dalam firman Allah,
مثل الذين اتخذوا من دون الله أولياء كمثل العنكبوت اتخذت بيتا  وإن أوهن البيوت لبيت العنكبوت
 "Perumpamaan orang-orang yang mengambil perlindungan- perlindungan selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba." (QS. Al Ankabut: 41). Laba-laba itu adalah al-Humaira (Aisyah-pen). Kenapa dimisalkan dengan laba- laba? karena dia adalah binatang yang lemah dan membuat sarang yang lemah; begitu pula al-Humaira (yakni Aisyah), dia itu binatang yang lemah, lemah kedudukan dan akal serta agamanya. Hal itu menjadikan pendapatnya lemah dan akalnya yang tolol, hingga melakukan pelanggaran dan permusuhan terhadap Tuhannya. Persis dengan sarang laba-laba yang lemah!))  
bersambung insya Allah

Biarkan Syi'ah Bercerita Tentang Kesesatan Agamanya (3) - Tingkat pembahasan: Lanjutan Penulis: Ustadz Abu Abdirrahman al-Atsary Abdullah Zain (Mahasiswa S2, Universitas Islam Madinah) FAKTA KEEMPAT: Syi'ah bercerita tentang keyakinan mereka mengenai Ahlusunnah. Tuhan Orang Syi'ah Beda Dengan Tuhan Ahlusunnah Berkata Ni'matullah al-Jazairy dalam kitabnya al-Anwar an- Nu'maniyah (jilid I, hal 278), ((Sesungguhnya kami (kaum Syi'ah) tidak pernah bersepakat dengan mereka (Ahlusunnah) dalam menentukan Allah, nabi maupun imam. Sebab mereka (Ahlusunnah) mengatakan bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan yang menunjuk Muhammad sebagai nabi-Nya dan Abu Bakar sebagai pengganti Muhammad sesudah beliau wafat. Kami (kaum syi'ah) tidak setuju dengan Tuhan model seperti ini, juga kami tidak setuju dengan model nabi yang seperti itu. Sesungguhnya Tuhan yang memilih Abu Bakar sebagai pengganti nabi-Nya, bukanlah Tuhan kami. Dan nabi model seperti itu pun bukan nabi kami!)). Na'udzubillah dari kekufuran dan kesesatan ini!!! Pengertian an-Naashib Dalam 'Kamus' Rafidhah An-Nawaashib mufradnya naashib. Definisinya menurut Ahlusunnah adalah: Orang-orang yang mengalahkan serta melaknat Ali dan keluarganya. Sedangkan definisinya versi orang-orang Syi'ah: An- Nawashib adalah Ahlusunnah yang mencintai Abu Bakar, Umar dan para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam lainnya radhiallahu 'anhum. Husain Aal 'Ushfur ad-Darraz al- Bahrany dalam kitabnya al- Mahasin an-Nafsaniyah Fi Ajwibati al-Masail al- Khurasaniyah (hal 147) berkata, ((Berita-berita yang bersumber dari para imam 'alaihis salam menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan an-Nashib adalah yang biasa dipanggil dengan julukan Sunni)). Dia juga berkata, ((Tidak perlu lagi dipermasalahkan bahwa yang dimaksud dengan an-Nashibah adalah Ahlusunnah)). Berkata Ni'matullah al-Jazairy dalam kitabnya al-Anwar an- Nu'maniyah (jilid II, hal 306-307 ) , ((Adapun orang Nashibi, kondisi dan hukum-hukum yang berkaitan dengan mereka bisa dijelaskan dalam dua hal: Pertama, siapakah yang dimaksud dengan an-Nashib yang diceritakan dalam berbagai riwayat mereka itu lebih jahat dari orang Yahudi, Nashrani dan Majusi. Yang juga mereka itu kafir dan najis menurut ijma' para ulama imamiyah... Dan telah diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa di antara ciri khas orang-orang Nawashib adalah: mendahulukan selain Ali atasnya)). Perkataan orang satu ini menunjukkan bahwa setiap yang mendahulukan kepemimpinan Abu Bakar, Umar dan Utsman sebelum kepemimpinan Ali radhiallahu 'anhu, maka dia adalah Nashibi menurut versi orang-orang Rafidhah; padahal orang-orang Nashibi itu menurut mereka lebih jahat dari orang Yahudi, Nashrani dan Majusi, bahkan dianggap kafir dan najis!!! Na'udzubillah!! Kaum Rafidhah Menghalalkan Harta dan Nyawa Ahlusunnah Berkata Yusuf al-Bahrany dalam kitabnya al-Hadaaiq an- Naadhirah Fii Ahkaam al-'Itrah ath- Thaahirah (jilid XII, hal 323) , "Sesungguhnya anggapan bahwa an-Nashib itu muslim, dan juga anggapan bahwa agama Islam tidak membolehkan untuk mengambil harta mereka, ini semua tidak sesuai dengan ajaran kelompok yang benar (maksudnya Syi'ah -pen) mulai dari dahulu sampai sekarang, yang mana mereka itu mengatakan bahwa an-Nashib itu kafir dan najis serta boleh diambil hartanya bahkan dibenarkan untuk dibunuh." Dalam kitab Wasail asy-Syi'ah karangan al-Hur al-'Amily (jilid XVIII, hal 463) disebutkan, ((Berkata Dawud bin Farqad, Aku bertanya kepada Abu Abdillah 'alaihis salam, "Apa pendapatmu tentang an- Nashib?" Dia menjawab, "Halal darahnya (nyawanya -pen) tapi aku bertaqiyyah (Lihat maksud dari istilah taqiyyah di epilog dari tulisan ini -pen). darinya. Seandainya engkau bisa membunuhnya dengan cara meruntuhkan suatu tembok atasnya atau kamu tenggelamkan dia, supaya tidak ketahuan bahwa kamulah pembunuhnya, maka lakukanlah!")). Aku bertanya lagi, "Lantas bagaimana dengan hartanya?" Dia menjawab, "Musnahkanlah hartanya semampumu!")). Dalam kitab ar-Raudhah min al- Kafi (hal 285) disebutkan, ((Dari Abu Hamzah, Aku bertanya kepada Abu Ja'far 'alaihis salam, "Sebagian kawan-kawan kami memfitnah dan menuduh yang tidak-tidak terhadap siapa saja yang menyelisihi mereka?" Dia menjawab, "Lebih baik engkau tinggalkan perbuatan itu! Demi Allah wahai Abu Hamzah sesungguhnya seluruh manusia adalah anak-anak pelacur kecuali para pendukung kita!!")). Yang dia maksud adalah: bahwa semua manusia adalah anak- anak hasil perzinaan kecuali orang-orang Syi'ah (Bagaimana mungkin mereka menganggap semua orang Syi'ah suci dan bukan hasil perzinaan, padahal zina (baca: nikah mut'ah) sendiri mereka anggap merupakan salah satu ritual ibadah yang paling utama?!! -pen). Wa laa haula wa laa quwwata illa billah. Orang-Orang Rafidhah Mengkafirkan Golongan Ahlusunnah Al-Faidl al-Kasyany dalam kitabnya Minhaj an-Najah (hal 48) berkata, "Barang siapa yang mengingkari keimaman salah seorang dari mereka (yakni para imam yang dua belas) maka sesungguhnya dia itu sama dengan orang yang mengingkari kenabian seluruh para nabi." Berkata al-Maamaqaany dalam kitabnya Taudhih al-Maqaal (jilid I, hal 208), "Kesimpulan yang dapat diambil dari kitab-kitab, bahwa setiap yang tidak bermazhab itsna 'asyar (syi'ah) akan diterapkan baginya hukum orang kafir dan musyrik di akhirat." Dengarlah orang-orang Rawafidh yang terang-terangan melaknat para ulama Islam seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan Samahah asy- Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahumullah: "Ini syeikh Bin Baz, kalian anggap dia itu syaikh?! Wahai orang-orang yang najis!, orang-orang yang kotor!, wahai para pengikut Ibnu Taimiyyah si anjing itu! Wahai para pengikut Bin Baz al- Munafiq si buta mata dan hati! Semoga Allah melaknat dia!!! Semoga Allah melaknat dia!! Anjing kalian ikuti?!, kalau bukan karena kalian binatang niscaya kalian tidak akan mengikuti binatang, babi seperti Bin Baz!!!) ). Wa laa haula wa laa quwwata illa billah. Keyakinan Rafidah Mengenai Al- Mahdi Yang Dinanti- nantikan Ahlusunnah meyakini bahwa di akhir zaman nanti akan muncul seorang dari ahlul bait, Allah kokohkan dengannya agama Islam, dia berkuasa tujuh tahun, memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kesewenang-wenangan dan kezaliman. Bumi menumbuhkan tumbuh- tumbuhannya, langit menurunkan hujannya, harta melimpah ruah tanpa batas. Adapun Rafidhah, maka telah terjadi kontradiksi dalam keyakinan mereka tentang al- Mahdi; terkadang mereka mengingkari lahirnya al-Mahdi sebagaimana yang dikatakan oleh al-Kulainy dalam kitabnya Ushul al-Kafi (jilid I, hal 505), Ibnu Baabawaih al-Qummy dalam kitabnya Kamaal ad-Din Wa Tamaam an-Ni'mah (hal 51 ), juga al-Majlisy dalam kitabnya Bihaar al-Anwar (jilid 50 , hal 329), bahwa al-Mahdi tidak akan dilahirkan, sebab harta warisan ayah al-Mahdi yang bernama al- Hasan al-'Askary sudah terlanjur dibagi-bagi. Akan tetapi terkadang mereka mengatakan bahwa al-Mahdi telah dilahirkan, akan tetapi dia masih bersembunyi di suatu tempat yang bernama gua as- Saamuroi, dan akan muncul kelak di akhir zaman untuk membantu Syi'ah dan membunuhi musuh- musuh mereka dari kalangan Ahlusunnah. Agar kerancuan itu lenyap, akan kita sebutkan perbedaan- perbedaan antara Mahdinya orang Islam dengan Mahdi yang diklaim oleh orang Rafidhah. Pertama, Mahdinya orang Islam bernama Muhammad bin Abdullah, karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Namanya (al- Mahdi -pen) sama dengan namaku, dan nama bapaknya (al- Mahdi -pen) juga sama dengan nama bapakku." (HR. Abu Dawud dan Tirmidzy, serta dishahihkan oleh al-Albany dalam Misykaat al- Mashabih). Adapun Mahdi yang diakui oleh orang Rafidhah bernama Muhammad bin al- Hasan al-'Askary sebagaimana yang disebutkan oleh al-Arbaly dalam kitabnya Kasyf al- Ghummah (jilid III, hal 226). Kedua, Mahdinya orang Islam belum dilahirkan hingga sekarang dan dia akan dilahirkan di akhir zaman. Adapun mahdinya orang Rafidhah sesungguhnya telah dilahirkan pada tahun 255 H. Berkata al-Arbaly dalam kitabnya Kasyf al-Ghummah (jilid III, hal 236), "Al-Mahdi lahir pada malam pertengahan Sya'ban tahun 255 H, lantas tatkala berumur lima tahun dia masuk gua as-Samuroi di Irak. Dan sekarang dia masih hidup." Jadi sejak tahun itu sampai hari ini mahdi khurafatnya orang Rafidhah sudah berumur 1168 tahun!!! Ini syaikh mereka Abdul Hamid al- Muhajir berusaha keras untuk membuktikan adanya al- Mahdi khurafat mereka, "Manusia itu bisa saja hidup ribuan tahun, ditambah lagi kita tidak mengetahui umur yang disebutkan dalam Al Quran. Sedangkan umur 70 tahun, 60 tahun, 80 tahun, itu semua umur alami. Umur itu tidak ada yang tahu panjangnya kecuali Allah. Mungkin saja seseorang hidup seumuran Nuh. Nuh hidup 3000 tahun. Ilmu mutakhir membuktikan bahwa tidak ada suatu hal yang menghalangi panjangnya umur seseorang, seandainya Allah menghendaki. Tidak ada perbedaan pendapat dalam hal ini, karena Allah menciptakanmu tidak hanya untuk hidup 60 tahun kemudian kamu mati, seandainya jika memang belum ada sebab-sebab kematian. Para ilmuwan berkata: Seandainya manusia selalu berada di atas metode ilmiah yang tepat di dalam makannya, minumnya, pakaiannya, tidurnya dan bangunnya, niscaya dia bisa hidup ribuan tahun!" Ketiga, Mahdinya orang Islam dari keluarga Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam keturunan al- Hasan bin Ali radhiallahu 'anhu, adapun mahdi yang diklaim oleh Rafidhah itu keturunan al- Husain bin Ali radhiallahu 'anhu. Keempat, Mahdinya orang Islam tinggal selama 7 tahun, adapun Mahdi yang diklaim oleh Rafidhah tinggal selama 70 tahun. Kelima, Mahdinya orang Islam memenuhi bumi dengan keadilan setelah sebelumnya dipenuhi dengan kezaliman. Adapun Mahdinya orang Rafidhah, sesungguhnya dia akan membunuhi orang-orang Islam musuh-musuh Rafidhah, bahkan dia akan menghidupkan kembali ash-Shiddiq dan al-Faaruq; Abu Bakar dan Umar radhiallahu 'anhuma, kemudian menyalib keduanya, juga mencambuk Aisyah dengan cambukan had. Sebagaimana disebutkan dalam kitab ar-Raj'ah karangan Ahmad al-Ahsaa'iy (hal 161). Bahkan Mahdinya Rafidhah banyak melakukan pembunuhan di muka bumi ini terutama orang-orang Quraisy. Sampai- sampai mereka berkata: bahwasanya al-Mahdi akan membunuh dua pertiga dari penduduk bumi. Demi Allah, tidak diragukan lagi bahwa ini adalah pekerjaan al- Masih ad-Dajjal! Bahkan dalam Bihaar al-Anwar (jilid 52 , hal 354) disebutkan, ((Telah diriwayatkan dari Abu Ja'far 'alaihis salam bahwa dia berkata: Hingga kebanyakan manusia berkata: "Dia bukanlah dari keluarga Nabi Muhammad, seandainya dia dari keluarga Muhammad, niscaya dia itu akan bersikap lemah lembut.")). Keenam, Mahdinya orang Islam menegakkan syariatnya Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, adapun mahdinya yang diklaim Rafidhah dia akan menegakkan hukum keluarga Dawud, bahkan akan menyeru Allah dengan nama Ibraninya. Sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Ushul al-Kaafi (jilid I, hal 398). Ketujuh, Mahdinya orang Islam Allah turunkan dengannya hujan, lantas bumi menumbuhkan tetumbuhannya. Adapun Mahdinya Rafidhah maka akan menghancurkan Ka'bah, Masjidil Haram, Masjid Nabawi bahkan akan menghancurkan semua masjid (yang ada di muka bumi - pen). Sebagaimana yang disebutkan oleh ath-Thusy dalam kitabnya al-Gharib (hal 472). Kedelapan, Mahdinya orang Islam memerangi Yahudi dan Nasrani, sampai agama betul- betul menjadi milik Allah semata, dan dia beserta nabi Isa akan membunuh Dajjal. Adapun Mahdinya orang-orang Rafidhah maka dia akan berdamai dengan orang Yahudi dan Nasrani, lantas menghalalkan darah orang Islam dan membalas dendam terhadap mereka. Sebagaimana diterangkan al- Majlisy dalam kitabnya Bihar al- Anwar (jilid 52 , hal 376). Dengan demikian hilanglah ketidakjelasan perbedaan antara dua mahdi. Dan tidak mungkin Mahdinya orang Islam dengan Mahdinya orang Rafidhah itu satu. -bersambung insya Allah-




0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------