Bag-5 : Khilafah Kauniyah dan Khilafah Syar’iyyah
Dari pembahasan yang telah lalu dapat kita bedakan dua macam khilafah: yaitu khilafah kauniyah yang mencakup seluruh manusia dan khilafah syar’iyah yang khusus untuk orang-orang mukmin.
Khilafah syar’iyah yang harus mengendalikan khilafah kauniyah untuk mengatur mekanismenya dan mengarahkannya pada jalan yang benar. Yaitu petunjuk Allah dan ajaran-ajaran para Nabi yang dimilikinya.
Seandainya hal itu diserahkan kepada khilafah kauniyah saja pastilah manusia menuruti hawa bafsunya, menyimpang dari ajaran kebenaran, nampak kerusakan di darat dan lautan dan manusia saling membunuh. Hal inilah yang ditakuti oleh para malaikat, lalu berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan-Mu.” Namun Allah SWT mengetahui apa yang tidak diketahui malaikat. “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Dia sungguh telah menciptakan langit dan bumi dan benar, dan menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) dengan benar. Oleh karena itu, pada manusia harus bernaung pada kebenaran yang Allah telah turunkan tersebut supaya bumi tidak mengalami kerusakan.
“Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan (Al Quran) mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. Al Mu;minun: 71)
Oleh karena itu, mereka harus bernaung pada kebenaran tersebut dalam aqidah mereka. Karena Dialah yang akan memelihara manusia dari pemikiran yang bejat, keraguan-keraguan yang mencekam dan jalan yang menyimpang. Mereka harus mengetahui bahwa tidak ada Illah kecuali Allah sebab seandainya ada Illah yang lain di samping Dia, pasti binasalah langit dan bumi.
“Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan.” (QS. Al Anbiya’: 22)
Dan mereka harus bernaung pada kebenaran tersebut dengan melaksanakan syari’at Allah, tidak melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, dan membawa manusia pada sesuatu yang menyebabkan kebaikan mereka. Dari sinilah maka yang telah disyari’atkan terhadap ummat ini jihad untuk melenyapkan kefasadan di muka bumi ini. Allah SWT berfirman tentang hikmah disyari’atkannya jihad;
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS. Al Baqarah: 251)
Dan dijelaskan dalam ayat yang lain bahwa kefasadan di bumi itu adalah dengan handurnya tempat-tempat peribadatan yang di dalamnya disebbut nama Allah. Dikhususkan tempat-tempat ibadah untuk dzikir karena merupakan aspek yang nampak untuk menegakkan dien dan melaksaakan perintah-perintah-Nya.
“Dan Sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.” (QS. Al Hajj: 40)
Hal ini menunjukkan bahwa jihad itu tidak dikhususkan terhadap ummat tersebut. Namun merupakan salah satu sunnatullah yang telah Allah syari’atkan kepada setiap Rasul dan setiap ummat untuk memberantas kefasadan di bumi ini melalui jihad tersebut dengan memelihara tempat-tempat ibadat.
Khilafah syar’iyah akan tetap berlanjut selama orang-orang mukmin beriltizam dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan beramal sesuai dengan syari’at-Nya. Namun sedikit sekali manusia yang tetap berada dalam satu kondisi. Setelah Allah menolong mereka dari musuh-musuhnya, dan setelah dikaruniai kenikmatan yang cukup banyak dan kehidupan yang penuh kemewahan, mereka lebih cenderung kepada dunia dan tenggelam dalam kehidupan yang serba boros dan foya-foya. Dan mereka merasa tentram dengan harta keduniaan tersebut lantas melupakan Allah dan hajat mereka kepada-Nya. Mereka merasa cukup dengan apa yang mereka miliki dan mengabaikan apa yang ada di sisi Allah. Tatkala itulah Allah membalas mereka dengan mencabut segala kenikmatan tersebut dan menurunkan segala bencana supaya mereka kembali kepada-Nya. Namun mereka menyangka bahwa apa yang terjadi pada dirinya tersebut hanyalah karena kurangnya pengurusan mereka da tidak mengambil sebab-sebab yang nampak. Latas mereka menetapi keadaan tersebut. dalam hal ini ummat-ummat lain selain mereka yang tidak komit terhadap dien memperdayakan mereka. Barangkali ummat-ummat yang lain itu dalam keadaan yang kuat dan kehidupan yang mewah, sekalipun tidak berpegang pada ajaran-ajaran dien serta nilai-nilainya. Namun seandainya mereka teliti pada persoalan ummat tersebut dan mendalami dalam mempelajari hal ikhwalnya pasti mereka akan menemukan  bahwa kemajuan dan kekuatan yang ada pada ummat-ummat lain itu tidak lain karena generasi sebelumnya yang komit terhadap nilai-nilai akhlak dan dien. Hal itu merupakan buah hasil komitmen yang telah lalu dan merupakan kelanjutan kekuatan angkatan pertama. Adapun akibat atau hasil dari generasi yang menyimpang tersebut belum datang. Namun pasti akan datang setelah lenyapnya kekuatan angkatan pertama dan setelah masyarakat terlepas sama sekali dari nilai-nilai akhlak, yang sementara ini benang-benangnya masih bisa menahan dari kejahatan.



0 komentar:

Mari berdiskusi...

--------------------------------------------------------------------

Awali dengan bismillah sebelum memberi komentar...

--------------------------------------------------------------------